Ulah
Ulah
"Sebentar aku bersihin ini dulu." ujarnya sambil melirik ke tubuhnya yang telanjang.
Aku berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, lalu mengeringkannya dengan handuk. Aku keluar tepat saat Astro menatapku dengan senyum menggodanya yang biasa saat akan masuk, tapi dia tak mengatakan apapun.
"Aku duluan ya." ujarku sambil tersenyum lebar dan mengecup bibirnya.
Aku berjalan dengan cepat dan mengamit handphoneku yang kuletakkan di atas meja kerja sebelum Astro menarikku kembali padanya. Aku bergegas keluar kamar dan menaiki tangga menuju atap workshop untuk melihat senja. Aku meninggalkan Astro karena dia pasti membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk membersihkan diri karena aku baru saja memanjakannya.
Kami sudah sampai di workshop tepat saat semua partner kerjaku bersiap untuk pulang. Mereka sempat bertanya apakah aku sedang sakit. Aku hanya berkata aku perlu beristirahat satu atau dua hari lagi.
Aku benar-benar perlu menenangkan pikiranku lebih dulu dan hal pertama yang kulakukan adalah memanjakan Astro setelah semua orang pulang. Aku tahu dia pasti menyukainya dan aku membutuhkan suasana hatinya dalam kondisi baik sekarang.
Putri sempat memberi laporan langsung dengan mengatakan pelanggan kami yang bernama Mona, yang berniat untuk memesan 24 bros perak dengan aksen mutiara yang dibuat khusus untuk perkumpulan lansia pecinta tanaman kaktus sudah mentransfer DP sebesar 70% dari total harga dari 50% yang diminta. Semua pesanannya akan mulai dibuat esok hari.
Angin sejuk membelai wajahku saat aku baru saja sampai di atap. Jingga menyala berpadu abu-abu dan biru menggantung di ufuk sana, cantik sekali.
Aku berjalan pelan menuju pembatas balkon dan menatap jalan raya. Jalan raya padat, tapi lancar karena ini adalah jam pulang hampir semua orang yang bergegas ke rumah masing-masing.
Aku menatap layar handphoneku yang gelap. Aku sudah memberi tahu Jeanny tentang hasil test pack dan USG ku yang negatif. Jeanny sepertinya senang sekali saat mengetahui aku memang hanya kelelahan biasa. Aku juga bertanya tentang Satoru yang mengaku sebagai temannya dan Jeanny mengakuinya. Satoru memang temannya sejak masih di SMA.
Aku masih menunggu kabar dari Mayang yang belum juga datang. Aku juga cemas mengharapkan pesan Denada yang mungkin saja datang. Aku bahkan tahu jelas aku sedang gelisah menanti kabar dari ibu karena ibu berkata akan ke rumah Denada sore ini sedangkan sekarang hari hampir malam.
Aku menghela napas panjang dan menggenggam handphoneku lebih erat. Astro benar saat berkata masalah akan berada tepat di depan mata kami. Kami hanya tak tahu masalah mana yang akan kami hadapi lebih dulu.
Aku akan mengecek semua laporan dari pak Simon, pak Bruce dan Sari sambil menemani Astro bekerja. Aku akan menghentikan pekerjaanku jika aku mulai merasa lelah atau jika Astro memaksaku untuk beristirahat.
Matahari hampir benar-benar menghilang saat aku mendengar suara langkah kaki menaiki tangga. Saat aku menoleh, Astro sedang membawa gitar dan meletakkannya di kursi panjang di bawah kanopi transparan. Dia berjalan menghampiriku dengan senyum menggodanya yang biasa.
"Aku pikir kamu cuma pakai boxer ke sini." ujarku sambil menatap kaos hijau lumut yang dia kenakan.
Astro memelukku dan mengecup bibirku, "Aku bisa buka kaosnya kalau kamu mau."
Aku hampir saja tertawa, tapi aku menahannya dengan menutup mulut dengan tangan. Aku menggeleng saat dia terlihat serius dengan ucapannya.
"Serius ga mau aku buka?"
"Ga usah. Udah diem di sini. Mataharinya udah mau tenggelam." ujarku sambil membalik tubuhku menghadap pembatas balkon.
Astro mengecup tengkukku dengan lembut, meninggalkan sensasi geli dan membuat bulu halusku meremang. Andai dia sedang tidak memelukku seerat ini, kurasa aku akan memilih untuk menggeser tubuhku untuk memberi jarak dengannya.
"Thank you." bisiknya tepat di telingaku.
Aku hanya menggumam sambil tersenyum. Entah kenapa ini terasa menyenangkan. Aku tahu aku masih memiliki masalah dengan Denada yang membuat suasana hatiku terasa buruk. Namun perempuan mana yang tak akan merasa bahagia jika kekasih hatinya memeluknya seperti Astro sedang memelukku sekarang?
Kami hanya menatap matahari menghilang dalam diam. Aku tahu kami sedang berkutat dengan kedalaman pikiran kami masing-masing. Namun aku tak akan bertanya tentang apa yang sedang dia pikirkan, dia akan memberitahukannya padaku jika dia menginginkannya.
"Jadi mau nyanyi bareng?" Astro bertanya dengan bibirnya yang bergerak di tengkukku saat gelap mulai menyerang.
Aku mengangguk, "Dua lagu? Kamu harus kerja kan?"
Astro menggumam mengiyakan, lalu mengamit tanganku dan mengajakku duduk di kursi panjang dekat dengan gitar yang beberapa saat lalu dia bawa. Aku meletakkan handphoneku di meja dan menatapnya dalam diam.
"Aku mau nyanyi lagu ini. Kamu pasti tau." ujarnya sambil mulai memetik gitar. "I found a love for me
Darling, just dive right in and follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
Oh, I never knew you were the someone waiting for me ..."
Aah kurasa wajahku memerah sekarang....
Astro menyanyikan lagu ini saat hari pesta kelulusan sekolah kami. Lagu yang sama yang membuat seisi sekolah tahu kami saling memiliki. Lagu yang juga memberi tahu mereka bahwa kami sudah bersama selama bertahun-tahun sejak kami bertemu di toko kain milik opa.
Aku mengikuti Astro bernyanyi hingga bait terakhir dan kami saling bercumbu setelahnya. Cumbuan yang lembut dan manis.
Aku menatapnya lekat sambil mengelus kedua pipinya, "I love you, Astro Abhiyoga."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa yang kemudian berganti dengan tatapan lembut, "I love you too, Mafaza Marzia. Kita masih punya bertahun-tahun ke depan sama-sama. Masalah kita mungkin bukan cuma satu. Aku butuh kamu tetep sehat buat terus nemenin aku, kamu tau?"
Aku hanya mampu mengangguk.
Astro mendekapku erat di dadanya. Jantungnya berdetak kencang, tapi dengan irama yang mantap. Seolah sedang berkata padaku untuk mempercayainya seumur hidup kami.
Aku mendongkak untuk menatapnya, "Aku tau aku kadang-kadang bikin ulah, tapi ... jangan nyerah, ya? Kamu cuma perlu sabar sedikit. Aku perempuan, kamu tau? Kan kamu yang bilang perempuan wajar kalau kadang-kadang galau."
Astro mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya, "Asal kamu jangan kabur."
"Uugh aku ga akan begitu lagi." ujarku dengan tatapan sebal karena dia terus mengoceh tentang aku yang pergi dengan berjalan kaki kemarin malam.
Sepertinya Astro baru saja akan mendebatku, tapi handphoneku yang berada di atas meja menyala dan bergetar. Ibu meneleponku. Entah bagaimana, tiba-tiba saja terasa ada batu yang jatuh ke dasar perutku dan meninggalkan sensasi mual dan berputar.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-