Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Murahan



Murahan

3Aku menyalakan handphone dan menunggu selama beberapa saat untuk membiarkan semua notifikasi masuk. Astro masih mengelus perutku perlahan, yang membuat sesuatu yang berputar di dasar perutku berangsung menghilang.      

Aku menoleh untuk menatapnya. Aku berharap aku akan mendapatkan sedikit keberanian setelahnya, tapi melihat raut wajahnya yang terlihat khawatir justru membuatku merasa gelisah.     

Apa yang harus kukatakan pada Denada? Denada pasti sedang merasa kubohongi saat ini. Bagaimana aku harus menjelaskannya?      

Aku memang merasa Denada harus melihat sendiri hubungan antara Petra dan Tiffany, juga bicara langsung dengan keduanya. Bukannya aku tak menduga Denada akan bersikap impulsif pada mereka, tapi aku memang mengabaikan dugaan bahwa Denada mungkin saja akan membenciku.     

Aku mengalihkan tatapanku kembali ke handphone di tanganku dan mengambil napas panjang. Astro benar. Bagaimana pun aku memang harus menghadapi Denada, lebih cepat lebih baik.     

Aku membuka aplikasi pesanku. Aneh. Hanya ada pesan dari Denada, tak ada pesan yang lainnya sejak aku tertidur di mobil setelah berbelanja kemarin.      

Aku memang berpesan pada Putri untuk mengurus workshop selama beberapa hari karena aku akan beristirahat. Aku bisa mengerti kenapa dia sengaja tidak menghubungiku, tapi benar-benar tak ada pesan yang lainnya.     

Aku memberanikan diri membuka pesan dari Denada. Jariku bergetar. Aku menebak-nebak apa yang akan Denada katakan padaku karena hanya ada empat pesan darinya.     

Denada : Angkat telponku Faza (dikirimkan kemarin sore, beberapa saat setelah aku memutuskan untuk pergi tanpa membawa apapun)     

Denada : Kamu tau Petra tunangan, tapi kamu ga ngasih tau aku? Kamu jahat!! Aku tau kamu bisa dapet informasi gampang. Kamu punya Kyle. Kamu juga bisa pakai informan dari opa, tapi ga gitu caranya!      

Denada : Kamu minta aku dateng ke Aussie buat apa kalau kamu udah tau Petra punya tunangan? Kamu mau liat aku patah hati? Mau pamer selama ini gaya pacaran kamu sama Astro yang paling aman? Mau bilang ke aku kalau aku udah dibuang sama Petra karena aku murahan? Kamu jahat!!!     

Denada : Aku ga mau ketemu kamu lagi! Jangan pernah dateng ke rumahku lagi! Jangan coba-coba hubungin aku lagi!! Kamu jahat, Faza!! JAHAT!!     

Aku melepas handphone dari tanganku dan menutup wajahku tiba-tiba. Mataku basah dan aku tak dapat menyembunyikan isak yang keluar.     

Astro melepas tangannya dari perutku dan merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya. Kecupannya di puncak kepalaku yang biasanya membuatku merasa tenang sekarang justru membuatku semakin merasa bersalah.     

Aku tak pernah mengatakan apapun tentang cara yang kujalani dengan Astro adalah yang terbaik. Aku tak pernah menganggap Denada murahan karena pernah melakukan hal-hal intim dengan Petra sebelum waktunya. Aku juga tak pernah memaksanya untuk menikah muda sama sepertiku. Namun Denada menganggapku jahat.     

Aku ingin berteriak, tapi tak ada teriakan yang keluar. Hanya ada isak yang tertahan karena aku tak tahu apa yang akan kulakukan. Pikiranku kosong. Benar-benar kosong.     

"Aku minta Lyra nemenin kamu di rumah ya." ujar Astro dengan bibir masih menempel di puncak kepalaku.     

Aku hanya diam. Aku tak tahu harus menjawab bagaimana.     

"Aku ga bisa ninggalin kamu sendiri sekarang, tapi aku juga ga bisa bolos. Aku ada tugas presentasi penting hari ini."     

Tugas presentasi penting dia bilang? Tugasnya lebih penting dari pada perasaanku yang sedang hancur rupanya.     

"Aku minta maaf ga bisa nemenin kamu, Honey. Aku pulang siang. Aku cuma ada dua kelas. Nanti kita ke dokter ya." ujarnya sambil mengelus kepalaku.     

Aku hanya mengangguk. Memangnya aku memiliki pilihan lain? Aku pun sedang tak ingin bertindak bodoh seperti kemarin. Mendebat keputusannya sekarang akan membawaku pada hal buruk. Aku bisa merasakannya.     

Astro melepas kedua tangan yang menutupi wajahku dan mengamit daguku untuk menatapnya, "Kamu ga jahat. Denada salah ngerti. Dia salah nilai kamu."     

Kalimatnya membuat satu beban berat jatuh ke dasar perutku secara tiba-tiba. Napasku bahkan terasa sesak.     

"Aku emang jahat." ujarku lirih.     

"Kamu ga jahat. Mana ada perempuan cantik baik hati gini jahat?"     

"Aku emang jahat, Astro! Aku bisa aja bilang langsung ke Denada, tapi aku minta dia ketemu Petra di Aussie. Aku emang jahat!" entah bagaimana tiba-tiba aku histeris.     

Jauh di dalam lubuk hatiku aku tahu hanya dengan mempertemukan Denada, Petra dan Tiffany lah yang akan membuat Denada membuka mata. Namun aku memang jahat. Aku sudah berniat untuk membuat Denada putus dengan Petra dengan cara yang buruk. Cara yang buruk dari yang paling buruk yang bisa terpikirkan olehku.     

Aku menghela napas saat melihat Astro menatapku dengan tatapan khawatir, "Aku ... ga pernah nganggep Denada murahan."     

Entah kenapa terasa seperti ada beban terbang dari hatiku saat mengatakannya. Hatiku terasa lebih lega, tapi aku tahu ada masalah yang harus kuselesaikan.     

Bagaimana caraku menyelesaikannya?     

Denada tak ingin aku menghubunginya atau mendatangi rumahnya lagi. Bahkan aku baru saja menyadari Denada memblokir kontakku karena aku tak dapat melihat foto pofilnya di aplikasi pesan kami.     

Aku menatap Astro dengan tatapan sendu, "Aku harus gimana?"     

"Kamu bisa tepon ibu. Aku pernah bilang kan, kamu bisa cerita apa aja ke ibu."     

Aku lupa tentang hal itu. Mungkin ibu bisa memberi jalan keluar untukku. Lagi pula ibu dekat dengan mama Denada. Mereka bahkan mengelola panti asuhan bersama.     

Astro mengecup dahiku, "Ibuku ibu kamu juga, Honey. I've told you (Aku pernah bilang sama kamu), kamu ga akan sendirian setelah kita nikah. Keluargaku jadi keluarga kamu juga. Jangan bebanin diri kamu sendiri."     

Aku menatapnya lekat dan berpikir lama sekali. Mungkinkah selama ini aku masih menganggap keluarganya sebagai orang asing? Aku memang masih merasa sungkan, tapi aku tak pernah berpikir aku menganggap mereka tak seperti keluargaku. Atau apakah aku bersikap seperti mereka adalah orang asing?     

"Ibu hari ini di rumah. Kamu bisa nelpon ibu pagi ini. Kamu boleh curhat sama ibu. Ibu pasti seneng anak perempuannya ngajak curhat." ujar Astro sambil mengelus pipiku.     

Aku mengangguk, "Nanti aku telpon."     

Astro mengecup bibirku, "Cerita sama ibu semuanya. Biar ibu bisa kasih kamu saran yang pas. Mungkin ibu juga bisa bantu kamu ngobrol sama Denada lagi."     

"Kemarin Denada ngobrol sama kamu waktu dia nelpon kan?" aku bertanya saat mengingat hal itu.     

Astro hanya mengangguk.     

"Denada bilang apa?"     

Astro terlihat ragu-ragu walau sepertinya dia membatalkan niatnya untuk memberitahuku, "Bukan apa-apa. Kamu harus telpon ibu, okay? Aku mandi dulu."     

"Denada bilang apa, Astro?"     

Astro menggeleng sambil mengelus pipiku, "Kamu harus telpon ibu. Lebih cepet masalah kalian selesai lebih bagus. Kita masih punya masalah sama Zenatta. Akan repot kalau Denada milih buat misah dari kita dan deket ke orang yang ga tepat."     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.