Tepat
Tepat
"Ketemu, tapi cuma sebentar karena Kyle langsung pamit. Nona Denada titip pesan buat Nona, katanya mau batalin reservasi refleksi sore ini." ujar Kyle.
Aku baru ingat kami berjanji akan refleksi bersama Mayang sore ini. Aku mengambil handphone dari saku dan mengecek pesan di grup lavender. Hanya ada pesan dari Mayang yang menanyakan kami akan sampai jam berapa. Seharusnya kami langsung berangkat ke tempat refleksi setelah pulang pertemuan, tapi dengan Denada yang membatalkan reservasi, kurasa aku harus memberitahu Mayang apa yang terjadi.
Aku : May, sorry aku baru ngabarin. Aku masih ada urusan sore ini, reservasinya juga udah aku batalin. Nanti aku kabarin kalau besok bisa
Mayang : Ya ampun, untung aku baru mau berangkat
Mayang : Jadi sore ini batal?
Aku : Batal, May. Aku minta maaf banget
Mayang : Ya udah, besok usahain ya
Aku : Okay, nanti aku kabarin
Aku memang mengetikkan pesan seperti itu, tapi ada sebuah lubang menganga di dalam hatiku. Aku sangat merasa bersalah pada Mayang karena dia sudah menyempatkan diri untuk pulang dari Bandung. Aku tahu betapa sulit untuknya menyempatkan diri untuk itu.
Aku menoleh untuk menatap Astro yang sedang ikut membaca pesan di layar handphoneku, "Bisa kita ke rumah Mayang sekarang? Kita ga punya jadwal lain."
Astro terlihat berpikir sesaat, "Kamu mau cerita soal Petra yang tunangan ke Mayang?"
"Aku ... belum tau. Aku cuma pengen ketemu Mayang. Dia udah jauh-jauh nyempetin pulang dari Bandung. Aku ga tau kita besok bisa ketemu atau ga kalau Denada kayak gini."
Lalu hening di antara kami.
Aku menghela napas dan kembali menatap ke depan. Tepat saat aku melihat Kyle melirik ke arahku dari spion tengah.
"Kamu harus rahasiain soal Petra tunangan dari Denada, Kyle. Denada masih belum boleh tau soal itu." ujarku pada Kyle.
Kyle menatapku ragu-ragu, "Kenapa Nona rahasiain? Bukannya lebih bagus kalau Nona Denada tau?"
Aku lupa Kyle sepertinya menyukai Denada. Aku berpikir lama sekali sebelum bicara, "Kenapa kamu ga ambil cuti seminggu? Kamu bisa temenin Denada ke Aussie. Mungkin kalian nanti ga sengaja ketemu Petra sama tunangannya?"
"Seriously?" Astro bertanya.
"Aku serius." ujarku sambil terus menatap Kyle melalui spion.
"Aku butuh Kyle kalau aku dipanggil jadi saksi lagi." ujar Astro.
Aku menoleh untuk menatap Astro, "Panggilannya belum ada kan?"
"Belum sih, tapi ..."
"Kasih Kyle libur seminggu. Kyle udah berbulan-bulan ga libur walau cuma sehari sejak kasus kamu sama Cokro."
Astro menatapku lekat lama sekali sebelum menjawab, "Aku ga bisa kasih kalau seminggu. Kalau empat hari mungkin bisa. Itu juga harus ijin opa dulu."
Kurasa aku tak dapat meminta lebih dari ini, maka aku mengangguk dan kembali menatap Kyle melalui spion. Kyle mengangguk padaku dalam diam.
Aku merebahkan tubuhku dan meletakkan kepalaku di pangkuan Astro karena kepalaku mulai terasa berdenyut mengganggu. Astro mengelus rambut di ujung dahiku perlahan hingga aku merasa mengantuk.
Handphone Astro di sakunya bergetar, membuat rasa kantukku hilang tiba-tiba. Aku mengangkat tubuhku untuk mengambil handphonenya dan menemukan panggilan telepon dari Riri.
Aku memperlihatkan layar handphonenya pada Astro, "Riri nelpon."
"Angkat aja."
Aku menuruti ucapan Astro dan mengaktifkan mode speaker, "Hai, ini Faza."
"Oh Faza? Bisa berhenti sebentar? Aku ga bisa nyusul mobil kalian. Mobil kalian cepet banget."
Aku menatap Astro untuk meminta pendapatnya. Astro mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri jalan, lalu mengangguk. Kami sedang berada di deretan sawah dan jalan raya terlihat cukup lengang.
"Berhenti di sini, Kyle." ujar Astro.
Kyle menuruti ucapan Astro dan menepikan mobil tepat di samping irigasi sawah. Aku memaksa tubuhku bangkit dan kembali duduk.
"Kita tunggu di area sawah ya." ujarku pada Riri.
"Okay." ujar Riri.
Aku mematikan sambungan telepon kami dan memasukkan handphone ke saku Astro, "Punya dugaan Riri mau ngapain?"
Astro menggeleng sambil mengamit tanganku dan mengecupnya, "Kita liat dia mau ngapain. Ada Jian ngikutin kita di belakang. Kamu ga perlu khawatir."
Aku hanya mengangguk.
Riri datang tak lama kemudian. Dia memarkirkan mobil tepat di belakang kami sebelum keluar dan mengetuk jendela di sebelah Astro. Entah kenapa dia terlihat jauh lebih ramah.
Astro membuka jendela, "Tumben nyari aku?"
"Bisa kita ngobrol di luar?" Riri bertanya.
"Kamu sendiri kan?" Astro bertanya.
Riri hanya mengangguk.
"Ngobrol di dalem aja. Kamu duduk di depan. Aku buru-buru mau ke tempat lain soalnya." ujar Astro.
Kyle membukakan pintu agar Riri bisa masuk dan duduk di kursi di sebelahnya. Riri menutup pintunya kembali setelah duduk dan menatap kami bergantian sebelum bicara.
"Maaf kalau aku ganggu waktu kalian. Aku cuma mau mastiin sesuatu. Apa bener Zenatta jadi tersangka?"
Aku, Astro dan Kyle saling bertatapan dalam diam. Ini bukanlah pertanyaan yang kami harapkan. Jika kami salah menjawab, maka jawaban itu bisa menjadi bumerang bagi kami.
"Aku nanya karena ada kenalan papa kerja jadi staf di pengadilan. Dia nelpon papa karena denger namaku disebut sama satu saksi minggu lalu." ujar Riri yang terlihat ragu-ragu.
Aku lah yang menyebutkan namanya saat aku memberi kesaksian di pengadilan minggu lalu.
"Maaf, Nona mau nanya kepastian atau mau cari informasi? Kalau Nona emang punya kenalan staf di pengadilan, bukannya Nona harusnya udah punya informasi yang cukup?" tiba-tiba saja Kyle bertanya.
Riri terlihat salah tingkah.
"Boleh saya geledah Nona sebentar? Saya mau mastiin Nona ga rekam obrolan kita." ujar Kyle.
"Kamu kan cowok." ujar Riri.
"Aku bisa geledah kamu." ujarku sambil menggeser kaki Astro agar aku bisa keluar dari pintu di sebelahnya.
Aku berjalan menghampiri pintu di sebelah Riri dan memintanya turun, lalu menggeledahnya dari ujung kepala hingga ke kaki. Satu-satunya benda yang ada bersamanya adalah handphonenya, tapi handphone itu tidak sedang dalam mode merekam. Sebetulnya ada beberapa alat rekam yang berukuran kecil andai Riri benar-benar berniat untuk menyembunyikannya di bagian tubuhnya yang bersifat pribadi, tapi kurasa Riri tak akan melakukan hal semacam itu.
"Aman kayaknya." ujarku.
Aku dan Riri kembali ke duduk sebelum melanjutkan pembicaraan kami. Walau jelas terlihat di tatapannya, Riri merasa sedang terancam.
"Sorry, kita harus mastiin obrolan kita aman." ujarku untuk mencoba memberinya pengertian.
"Nona belum jawab pertanyaan saya yang sebelumnya." ujar Kyle.
"Karena aneh Zenatta ga muncul abis dateng ke resepsi kalian waktu itu. Kalau dia bener jadi tersangka, mungkin itu bisa jawab gosip yang ada." ujar Riri.
"Gosip yang mana yang kamu maksud? Seharian ini aku denger ada banyak gosip soal dia." Astro bertanya.
"Gosip soal dia yang berusaha ngerusakin resepsi kalian. Sebenernya aku udah denger Zenatta mungkin suka sama kamu, tapi aku ga pernah nganggep serius karena Zenatta selalu dukung Angel buat deketin kamu. Kalau aku boleh jujur, abis kita ngobrol malem sebelum resepsi kalian itu aku emang mikir panjang. Mungkin emang Zenatta ga sebaik yang aku pikir." ujar Riri.
"Pertanyaan Nona tadi cuma nanya apa bener Zenatta jadi tersangka. Kalau Nona punya kenalan staf harusnya Nona tau Zenatta benar jadi tersangka atau ga." ujar Kyle.
Riri menghela napas, "Okay, aku emang tau dia jadi tersangka. Aku cuma pengen tau dari kalian apa yang kejadian abis semua orang dievakuasi keluar."
"Setelah Nona udah dapet informasi, Nona mau apa?" Kyle bertanya.
"Aku bisa bantu kalian lurusin gosip yang ada. Gosip yang nyebar bukan cuma bikin nama Zenatta jelek, tapi juga nama kalian. Ada kabar kalian sengaja jebak Zenatta setelah tau Zenatta dateng sama dua pengawal karena aku yang ngasih kalian informasi itu. Aku cuma ma .."
"Cuma takut kasus Zenatta nyeret nama Nona juga?" Kyle memotong ucapan Riri.
Riri menatapnya dalam diam, tapi jelas sekali dugaan Kyle tepat sasaran.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-