Bakso
Bakso
"Sorry.. Cuma nanya aja kok. Soalnya aku perhatiin Astro ga ngajak kamu jalan buru-buru walau dia udah telat banget. Anak itu diem-diem emang perhatian." ujar Jojo.
Aku baru menyadarinya. Astro bahkan langsung berlari saat sudah melepasku bersama Jojo dan Jeanny.
"Mamaku dokter obgyn (spesialis kandungan). Aku lumayan sering nganter jemput ke rumah sakit jadi sering liat ibu hamil. You looks like one of them (Kamu keliatan kayak gitu). Sorry kalau tebakanku salah, yang dokter kandungan kan mamaku. Bukan aku." lanjut Jojo sambil tersenyum canggung.
Astaga.. Bagaimana aku harus menjawabnya?
Kalau aku mengakui aku pernah datang ke dokter kandungan bersama Astro dua minggu yang lalu, aku pasti akan membuat keributan. Aku juga tak tahu apakah Jojo dan Jeanny cukup bisa dipercaya untuk menjaga rahasia. Lagipula untuk apa aku memberitahukan pada mereka saat aku merahasiakan hal itu dari Opa dan Oma, juga ayah dan ibu Astro.
"Mm.. Ga tau?" ujarku ragu-ragu.
"Kamu harus coba pakai test pack. Ada instruksinya kok di kemasannya. Jadi kamu ga perlu bingung." ujar Jojo.
Aku tahu tentang itu karena aku memiliki beberapa pak test pack hadiah pernikahan dari teman-temanku. Tapi saat aku mencobanya dua minggu yang lalu hasilnya adalah negatif. Lagi-lagi aku tak mungkin memberitahu Jeanny dan Jojo tentang hal itu atau mereka akan mulai menduga-duga.
"Kamu udah 'dapet' bulan ini?" tiba-tiba Jeanny bertanya.
Aku menggeleng. Aku memang belum menstruasi. Seharusnya hari ini atau besok adalah hari pertama menstruasiku.
"Kalian pakai kondom kan kalau lagi making love?" Jeanny bertanya tanpa ragu.
Aku mengangguk. Tapi aku dan Astro memang pernah berkali-kali bercinta tanpa kondom bulan lalu, karena terasa lebih menyenangkan.
Sejak aku memeriksakan diri ke dokter kandungan, aku selalu memaksa Astro untuk memakai kondom. Aku bahkan pernah memaksanya menghentikan sesi bercinta kami ditengah jalan saat aku menyadari Astro lupa untuk menggunakannya dan meminta Astro memakainya walaupun Astro melakukannya sambil mengeluh.
"Kalau kamu belum 'dapet' juga bulan ini, kamu harus coba pakai test pack. Dijual di minimarket kok. Setauku ada minimarket deket apartemen kalian." ujar Jeanny.
Aku mengangguk. Tapi tak mengatakan apapun. Kurasa akan lebih baik kalau aku diam untuk sementara. Aku mengingat ucapan Opa saat melepasku pulang kemarin, Opa berkata kami tak boleh gegabah dalam bertindak.
Aah tiba-tiba aku mengingat ucapan Opa yang lain..
Opa berkata kalau orang yang merasa sakit hati akan menjadi jauh lebih berbahaya dari yang kami pikirkan. Kurasa aku baru saja mendapatkan firasat mama Zen lah yang menelepon atau memberi pesan pada Opa dan memberitahu saat aku mencium Astro di lapangan basket, tapi entah kenapa aku justru merasa mama Zen melakukannya karena khawatir padaku.
Uugh perasaan macam apa ini sebenarnya?
Lalu bagaimana dengan Cantika? Dia terlihat sangat sakit hati saat aku mengusirnya dari Astro tadi. Apakah dia berbahaya?
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Kami sudah berada di luar area kampus. Sepertinya aku baru menyadari kalau perutku terasa seperti sedang berputar dan meninggalkan sensasi mual juga sedikit nyeri. Mungkin karena aku terlambat makan siang?
Aku melirik jam di lenganku, pukul 13.04. Belum terlalu terlambat jika aku makan sekarang.
"Tempatnya jauh?" aku bertanya pada Jeanny.
"Di depan situ kita nyebrang." ujar Jeanny sambil menunjuk ke ujung jalan yang kami lalui. Ada deretan ruko di sana. "Capek ya jalan kaki? Kalau tau gitu tadi biar kamu naik motor sama Jojo."
"Ibu hamil emang ga boleh kecapekan sih." ujar Jojo sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku sendiri tak tahu apakah aku mengandung atau tidak. Jadwal pemeriksaan USG ku yang selanjutnya adalah akhir minggu ini sebelum kami berangkat ke Lombok. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa gugup.
"Tapi.. Kamu siap buat jadi mama? Katanya kamu mau kuliah semester depan?" Jeanny bertanya.
Aku menatapnya dalam diam sebelum bicara, "Aku ga tau aku hamil atau ga. Lagian aku sama Astro udah sepakat mau nunda punya anak sampai kuliah kita selesai. Yang kalian omongin dari tadi kan baru dugaan."
Jeanny dan Jojo saling menatap dalam diam. Lalu entah bagaimana tiba-tiba mereka menatapku dengan tatapan canggung.
Aah aku tahu mereka khawatir padaku, tapi aku benar-benar tak berharap sedang mengandung sekarang..
Aku hanya pernah merasa mual di pagi hari satu kali saat aku terbangun dari mimpi buruk. Aku tak pernah merasa mual lagi setelahnya.
Aku memang merasa menjadi lebih sulit menahan emosi, tapi kupikir itu karena aku masih menjalani masa transisi setelah menjadi seorang istri. Berhadapan dengan Astro yang mulai menunjukkan jati dirinya perlahan-lahan padaku membuatku menyesuaikan diri dengan sikapnya.
Jojo membuka pintu kaca sebuah kafe di deretan ruko yang tadi ditunjuk oleh Jeanny, lalu mengajakku ke lantai dua dan duduk di salah satu sudut dekat balkon. Kafe ini tak terlalu ramai, tapi juga tak terlalu sepi pengunjung.
Sudah ada lembaran menu di meja saat kami duduk, dengan berbagai menu yang membuatku sedikit terkejut. Aku memang melihat logo bakso di depan kafe sebelum kami masuk, tapi ternyata ada berbagai menu olahan bakso yang belum pernah kulihat sebelumnya. Seperti bakso bakar keju yang benar-benar diberi parutan keju mozarella di atas baksonya, spagetti bakso yang terlihat seperti spagetti yang akan aku temukan di restoran dengan bulatan bakso di atasnya, juga pizza bakso.
"Mau pesen apa?" Jeanny bertanya.
"Ibu hamil ga boleh makan terlalu pedes atau asem." ujar Jojo, yang entah bagaimana tatapannya padaku tiba-tiba berubah. "Ooh.. Kamu pernah bilang begitu ke Astro waktu PAMMITS. Kamu beneran hamil?"
Sial.. Jojo mengingatnya..
Jeanny menatapku penuh minat, "Serius kamu hamil?"
Aah bagaimana aku harus menjawabnya?
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Ada sepasang mahasiswa di satu meja dua baris dari tempat kami duduk, juga beberapa orang yang duduk terpisah di sudut yang berjarak cukup jauh.
Aku menatap Jojo dan Jeanny bergantian dan bicara dengan nada rendah tapi cukup untuk di dengar oleh keduanya, "Mm.. Itu.. Sebenernya belakangan ini aku sama Astro lagi baca buku soal kehamilan. Trus emang sehari sebelum ketemu kalian di PAMMITS itu paginya aku muntah. Astro mikir aku hamil, tapi aku pakai test pack hasilnya negatif kok."
Jojo dan Jeanny saling bertatapan dalam diam. Berbagai ekspresi muncul di wajah mereka. Campuran khawatir, senang, sendu, juga menyayangkan.
"Bisa tolong jangan kasih tau orang lain soal ini? Aku ga mau bikin gosip baru. Aku ga hamil." ujarku.
Jojo dan Jeanny mengangguk. Kuharap mereka bisa dipercaya.