Usir
Usir
Aku mengunci mobil dan bergegas memasuki halaman fakultas sambil menelepon Jeanny.
"Faza? Tumben nelpon?" Jeanny bertanya dengan tekejut.
"Aku di halaman fakultas. Kamu tau Astro di mana?"
"Apa? Kamu di kampus? Tadi kayaknya aku liat Astro di ... eh aku liat kamu. Aku ke sana."
Sambungan telepon kami terputus tiba-tiba, lalu aku mendengar teriakan Jeanny dari salah satu sudut. Dia sedang berlari ke arahku, dengan Jojo di belakangnya.
Aku melambaikan tangan dan tersenyum. Aku tahu aku sedang bersikap bodoh sekali. Apa yang kulakukan di kampus mereka padahal aku bukanlah salah seorang mahasiswi. Astro berkata dia memiliki pertemuan robotik sesaat lagi dan perempuan yang memeluknya tadi belum tentu masih bersamanya sekarang.
"Aku ... sebentar ... napas dulu." ujar Jeanny yang masih terengah.
"Hai Jean, Jojo." ujarku sambil menundukan bahu. "Sorry ganggu. Kalian liat Astro?"
"Astro ... di kantin. Aku anter ya." ujar Jeanny sambil mengamit tanganku dan memimpin langkah kami.
"Thank you."
Aku menoleh untuk menatap Jojo. Jojo sedang berusaha mengatur napas sambil mengikuti kami yang berjalan dengan langkah panjang dan cepat. Aku tersenyum padanya, tapi aku tak akan mengajaknya bicara sekarang.
Jeanny menunjuk ke salah satu area dengan banyak penjual makanan berderet di satu sisi. Mamun jarak kami masih terlalu jauh untuk melihat Astro berada di sana atu tidak.
"Kenapa kamu nyari Astro? Setauku dia ada pertemuan robotik bareng Hasto sama Pratama sebentar lagi." Jojo bertanya.
"Itu ... tadi aku lagi video call sama Astro waktu kelasnya bubar, tapi video callnya mati." ujarku.
"Kamu pasti liat Cantika." ujar Jeanny dengan tatapan dingin. "Tadi aku liat dia nyamperin Astro abis kelas selesai."
"Cantika yang pernah kamu bilang waktu PAMMITS itu?" aku bertanya.
Jeanny hanya mengangguk.
Entah kenapa seperti ada sesuatu yang mendidih di dalam dadaku. Aku tahu aku cemburu.
Beginikah yang Astro rasakan saat cemburu pada Zen? Jika memang benar, aku tak merasa heran kenapa Astro selalu bersikap begitu defensif padaku. Coba lihat apa yang kulakukan sekarang. Aku begitu defensif padanya.
"Itu dia. Masih ditempelin tuh." ujar Jojo sambil menunjuk ke salah satu meja, dengan Astro sedang duduk membelakangi kami dan seorang perempuan duduk di sebelahnya. Sepertinya dia memang perempuan yang kulihat sebelum video callku dengan Astro terputus.
Aku melepas genggaman tangan Jeanny dan berjalan dengan langkah yang semakin cepat. Aku berusaha mengatur pernapasanku, karena jika tidak, kurasa aku akan meledak sekarang.
Aku meletakkan tanganku di tengkuk Astro dan mengecup pipinya sebelum duduk di kursi lain di sebelahnya. Aku sengaja tersenyum lebar saat menatapnya, "Siang, Honey."
Astro menatapku dengan mata terbelalak. Sepertinya dia terkejut sekali.
"Udah makan? Lain kali aku bisa masak buat kamu biar kamu bisa makan tanpa gangguan atau kita bisa masak bareng setiap pagi. Kamu ga perlu masak sendiri buat bikinin sarapan buatku terus. Aku kan juga bisa masak." ujarku sambil melirik ke arah perempuan yang duduk di sebelah Astro.
Harus kuakui perempuan itu cantik, tapi make up yang dia kenakan terlalu tebal. Sangat kontras dengan kebanyakan mahasiswi di sini yang memakai make up tipis. Bahkan banyak yang tak menggunakan make up apapun.
Untunglah aku sempat berdandan sedikit tadi pagi sebelum memulai pekejaanku di wokshop. Memang hanya krim siang, sedikit base foundation dan bedak tabur, juga maskara dan lip gloss. Kurasa itu cukup.
Astro mengamit kepalaku dan mengecup dahiku, "Ngapain kamu di sini?"
Aku menatapnya dengan senyum lebar masih mengembang di bibirku, "Kan aku udah bilang aku kangen."
Astro tersenyum lebar sekali, "Ga mau ngaku?"
Aku menggeleng, "Ga perlu. Kan kamu udah tau."
Astro menggigit sedikit ujung bibirnya dan mengalihkan tatapannya pada perempuan yang duduk di sebelahnya, "Kenalin, ini Faza, istriku. Dia, Cantika."
Aku tersenyum sambil menatap Cantika, "Hai. Sorry ya, aku kangen sama suamiku. Jadi aku ke sini. Ga ganggu kan?"
Cantika membeku. Dia menatap kami dengan penuh rasa kesal, tapi hanya bergeming tanpa mengatakan apapun.
Aku mengalihkan tatapanku kembali ke Astro, "Aku tunggu sampai pertemuan robotik kamu selesai ya. Biar ga ada yang ganggu."
Tiba-tiba Cantika bangkit dan tersenyum padaku setelah menyadari ada nama Astro di topi yang kupakai, "Aku heran. Lebih cantik aku kan?"
Aku hampir saja menamparnya, tapi aku menahan diri. Aku juga hampir saja mencium Astro untuk menunjukkan padanya Astro adalah milikku. Seperti yang kemarin kami lakukan di depan Zen dan mamanya, untuk membuat mereka menjaga jarak. Namun aku tiba-tiba saja ingat kami berada di area kantin kampus. Membuat keributan di sini akan berbahaya. Untukku, juga Astro.
Aku mengedarkan tatapanku dan ada berpasang mata sedang menatap kami penuh ingin tahu. Aku menangkap Jeanny dan Jojo sedang duduk di meja lain yang berjarak dua baris dari kami, sedang ikut memperhatikan.
Aku menoleh untuk menatap Astro, "Kenapa kamu milih aku jadi istri kamu?"
"Karena aku ga bisa kalau bukan kamu." ujarnya sambil mengelus pipiku.
Ada kelegaan menjalari aliran darahku. Aku tahu aku sedang merasa senang sekali. Terlebih, saat melihat Cantika beranjak pergi dengan bersungut-sungut.
Aku bangkit dan mengamit ransel Astro yang tergeletak di atas meja, lalu mengamit tangannya dan mengajaknya berjalan menjauh dari kantin. Aku tahu Astro sedang merasa senang sekali saat ini. Senyum di bibirnya tak juga pergi sejak tadi.
Aku mencubit pipinya dengan kencang saat kami sudah berjarak cukup jauh dari kerumunan, "Kenapa dibiarin aja dia nempel-nempel kamu, Honey?"
Astro tertawa puas sambil mendekap kepalaku di dadanya, "Aku kan harus makan. Dia ngomong juga ga aku tanggepin kok. Emang dianya aja yang nempel terus."
Aku mendongkak untuk menatapnya, "Bagus aku ga nampar dia tadi."
"Kenapa ga? Biar dia tau kamu cemburu." ujarnya setengah tertawa.
Aku memberinya tatapan sebal, "Jelek."
"Kamu imut banget. Hahaha ... aku ga nyangka kamu ke sini cuma gara-gara cemburu."
Aah laki-laki ini benar-benar menyebalkan....
Aku mencubit pinggangnya dengan kencang. Membutnya mengaduh dan memohon maaf.
"Lain kali usir atau dorong sekalian. Biar mereka tau kalau kamu ga suka ditempelin." ujarku karena tiba-tiba mengingat saat Cantika memeluk lengannya sebelum video call kami terputus. Entah bagaimana aku juga mengingat saat Angel begitu menempel padanya dua tahun lalu di dekat mading sekolah kami.
"Iya ... Aduh, ampun ... ini lepas dulu, sakit." ujarnya sambil memegangi pinggangnya.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-