Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Aku



Aku

2"Mmhh ... bangunin aku satu jam lagi ya. Aku mau kerja." ujar Astro sambil memeluk tubuhku erat dan membenamkan wajah di antara belahan dadaku.     

Kami baru saja selesai membersihkan tubuh kami setelah bercinta beberapa kali, yang membuat permintaanku untuk libur menemaninya melepas hasrat menjadi sia-sia saja. Sore tadi, dia membuatku membatalkan niat kami ke toko buku dan berniat memesan berbagai buku parenting dari situs jual beli online. Aku tak memiliki pilihan lain selain menurutinya karena dia lah yang memegang kendali kemudi.     

Aku melirik ke jam di dinding, pukul 19.13. Kurasa aku baru menyadari mungkin saja dia tak tidur semalam. Seingatku ada laptop teronggok di tempat tidur setelah dia membantuku mengenakan pakaianku tadi pagi.     

Aku merapatkan selimut untuk menutupi tubuh kami yang telanjang sebelum memeluk bahu dan mengelus rambutnya perlahan, "Aku pasang alarm tengah malem aja ya. Kamu harus istirahat."     

"Aku cuma butuh tidur sebentar. Aku cuma pusing sedikit."     

Baru sekarang aku mendengarnya mengeluh karena sakit kepala. Mungkin dia kelelahan karena sisa tenaganya dihabiskan untuk memanjakanku. Bukan. Bukan memanjakanku, tapi merayuku untuk menemaninya bercinta.     

"Kamu harus nurut sama aku sekali-sekali. Kamu harus istirahat. Nanti aku temenin kamu kerja tengah malem."     

Entah apakah dia terlalu lelah atau memang dia sedang tak ingin berdebat denganku, tapi dia hanya mengerang lirih dan tak mengatakan apapun lagi. Napasnya berangsur berat dan dalam. Sepertinya dia benar-benar tertidur.     

Aku meraih handphone di meja kecil sebelah tempat tidur kami dan memasang alarm tengah malam, akan lebih baik jika aku berjaga-jaga andai saja aku juga ikut tertidur sepertinya. Lalu meletakkannya kembali dan mengambil buku tentang kehamilan yang tadi siang kubiarkan tergeletak.     

Aku melanjutkan membaca halaman yang kutandai sambil mengelus rambut Astro dan mengecup puncak kepalanya. Aroma green tea menguar membelai hidungku dan memberikan sensasi menenangkan.     

Ucapan dokter Alena benar. Tak ada pantangan yang dikhususkan untuk ibu hamil. Juga penjelasan tentang alat kontrasepsi yang ternyata ada di beberapa bab di belakang halaman yang terakhir kubaca. Lalu penjelasan tentang kondisi prikologis ibu hamil yang harus diperhatikan juga ada di buku itu, beserta bagaimana cara mengelola emosi agar tak mudah stress.     

Sepertinya selain memesan buku-buku parenting, aku juga akan memesan buku tentang kehamilan. Aku memiliki firasat aku akan membutuhkan buku seperti ini nantinya.     

Aah aku baru mengingat tentang om Bram....     

Kurasa aku akan menghubunginya nanti dan memesan buku darinya saja, tapi aku harus memastikan om Bram tidak melaporkannya pada ibu. Atau ibu mungkin saja akan mengetahui Astro sedang berharap bisa memiliki anak dariku dalam waktu dekat.      

Aku tak akan sanggup melihat ibu atau ayah memberi ceramah panjang lebar tentang tugas dan kewajiban sebagai orang tua baru. Sedangkan pekerjaan kami ada begitu banyak dan hampir menghabiskan semua waktu yang kami miliki.     

Napas Astro terasa hangat di dadaku. Dia bergeming dalam posisi tidurnya dan tak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar kelelahan rupanya.     

Sejak menikah dengannya, aku tak pernah mendengarnya mendengkur atau mengingau dalam tidurnya. Dia selalu terlihat tampan seperti saat dia terjaga. Aku juga baru tahu dia selalu disiplin membersihkan diri. Dia pernah berkali-kali memintaku membersihkan punggungnya dengan alasan punggungnya sulit dijangkau. Padahal aku tahu dia hanya senang kumanja.     

Aku melirik jam di dinding, pukul 20.21. Seharusnya aku membangunkannya sekarang, tapi jika aku menuruti permintaannya dia pasti akan kelelahan. Kurasa aku akan membiarkannya beristirahat. Lagi pula ada alarm yang akan membangunkan kami tengah malam nanti.     

Aku meletakkan buku di meja di samping tempat tidur karena aku mulai mengantuk, lalu memejamkan mata sambil terus mengelus rambut Astro yang lembut.     

"Kamu tau kenapa aku suka senja?" aku bertanya dengan suara lirih tanpa membuka mata, tapi kurasa Astro pasti akan bisa mendengarnya andai dia masih terjaga. "Karena rasanya ... kayak ada yang balik ke aku. Maksudku, perasaanku jadi lebih penuh. Mm ... kayak waktu aku kangen kamu dan kamu tiba-tiba pulang, tapi lebih penuh dari itu."     

Lalu hening. Aku tahu dia masih terbuai di alam tidurnya yang lelap. Tiba-tiba aku ingat dia pernah memberitahu padaku dia bisa mengendalikan mimpi. Aku tahu hanya sebagian orang bisa melakukannya, aku hanya tak menyangka dia bisa.     

"Aku juga mau punya anak banyak kayak kamu, tapi ga sekarang. Kerjaan kita banyak banget. Aku ga yakin kita bisa ngurus bayi kalau kondisi kita begini. Se ga nya, kasih aku waktu selesaiin kuliahku dulu dan bikin semua kerjaanku lebih sistematis. Jadi aku punya banyak waktu buat ngurus anak-anak kita.     

"Aku tau kamu kesepian karena kamu anak satu-satunya. Aku bisa ngerti kalau kamu pengen punya banyak anak buat nemenin kamu, tapi ga sekarang. Aku masih punya janji sama om Hanum jadi pengurus galeri. Galerinya selesai renovasi sebulan lagi, kamu tau? Kerjaanku akan tambah banyak nanti.      

"Kamu harus bener-bener mikir panjang kalau mau punya anak. Kita masih muda banget. Aku ga akan larang kalau emang kamu maksa, tapi kerjaan kita emang banyak. Aku ga yakin bisa bagi waktu buat kehidupan baru."     

Kenapa terasa sepi? Aku tahu aku hanya bicara seorang diri, tapi aku terus saja mengoceh. Tiba-tiba aku merasa menjadi seperti ibu-ibu cerewet jika anaknya tidak menuruti arahannya.     

Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Aku tak ingin membangunkan Astro yang masih terlelap. Kurasa aku akan memaksa diriku diam agar aku bisa tertidur juga seperti dirinya.     

Bayangan di depan mataku berubah dengan cepat. Terasa seperti aku sedang berlari, entah ke mana.     

"TUNGGU!" seseorang berteriak di belakangku.     

Aku menoleh tanpa menghentikan kakiku yang sedang belari kencang, napasku masih memburu. Apakah aku sedang dikejar seseorang?     

"FAZA!" teriak seorang anak perempuan di belakangku. Sepertinya dia berusia tujuh atau delapan tahun.     

Tunggu sebentar....     

"Fara?" aku menggumam sambil mencoba menghentikan laju lariku dan menunggunya menghampiriku.     

Sosoknya semakin mendekat. Tinggi tubuh kami tak berbeda jauh. Bahkan kurasa dia terlihat sangat mirip denganku. Hanya saja, sepertinya dia lebih feminim jika dibandingkan denganku.     

"Kamu ngapain ngejar aku?" aku bertanya.     

"Kenapa kamu pergi sendiri? Kenapa ga ikut sama kita?"     

"Kita?" aku bertanya dengan bingung.     

"Iya. Aku, ayah sama Danar mati, tapi kamu hidup sendiri."     

Aku menatapnya penuh pertimbangan, "Bunda?"     

Aku bisa melihatnya menggerakkan bibirnya, tapi tak ada suara yang terdengar. Aku sama sekali tak mengerti apa yang dia ucapkan.     

"Aku ga ngerti kamu ngomong apa. Bisa diulang?" aku bertanya.     

Namun bayangannya mulai memudar. Aku meneriakkan namanya berkali-kali hingga tenggorokanku terasa sakit, tapi Fara tak terlihat di mana pun. Lalu sekelebatan bayangan lain datang, aku tak dapat melihatnya dengan jelas.     

"Kamu siapa?" aku bertanya.     

"Kamu." ujarnya singkat.     

Aku menatapnya penuh minat, tapi aku sama sekali tak bisa melihat wajahnya. Wajahnya terlihat seperti berada di pantulan air beriak.     

"Aku, kamu, Faza." ujarnya dengan jelas.     

"Aku?" aku bertanya.     

Dia mengangguk, lalu wajahnya terlihat jelas di mataku. Dia benar. Dia adalah aku, tapi ... tak mungkin, bukan?     

"Aku yang kamu tinggalin di sungai, Faza. Jemput aku. Aku mau hidup sama kamu lagi. Kita bisa cari bunda sama-sama."     

Tiba-tiba bulu halusku meremang. Aku tahu aku takut.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.