Nyeri
Nyeri
Aku menoleh dan menemukan Pratama sedang menatapku dengan tatapan penuh minat, dengan Hasto dan Jojo di sebelahnya. Aku tersenyum dan menganggukan kepala agar aku tak perlu menyalami semuanya.
Jojo tersenyum lebar sekali, "Kalian adalah suami istri paling aneh yang aku tau. Sekarang apa? Kamu nganter Astro ke kampus, trus nanti kamu juga yang jemput?"
"Tambahan, aku dibikinin bekal penuh cinta biar ga ada perempuan yang ganggu aku makan siang." ujar Astro sambil mendekap kepalaku dan mengelusnya.
Sial ... Astro pasti sengaja mempermalukanku. Sebetulnya kami memasaknya bersama, tapi aku memang memaksanya untuk membawa sebagian sebagai bekal agar dia tak diganggu oleh Cantika.
"Serius?" Hasto bertanya.
Astro mengangguk dengan bangga. Sepertinya aku baru saja salah menilai. Kupikir Astro sengaja mempermalukanku, tapi sepertinya dia hanya sedang memamerkan betapa aku mencintainya.
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Bikinin buatku juga. Nanti aku bayar." ujar Hasto.
"Dia ga butuh duit kamu, To. Mereka orang kaya." ujar Pratama.
Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat ucapanku pada Astro dua setengah tahun yang lalu, tepat setelah dia membawaku ke restoran dan melihat resort miliknya. Aku berkata dia adalah orang kaya, dan dia menyanggah dengan berkata itu tergantung bagaimana aku menilai definisi tentang kata kaya itu sendiri.
"Iya lah. Faza kan ..." ujar Jojo yang segera dipotong oleh Astro.
"Faza istriku. Bekal bikinannya cuma boleh buatku." ujar Astro.
Sepertinya Jojo mengerti informasi yang dia dapatkan kemarin tentang aku sedang mengelola workshop adalah rahasia. Jojo segera memberi tatapan meminta maaf padaku. Aku memberinya gelengan kepala singkat dengan maksud dia tak perlu meminta maaf.
"Aku pulang ya." ujarku pada Astro.
Astro mengecup dahiku, "Hati-hati ya."
Aku mengangguk dan mencium tangannya, "Nanti kabarin kalau udah selesai."
Astro mengangguk sambil melepas topi yang bertuliskan namanya dari kepalanya dan memakaikannya ke kepalaku, "Telpon aku kalau ada apa-apa."
Aku mengangguk dan melambaikan tangan sambil beranjak menjauh. Teman-temannya langsung menjitak kepala Astro dan meneriakkan kata-kata makian padanya. Namun aku justru tersenyum melihat mereka. Sepertinya aku benar-benar merindukan suasana kampus.
Aku melangkahkan kaki kembali menuju parkiran. Ada banyak pasang mata memperhatikanku penuh minat sejak aku dan Astro datang beberapa saat lalu, tapi kami mengabaikannya. Aku mengambil kunci mobil di saku jaket dan duduk tepat di belakang kemudi, lalu mengambil napas panjang dan dalam.
Aku masih merasa bersalah karena aku tak sempat melihat hasil test pack yang kupakai tadi pagi karena aku terlalu takut untuk melihat hasilnya. Haruskah aku membongkar tempat sampah untuk melihat hasilnya? Namum hasilnya mungkin saja tidak akurat karena sudah terlalu lama. Atau ... aku bisa mencoba menggunakan test pack yang lain?
Aku menghela napas dengan keras sambil menyalakan mobil. Aku akan tahu aku benar-benar hamil atau tidak saat pemeriksaan USG akhir minggu ini. Kurasa aku akan memilih menunggu sampai hari itu tiba.
Aku mengarahkan mobil kembali ke workshop dengan kecepatan sedang. Aku sudah mengabari Putri bahwa aku akan terlambat sampai dan memintanya memberi partner kerja kami briefing pagi tanpa kehadiranku.
Entah kenapa tiba-tiba perutku terasa nyeri. Aku sudah sarapan pagi ini. Jadi seharusnya aku tak akan mengalami nyeri akibat telat makan.
Aku melirik spion tengah untuk menatap diriku sendiri. Aku memang terlihat pucat. Apakah aku kelelahan? Namun seharusnya kelelahan tidak menyebabkan nyeri, bukan?
Aku memacu kecepatan mobilku lebih tinggi dan segera memarkir mobil di halaman workshop. Aku membuka pintu workshop yang sudah dipasangi bel yang berbunyi seperti lonceng. Lalu bergegas melewati tangga menuju ke atas. Tepat saat aku sampai di tengah tangga, Putri muncul di anak tangga paling atas. Dia terlihat lega saat melihatku.
"Kenapa? Ada sesuatu?" aku bertanya sambil melanjutkan langkahku dan menghampirinya.
"Aku ... ke sini dulu sebentar." ujarnya sambil mengamit tanganku dan mengajakku berjalan menuju mejanya.
"Pagi. Udah pada sarapan?" aku menyapa semua partner kerjaku yang sedang berkutat dengan perhiasan untuk Teana dan mama Xavier. Mereka semua serentak menjawab sudah sambil tersenyum.
Aku mengangguk sambil mengikuti Putri. Putri memperlihatkan halaman website kami dan membuka sesi percakapan dengan seseorang bernama Mona. Mona meminta kami membuat 24 bros perak dengan aksen mutiara yang sesuai dengan desain miliknya. Dia berkata, desain bros itu dibuat khusus untuk sebuah perkumpulan lansia.
"Aku pikir ini mimpi. Aku mimpi ga sih?" Putri bertanya dengan tatapan tak percaya.
Aku meneliti pesan mereka dari awal hingga akhir. Tak ada yang janggal, tapi akan lebih baik jika kami berhati-hati.
"Kita hitung costnya dulu, trus minta DP. Jumlahnya ga sedikit jadi kita harus hati-hati."
Putri mengangguk dengan mantap.
"Ada lagi yang lain?"
"Kamu yakin kamu ga sakit?"
Aah....
Sebetulnya aku sedang menahan nyeri yang kurasakan di perutku sejak di dalam mobil. Namun mendengar Putri bertanya dengan tatapan khawatir membuatku merasa buruk.
"Aku ke kamar sebentar. Perutku sakit." ujarku sambil beranjak menjauh.
Putri dan Bara yang sedang berdiri dekat denganku menatapku hingga aku menghilang ke dalam kamar. Aku mengunci kamar dan berjalan menuju lemari, lalu melewati jalan rahasia ke rumah rahasia.
Entah kenapa aku merasa seperti seorang tokoh novel fantasi. Mungkin saja aku akan menemukan hutan di balik lemari? Memikirkannya membuatku tertawa seorang diri. Aku benar-benar konyol sekali.
Aku berjalan cepat menuju kamar mandi dan membuka celana yang kupakai. Aku baru saja duduk di jamban saat menyadari ada darah di celana dalamku.
Apakah bayiku keguguran? Apakah nyeri yang kurasakan sejak kemarin adalah reaksi dari bayiku yang merasa terlalu lelah?
Wajahku pucat hingga Putri dan Jeanny bertanya apakah aku sakit sejak kemarin, tapi aku mengabaikannya. Nyeri di perutku kali ini juga jelas bukan kebiasaan menstruasiku. Aku tak pernah merasa nyeri saat menstruasi.
Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?
Jantungku berdetak dengan sangat kencang. Aku tak bisa lagi mengenali iramanya. Aku memperhatikan noda di celana dalamku dengan seksama. Terlihat seperti menstruasi biasa, tanpa gumpalan darah.
Aku bergegas membersihkannya dan memakai handuk sebelum keluar. Aku mengambil celana dalam yang baru dari lemari, juga memasang pembalut dan memakainya. Aku menarik laci meja rias dan mengambil satu test pack. Aku berlari kembali ke kamar mandi dan mengikuti instruksi di kemasan test pack. Saatnya menunggu.
Nama Reagan Baratha Adiwiyata terngiang berkali-kali di telingaku. Tepat seperti saat Astro mengatakannya, nada suara Astro saat mengucapkannya, juga ekspresinya yang mantap saat mengucapkannya terbayang jelas di mataku.
Astro begitu menginginkan bayi dan sekarang kemaluanku berdarah. Entah darah menstruasi atau bayi kami.
Kenapa di saat seperti ini setiap detik terasa seperti selamanya? Jantungku yang berdetak kecang dan cepat. Terasa seperti sedang berkebalikan dengan waktu yang terasa lambat sekali berlalu.
Apa yang akan kulakukan jika bayiku memang keguguran? Lalu apa yang akan kulakukan jika aku sedang menstruasi? Apa yang akan kukatakan pada Astro?
Reagan Baratha Adiwiyata.
Air mataku meleleh. Hatiku terasa sakit sekali. Entah ada apa denganku sekarang.
Aku membasuh wajah dengan air di wastafel dan menatap pantulan diriku sendiri. Siap kah aku menjadi seorang ibu? Ada seorang anak yang memanggilku bunda pasti akan terasa menyenangkan. Namun aku masih begitu muda.
Kepalaku terasa berdenyut saat membayangkan apa yang akan kukatakan pada opa dan oma, juga ayah dan ibu. Bagaimana dengan tanggapan tante Lusi yag sudah menjelaskan dengan tegas pada kami bahwa kami harus benar-benar mempersiapkan diri jika akan menjadi orang tua nanti.
Lalu bagaimana denganku?
Aku menatap test pack yang tergeletak di atas wastafel. Aku tak akan membuang kesempatan untuk melihat hasilnya sekarang.
Aku mengambilnya dan mencocokkan hasilnya dengan keterangan di balik kemasan test pack. Aku menatapnya bergantian dengan jari yang mulai bergetar. Aku tak ingin salah melihat, tapi berkali-kali aku mencocokkan. Hasilnya tetap sama.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-