Kesetiaan
Kesetiaan
Aku sedang melirik ke arah handphone yang tergeletak di atas meja karena menunggu telepon dari Mayang. Setelah berbincang dengan Kyle dan Lyra tadi pagi, aku memutuskan akan memberi tahu Mayang apa yang terjadi. Aku hanya sempat bertanya apa Mayang memiliki waktu, Mayang berkata akan meneleponku jika semua kelas perkuliahannya hari ini selesai.
"Jangan liatin aku begitu, Kyle. Kamu bikin aku salah tingkah." ujarku saat melihat Kyle melirik ke arahku.
"Kyle ngajak Nona ngelukis buat bikin Nona rileks, bukan khawatir."
Aku tahu Kyle benar, tapi ... yang benar saja? Jika aku tidak sedang memikirkan sahabat-sahabatku, mana mungkin aku segelisah ini?
Aku menghela napas sambil melanjutkan goresan kuasku pada kanvas, "Aku nunggu telpon dari Mayang."
"Bukannya nona Mayang ada jam kuliah sekarang?"
Aku mengangguk sambil melanjutkan lukisan hutanku yang hampir selesai. Hutan yang kuingat di dalam mimpiku bersama Gerard, dengan sekumpulan bunga lavender di salah satu sisi dekat rel kereta api. Mimpi hutan yang sama yang membuatku mual di pagi hari hingga membuat Astro mengira aku sedang mengandung.
Aku tahu ini konyol sekali. Untuk apa aku melukis hutan yang hanya kuingat dalam mimpiku? Aku hanya langsung menggoreskannya saja saat aku melihat kanvas.
Aku menoleh pada Kyle, "Kamu masih suka sama Denada?"
Kyle memberiku senyuman yang terlihat menawan, "Kenapa Nona pikir Kyle suka sama nona Denada?"
Aku terkejut, "Bukannya kamu emang suka?"
"Kyle suka, tapi bukan suka kayak yang Nona pikir. Nona Denada cantik dan jujur aja Kyle ga suka ada yang nyakitin perempuan sebaik nona Denada."
Begitukah? Apakah selama ini aku salah mengartikan? Lalu kenapa Kyle menyanggupi perkataanku untuk menunggu Denada melepas Petra lebih dulu saat kami dalam perjalanan pulang dari lapangan basket ka rumah opa beberapa hari lalu?
Aku menatap Kyle dalam diam. Kyle masih memberiku senyum yang terlihat menawan. Kurasa aku baru saja merasa aku bodoh sekali.
"Kyle masih berpikiran sama, Nona. Kyle ga berniat jadi kayak Tuan." ujar Kyle sambil mengamit kuas di tanganku dan menggoreskan warna hijau untuk dedaunan, lalu meletakan kuasnya ke dalam wadah yang sudah diberi air.
"Kamu ... punya keluarga kan? Kamu ga pengen jadi kayak keluarga kamu? Kayak papa mama kamu misalnya." ujarku ragu-ragu.
Senyum menawan Kyle tiba-tiba lenyap, berganti dengan tatapan serius dan tenang. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi rasanya seperti aku baru saja salah bertanya.
"Sorry kalau aku salah nanya. Aku ga berniat begitu."
Kyle menggeleng, "Kyle ga tau siapa orang tua Kyle, Nona. Kyle cuma tau Tuan yang selama ini ngurusin Kyle sampai Kyle jadi kayak sekarang."
Tunggu sebentar....
"Maksud kamu opa yang ngurusin kamu?"
"Kyle salah satu dari anak asuh, Tuan, tapi cuma Kyle satu-satunya yang nerusin profesi Tuan."
Aku hampir saja mengira aku sedang salah mendengar, tapi aku mendengar setiap kata dalam kalimat yang Kyle ucapkan dengan baik. Aku tahu opa memiliki anak asuh, beberapa di antaranya bekerja untuk ibu dibawah yayasan. Aku sama sekali tak menyangka Kyle adalah satu di antaranya juga.
Tunggu sebentar.....
Jika Kyle membahas ini denganku, bukankah itu berarti dia tak tahu opa menyembunyikan fakta tentang anak asuhnya dariku? Atau memang selama ini opa memang tak pernah berniat menyembunyikan tentang fakta ini dariku? Mungkin ada sesuatu tentang anak asuh di loteng yang selama ini tak kusadari?
"Kenapa kamu milih jadi kayak opa?" tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dari bibirku begitu saja.
Kyle terdiam sesaat sebelum bicara, "Karena Kyle mau balas budi. Tuan udah banyak bantu Kyle selama ini. Kyle ga keberatan kerja buat Tuan seumur hidup."
Entah bagaimana bulu halusku meremang mendengarnya. Terasa seperti aku baru saja mendengar pengakuan kesetiaan yang tak pernah kudengar sebelumnya.
"Kamu ga perlu begitu, kamu tau? Opa pasti seneng kalau kamu nikah."
Kyle memberiku senyum yang terlihat menawan, tapi tak mengatakan apapun. Tiba-tiba saja aku merasa dugaanku tentangnya yang akan melaporkan gerak-gerikku dan Astro pada opa adalah benar. Jika Kyle begitu setia pada opa, bukan tak mungkin dia akan melakukan apapun yang opa perintahkan untuknya.
"Nona ga perlu khawatir. Semua yang Nona minta Kyle buat rahasiain dari Tuan akan selalu Kyle simpan. Gimana pun, kalau Tuan ga ada nanti, Kyle akan terus jagain Nona."
Apa yang baru saja kudengar?
"Tuan masih sehat, Nona ga perlu khawatir. Kyle cuma mau bilang kalau pun Tuan ga ada nanti, Nona selalu bisa minta bantuan Kyle."
Aku benar-benar terpaku mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari bibirnya. Dan aku tak tahu bagaimana harus bereaksi atau bagaimana harus membalas kalimatnya.
"Seharusnya Kyle ga boleh ngomong begini sekarang. Kyle cuma mau Nona tau Kyle akan nemenin selalu Nona ke depannya."
"Kamu ... kamu baru aja bilang kamu mau jadi bodyguardku seumur hidup, kamu tau?" aku bertanya.
Kyle mengangguk, "Kyle tau, Nona."
Bagaimana aku harus menanggapi situasi ini sekarang? Aku tak bisa menyanggupi atau menolaknya tanpa tahu bagaimana pendapat Astro tentang hal ini.
"Aku ga bisa nyanggupin soal ini sekarang Kyle. Aku ..."
"Nona ga perlu jawab. Kyle cuma mau Nona tau Nona bisa minta bantuan Kyle kapan pun Nona butuh. Kalau Kyle punya panggilan kerjaan lain, Kyle akan minta ijin sama Nona dulu."
Aku menatapnya dengan bimbang. Bagaimana bisa aku bertemu dengan seseorang sepertinya? Ini terasa seperti aku baru saja mendapatkan kesetiannya tanpa melakukan apapun.
Aku menghela napas, "Aku harus ngobrolin soal ini sama Astro, Kyle. Aku ga bisa mutusin sendiri."
"Kalian memang harus lebih kompak. Masalah kalian di depan sana ada banyak. Kalau kalian ga kompak, kalian cuma akan nyakitin diri kalian masing-masing."
Kali ini aku setuju dengannya. Yang dikatakan Kyle adalah benar. Aku dan Astro harus bisa saling mengerti. Kami harus meminimalisir kejadian seperti kemarin agar tak terulang kembali. Aku mengalihkan tatapanku ke lukisan hutan di depanku saat aku baru mengingat sesuatu.
"Kenapa kamu sembunyiin fakta soal Gerard waktu itu? Kalau bukan karena Gerard yang nemenin Zenatta ke resepsi, kamu ga akan kasih datanya ke aku kan?" aku bertanya tanpa menoleh ke arah Kyle.
Kyle terdiam sesaat sebelum bicara "Kyle minta maaf, Nona. Itu perintah dari Tuan. Tuan ga mau trauma Nona kambuh, dan ... Kyle nemu jejak Gerard sempet nyari Nona sampai ke jembatan setelah Nona jatuh, tapi Gerard ga nemu jejak Nona lagi setelah itu."
Entah kenapa seperti ada gemuruh di dadaku yang sulit kujelaskan.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-