Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Membuang



Membuang

1"Oh kenalin, aku Sato. Namaku Satoru, tapi anak-anak manggil aku Sato." ujarnya sambil mengulurkan tangan untuk kujabat.     

Aku menatap uluran tangannya dengan canggung. Aku sedang membiasakan diri untuk tak menjabat tangan sembarang orang. Aku mengangguk sedikit sebagai salam, kuharap itu cukup baginya.     

Sato menarik uluran tangannya dengan canggung, "Kamu bisa nanya ke Jeanny sih soal aku kalau kamu ragu. Kamu butuh tumpangan? Mau ke mana?"     

Aku menggeleng, "Ga kok. Makasih."     

Satoru menatapku dalam diam selama beberapa lama, lalu memakai kembali helmnya. Entah kenapa aku merasa familiar dengannya padahal kami belum pernah bertemu. Aku yakin sekali tentang itu, karena aku tak mengingat siapapun bernama Satoru.     

"Aku cabut ya." ujarnya sambil memberi isyarat untuk melanjutkan perjalanan.     

Aku hanya mengangguk.     

"Mending kamu chat Jeanny kalau kamu butuh temen ngobrol. Jangan jalan sendirian. Ini udah malem." ujarnya yang langsung menutup kaca helm.     

Aku hanya mengangguk dan tersenyum, hanya untuk sopan santun.     

"Duluan ya." ujarnya yang langsung berlalu menggunakan motor treknya.     

Aku baru menyadari motornya sama seperti motor yang dipakai Zen. Aku pernah mendapatkan masalah dengan Donny dan berakhir di kantor polisi karena mengebut dengan motor Zen.     

Aku menatap motor Satoru yang segera menghilang dari pandanganku dan membatalkan niatku untuk duduk di halte. Aku baru menyadari Jian atau Lyra pasti sedang membuntutiku sekarang.     

Aku memastikan jalanan aman sebelum menyeberang. Aku sempat berpegangan pada ranting pohon yang ditanam di tengah jalan sebelum menyeberang kembali di sisi yang lain, lalu berjalan cepat dan masuk ke lorong kecil yang hanya muat untuk dua orang pejalan kaki.     

Jika Jian atau Lyra ingin membuntutiku, mereka harus memutar sejauh beberapa puluh meter ke ujung jalan karena mereka membawa mobil. Aku baru menyadari selama ini aku mudah dijaga karena mereka mengetahui pergerakanku. Sekarang, aku sedang mencoba untuk menghilang dari jarak pandang mereka karena aku ingin sendiri.     

Entah ada apa denganku. Entah ke mana aku akan mencari sesuatu yang hilang dariku. Aku hanya berpikir aku tak ingin diikuti siapapun saat ini. Jika aku ingin pulang nanti, aku hanya perlu bertanya pada seseorang.     

Aku melewati beberapa lorong kecil yang lain dan bertemu dengan sebuah jalan yang bisa dilewati oleh dua mobil bersisian. Aku terus melangkahkan kaki dan menuruti ke mana kakiku ingin membawaku. Aku tak lagi merasa lelah. Aku justru merasa penasaran dengan lingkungan ini.     

Ada rumah makan kecil yang berjarak setiap beberapa belas meter sekali, juga banyak laki-laki sedang berbincang di satu sudut. Ada banyak suara motor lalu lalang, dengan tawa anak-anak yang terdengar nyaring dari dalam rumah-rumah.     

Anak.     

Kata itu mengingatkanku pada Astro. Aku tak tahu apakah dia sengaja tidak mengikutiku karena ingin membiarkanku sendiri dan mempercayakan penjagaan terhadapku pada Jian atau Lyra. Namun aku sudah terlepas dari penjagaan mereka sekarang, mereka mungkin sedang kesulitan mencariku. Terlebih, karena aku tak membawa handphoneku bersamaku.     

Aku hampir ragu untuk melanjutkan langkah. Namun setelah melangkah satu kali, dan mengambil langkah dua kali, sepertinya rasa raguku menghilang begitu saja.     

Ada sebuah lapangan bulu tangkis yang sedang kosong di lingkungan ini, yang berada di area sebuah taman yang terlihat terbengkalai. Memang ada beberapa macam permainan seperti ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran, juga beberapa tempat duduk yang terbuat dari semen yang dibentuk menyerupai batang pohon. Namun semuanya terlihat rusak dan tak terawat.     

Aku mengedarkan pandangan mengelilingi taman itu. Gelap. Hanya ada tiga lampu yang berpijar redup mengelilingi taman.     

Aku menatap sebuah pohon besar di tengah taman dengan bongkahan kayu yang dipaku di salah satu sisi batangnya. Saat aku mendongkak, ada sebuah papan besar yang membentang di tengah batang pohon. Sepertinya papan itu cukup kuat untuk menopang tubuhku.     

Aku memanjat satu demi satu bongkahan kayu yang dipaku pada batang pohon dan sampai di atas tanpa kesulitan yang berarti. Dugaanku tepat. Papan ini cukup kuat untuk menopang tubuhku, tapi ukurannya terlalu kecil untuk berbaring. Dan kurasa aku baru menyadari tempat ini dibuat sebagai rumah pohon oleh seseorang.     

Angin yang datang beberapa saat sekali membelai tubuhku. Langit hanya terlihat dari sela dahan pohon. Gelap dan terasa dingin.     

Aku menghela napas perlahan sambil menyandarkan punggung ke batang pohon dan memejamkan mata. Jika dibandingkan dengan rumah pohon milik bunda yang terlihat seperti rumah kecil dengan atap dan dinding kayu, rumah pohon ini sederhana sekali.     

Entah kenapa saat menyadari hal ini, aku berpendapat hidup yang dulu kupikir adalah hidup yang biasa saja, terlihat seperti hidup yang orang lain inginkan. Aku memang kehilangan keluargaku, tapi aku masih memiliki opa dan oma. Aku tak pernah merasa kelaparan atau terlantar, juga merasa disingkirkan walau aku memang pernah merasa ditinggalkan seorang diri.     

Sebelum aku cukup umur untuk menerima penghasilan dan memiliki aset gerai kopi peninggalan ayah, opa selalu memberiku semua benda yang kubutuhkan. Opa bahkan memberiku pekerjaan dengan gaji karena telah membantu toko kain. Sedangkan orang lain merasa kesulitan hanya untuk mendapatkan sebuah kesempatan untuk menghasilkan uang.     

Aku memang pernah berpendapat Astro adalah salah satu orang kaya saat aku mengetahui dia memiliki restoran dan resort yang menjadi miliknya. Namun itu terjadi jauh sebelum aku menyadari aku pun memiliki aset yang hampir sama sepertinya.     

Ayah dan ibunya memang memiliki aset yang lebih dibandingkan opa. Dan kakek Arya memiliki kekuasaan yang bisa membantu keluarga mereka. Namun opa juga memiliki aset yang tak kalah baik. Sebuah perusahaan senjata bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan, bukan? Terlebih, opa memiliki akses ke orang-orang terpercaya seperti Kyle, yang bahkan keluarga Astro tak memilikinya.     

Aku baru saja membuka mata dan berpikir akan pulang saat mendengar beberapa orang bernyanyi diiringi gitar. Aku menggeser tubuh dan menengok ke bawah. Ada empat orang laki-laki sedang berkumpul dan duduk di tanah, salah satunya memetik gitar. Harus kuakui permainan gitarnya cukup baik.     

Aku menyandarkan tubuh ke batang pohon karena aku malas memperhatikan mereka. Jika aku turun sekarang, mereka pasti melihatku dan akan bertanya siapa aku.     

Aku memejamkan mata dan mendengarkan mereka bernyanyi sebagai hiburan. Mereka tak mungkin bertahan di sini sampai pagi, bukan? Aku akan segera turun jika mereka sudah pergi. Namun setelah beberapa lagu, aku mendengar mereka bercakap. Mereka membahas tentang tugas kuliah, tentang pacar, juga tentang apa saja yang mereka lakukan hari ini. Lalu mereka kembali bernyanyi.     

Aku lapar, aku lelah dan nyeri di perutku mulai datang lagi hingga aku memutuskan untuk merebahkan tubuh dan meringkuk. Aku beruntung sudah memakai jaket saat keluar rumah atau aku pasti sudah kedinginan saat ini.     

Kenapa sekumpulan laki-laki ini tak juga pergi? Mereka tak mungkin benar-benar bertahan di sini sampai pagi, bukan? Memangnya mereka tak memiliki hal lain yang bisa dikerjakan?     

Mereka terlihat seperti sekumpulan laki-laki yang membuang waktu. Sangat berbeda dengan Astro yang menghabiskan waktu untuk mengurusi segala pekerjaan dan deadline kampusnya. Astro bahkan pernah mengeluh dia kehabisan waktu karena kesulitan mengerjakan semuanya beberapa bulan lalu saat isu skandalnya dengan Cokro dan Dissa mencuat.     

"Maaf, Mas. Liat perempuan lewat sini ga? Ini fotonya." terdengar suara seseorang bertanya.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.