Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Syantik



Syantik

0...     

Hai, Faza     

Aku ga tau apa kamu masih punya insting belajar hal remeh ini atau ga. Kalau kamu nemu pesan ini berarti kamu beruntung hahaha     

Aku ga niat nyelakain kamu atau bikin kamu sakit. Aku ikut rencana Zenatta karena aku mau ketemu kamu, sebagai Dio. Aku ga tau apa yang akan kejadian di resepsi kamu nanti. Aku ga mau kamu ikut adik-adik kamu dalam waktu deket.     

Aku tau aku pasti bakal dapet masalah kalau rencana Zenatta berantakan. Aku cuma mau bilang, aku mau kita bisa ngobrol lagi kayak dulu. Mungkin Astro bisa ikut. Aku mau ngajak kalian ngobrol soal brownies favorit kita. Aku pernah liat yang mirip banget, tapi sayangnya dia rusak.     

Dio     

...     

Kyle atau opa pasti sudah menemukan pesan ini lebih dulu, bukan? Karena opa bisa dengan mudah menemukan alat perekam di boneka kangguru pemberian kak Liana.     

Membicarakan tentang brownies favorit kami dia bilang? Pernah melihat yang mirip, tapi rusak? Dan kenapa disebut dengan kata "dia"? Bukan dengan kata "itu" atau "-nya"?     

Setahuku hanya bundaku yang bisa membuatnya. Aku pun bisa membuatnya dengan berkali-kali mencoba, tapi masih tidak yakin dengan resepnya apakah sama? Atau apakah yang dimaksud dengan brownies adalah bundaku?     

Tiba-tiba saja aku menoleh untuk menatap Astro saat ada sesuatu yang berdesir di tengkukku. Terasa dingin.     

"Aku harus ketemu Gerard." ujarku dengan mantap.     

"Ga bisa sekarang, Honey." ujarnya dengan tatapan sendu.     

Astro benar. Dia pernah berkata akan mencari cara untukku bicara dengan Gerard dan aku menyetujuinya karena aku berkata aku tak buru-buru untuk bisa bertemu dengannya.     

"Kamu nemu sesuatu?" Astro bertanya.     

Aku mengangguk lemah dan membaca pesan dari Gerard. Astro terkejut setelah aku selesai membaca semua kalimat dalam pesan itu.     

"Kalau bener bundaku masih ada, mungkin Gerard pernah liat. Itu ga aneh kan?"     

Astro menatapku ragu-ragu sambil meraih kepalaku dan memelukku, "Nanti aku cari cara, ya?"     

Aku mengangguk dalam diam.     

Astro mengamit daguku untuk memintaku menatapnya, "Kita lanjutin kerjaan kita dulu. Nanti kita bahas lagi. Aku harus pastiin semuanya selesai sebelum kita berangkat besok, bisa?"     

Aku hanya mengangguk. Kurasa memang lebih baik seperti itu. Mungkin aku akan menemukan cara untuk bisa bicara dengan Gerard jika aku bertemu dengan kakek Arya.     

Astro membantuku membereskan lukisan dan memasukkannya kembali dalam pigura, lalu memasangnya ke sebelah lukisan opa dan oma. Dia mengamit handphone dan tanganku, lalu mengajakku kembali ke studio.     

"Minum dulu." ujarnya sambil menyodorkan segelas susu padaku setelah kami duduk di sofa studio.     

Aku menerimanya dan meminum beberapa tegukan, lalu meletakkannya ke meja. Dia mengambil gelas susuku dan meminum sisanya hingga habis tanpa sisa.     

Astro mengelus puncak kepalaku, "Aku kerja lagi ya. Kamu bisa tiduran di pahaku kalau mau, tapi aku masih butuh bantuan kamu buat selesaiin kerjaanku. Bisa?"     

Aku mengangguk dan Astro langsung mengalihkan tatapannya ke layar laptopnya sambil mengetik dengan cepat. Dia benar-benar mengejar waktu dan aku baru saja menyita waktunya sesaat lalu. Tiba-tiba saja aku merasa bersalah.     

Aku menghela napas perlahan dan berkutat dengan laptopku lagi. Astro sudah memberikan akses padaku untuk masuk ke emailnya, juga ke beberapa akun aplikasi yang dia gunakan untuk berhubungan dengan Ray dan pak Bahri hingga aku tak perlu menggunakan akun milikku.     

Aku membuka email dari Ray dan mengecek data cash flow yang tadi kuminta. Aku memperlihatkannya pada Astro dan Astro menelitinya sesaat sebelum mengetik sesuatu di laptopku untuk Ray.     

Astro : Minta Leone percepat renovasinya. Aku mau akhir bulan depan udah selesai. Aku bisa bayar lebih kalau dia sanggup. Ini Astro     

Ray : Okay     

Astro : Kasih kerjaan kamu ke Panca malem minggu ini. Kakek pasti mau ketemu kamu juga. Kamu harus pulang lebih cepet     

Ray : Okay. Aku cuti ya hari minggu, aku harus ketemu perempuan pilihan mama. Mama baru ngomong barusan     

Astro terlihat tak menyukai permintaan Ray karena alisnya mengernyit mengganggu. Astro baru saja akan mengetikkan kalimat penolakan saat aku mengambil laptopku dan menghapus pesan yang belum sempat terkirim. Aku mengetik pesan baru dan langsung mengirimkannya saat itu juga.     

Aku : Okay. Good luck, Ray     

Astro menatapku tak percaya, tapi aku tersenyum manis. Dia baru saja akan mendebatku, tapi aku memotong kalimatnya lebih dulu.     

"Cuma sehari. Ga masalah kok. Bagus kalau Ray ketemu jodoh kan? Kamu kan tau gimana susahnya 'nahan'."     

Astro terlihat salah tingkah dan wajahnya mulai merona merah sekali. Dia tak mengatakan apapun dan kembali menatap layar laptopnya.     

Aku tersenyum lebar melihatnya tak mendebat ucapanku. Andai saja dia sedang tak berkejaran dengan waktu, kurasa kami masih akan membahas tentang kemungkinan Ray akan menyukai perempuan itu atau tidak.     

Sebetulnya Ray bisa saja meminta untuk pulang lebih cepat atau datang sedikit terlambat untuk bertemu perempuan pilihan mamanya, tapi kurasa akan lebih baik jika dia beristirahat sebentar. Aku sudah merasakan lelahnya bekerja dan aku tak ingin Ray kelelahan juga sepertiku. Siapa lagi yang dapat Astro percaya jika bukan Ray untuk mengurusi resort dan restorannya?     

Ray : Thank you. Semoga yang ini cocok trus aku bisa nikah. Kesel juga liat kalian mesra terus ke mana-mana     

Sepertinya Ray masih mengira Astro yang membalas pesannya. Aku tersenyum sambil mengetikkan pesan balasan.     

Aku : Semoga cocok ya     

Ray : Oh ini pasti Faza. Astro ga akan bilang begini hahaha     

Aku : Iya ini Faza. Semoga lancar     

Ray : Thank you     

Ray : Oh aku lupa, kemarin ada laporan orang aneh ke resto. Nanti aku kirim rekamannya     

Orang aneh?     

Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia sedang serius sekali menyelesaikan deadline kampusnya. Kurasa aku akan melihat rekamannya lebih dulu sebelum memperlihatkannya padanya nanti. Aku baru saja mengalihkan tatapanku pada layar laptopku kembali saat dia mengamit daguku untuk kembali menatapnya.     

"Kamu punya hukuman. Aku mau liat sekarang." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Astaga ... apa-apaan itu?     

"Pakai lingerie, Honey." ujarnya sambil melirik ke kaos yang masih melekat di tubuhku sejak pagi.     

Aku menatapnya tak percaya. Sedetik yang lalu dia masih begitu fokus dengan deadlinenya hingga aku tak tega untuk sekadar menyentuhnya atau mengajaknya bicara, dan sekarang dia memintaku berjoget dangdut?     

"Seriously? Kamu masih ngerjain deadline, kamu tau?"     

"Aku tau. Aku mulai suntuk jadi aku butuh hiburan sekarang." ujarnya dengan senyumnya yang terlihat semakin lebar.     

Aah laki-laki ini mulai bertingkah rupanya....     

Aku mencubit pipinya dengan kencang, "Selesaiin deadline kamu dulu baru minta yang aneh-aneh. Itu sedikit lagi selesai."     

Astro mengamit tanganku dan menarikku bangkit. Sepertinya dia benar-benar mengabaikanku dan membawaku berjalan ke kamar. Dia membuka lemari dan mengambil sebuah lingerie, lalu menyodorkannya padaku.     

"Sekalian mandi dulu. Aku tunggu kamu di studio ya. Nanti aku nyalain lagu 'lagi syantik'. Cocok buat kamu yang cantik." ujarnya sambil menahan tawa.     

Yang benar saja?     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.