Mandi
Mandi
"Thank you." ujarku.
"Buat apa?"
"Buat semuanya."
Astro menoleh dan membalikkan tubuhnya untuk menatapku sebelum mengangkat tubuhku untuk duduk di pangkuannya, "Mikir apa kamu?"
"Jangan gini ih." ujarku sambil berusaha menjauhkan tubuhku darinya, tapi dia menahanku. Aku sedang tak ingin bercinta dengannya sekarang, tapi posisi ini benar-benar membuatku salah tingkah.
"I don't mind. Kita kan ga cuma sekali begini."
"Tapi aku lagi ga pengen making love sama kamu."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengecup tengkukku hingga bulu halusku meremang, "Aku rayu sampai kamu mau."
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Please, Astro. Kita harus istirahat. Nanti tengah malem katanya mau kerja." ujarku sambil berusaha menjauhkan wajahnya dari tengkukku, tapi tenagaku tak sebanding dengannya.
Astro mengelus satu titik sensitif di punggungku sambil terus mengecup bahuku, "Kasih tau aku kamu mikir apa, Honey."
"Mmhh ... Berhenti dulu. Kamu ... bikin aku ga konsen."
Astro melonggarkan dekapannya dan menatapku lekat, "Cukup?"
Aku hanya menggumam mengiyakan dan mengangguk. Dia benar-benar pandai merayu. Bahkan kurasa wajahku memerah sekarang.
Astro menatapku dalam diam. Aku tahu dia menungguku bicara.
"Thank you karena ga bahas soal Zen tadi."
"Itu karena aku ga mau kamu mikir berlebihan."
Dugaanku tepat sekali.
"Makanya aku bilang makasih."
Astro menghela napas, "Kamu mau pakai satu permintaan kamu ke kakek?"
Aku mengangguk, "Gimana menurut kamu?"
Astro menatapku dalam diam. Sebetulnya aku tak perlu meminta pendapatnya. Aku bisa saja langsung meminta tanpa bertanya tentang pendapatnya.
"Gimana kalau kamu pikirin lagi." ujarnya pada akhirnya.
"Kenapa?"
"Aku cuma ngerasa ini belum waktunya."
Lalu hening di antara kami. Hangat tubuhnya menjalar di seluruh tubuhku, membuat hasratku perlahan naik tanpa bisa kukendalikan.
Aku menghela napas sambil memeluk bahunya erat. Yang membuat tubuh kami saling melekat seperti sedang bercinta, tapi aku masih berusaha menahan hasratku karena aku baru saja berkata aku sedang tak ingin melakukannya.
Busa sampo di rambutnya menempel di wajahku, tapi aku mengabaikannya. Aromanya benar-benar menenangkan. Aku ingin berlama-lama seperti ini.
"Honey."
Astro hanya menggumam sambil terus mengelus punggungku perlahan. Napasnya yang hangat di tengkukku membuat bulu halusku meremang.
"I'm sorry."
"You don't have to."
"But I have to."
Astro menghela napas, "Let's not talk about this (Ga usah bahas soal ini). Gimana kalau kita bahas desain robotku buat kompetisi? Tadi kamu nanya soal itu kan?"
Aku hanya menggumam.
"Desainnya bentuk kucing, tapi dia bisa jalan pakai dua kaki."
Aku melonggarkan pelukanku dan menatapnya penuh minat, "Kenapa kucing?
"Katanya kamu mau piara kucing?"
"Emangnya robotnya buat aku?"
"Ga sih, tapi aku bisa bikin yang baru buat kamu kalau ada dananya."
Aku menatapnya tak percaya, "Kamu serius?"
Astro hanya mengangguk.
"Bukannya ada spesifikasi tertentu? Kucing kan kecil. Bisa apa?"
Astro tersenyum tipis, "Buat bkin kamu senyum. Kan aku udah bilang aku mau bayar berapa pun asal bisa bikin kamu senyum."
Aah kurasa aku baru menyadari dia hanya sedang bercanda....
Aku memukul dadanya pelan, "Ga lucu. Aku kan serius pengen tau."
Astro tertawa, "Aku udah ga bisa bohong lagi ya sama kamu sekarang?"
"Aku biarin kamu tidur di luar kalau berani bohong sama aku." ujarku dengan tatapan tajam.
"I accept it (Aku terima). Aku ga akan berani bohong juga kayaknya. Aku ga mau jatah making love ku berkurang." ujarnya sambil mengecup bibirku.
Aku menatapnya dengan tatapan sebal, "Balik badan kamu. Mandi yang bener trus kita istirahat."
"Kamu bisa mandiin aku sambil begini, kamu tau?"
"Seriously? Gimana caranya coba?"
"Try it." ujarnya dengan tatapan iseng.
Aah laki-laki ini benar-benar....
Aku mengambil sabun cair dan mengusapkannya ke tubuhnya tanpa minat, tapi coba lihat betapa sexy tubuhnya yang telanjang. Kurasa aku sebentar lagi akan gila.
Aku bangkit berdiri dan mengulurkan satu tanganku padanya, "Ayo bangun. Pakai shower aja. Susah kalau duduk."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, tapi dia menurutiku. Kami menyelesaikan mandi kami dengan cepat, lalu mengeringkan tubuh kami. Dia membantuku memakai lingerie favoritnya sebelum memakai celana boxer selutut untuk dirinya sendiri. Sepertinya aku baru menyadari dia selalu membiarkan dadanya telanjang selama bersamaku.
Aku mengelus dadanya perlahan, "Kamu sengaja ya ga pakai baju biar aku liat kamu telanjang begini?"
"Kamu baru nyadar?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Astaga ... yang benar saja?
"Kamu suka kan?" dia bertanya sambil menarikku mendekat padanya dan mendekapku di dadanya. Aku tahu dia sengaja.
Jantungku berdetak kencang sekali. Bagaimana aku bisa menolaknya jika dia memperlakukanku seperti ini? Dia benar-benar tahu kelemahanku.
Aku mendongkak untuk menatapnya, "Gendong."
Astro menatapku dengan tatapan menyelidik, tapi dia mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya. Dia membawaku ke tempat tidur dan merebahkanku perlahan.
"Mau minta dimanja?" dia bertanya dengan tatapan iseng.
Aku menggeleng, lalu memberi isyarat padanya untuk berbaring di sebelahku. Dia menurutinya. Aku merayap di atas tubuhnya dan mengecup bibirnya, "I love you, Astro Abhiyoga."
"I love you too, Mafaza Marzia."
Aku tersenyum manis, "Boleh aku nanya?"
"Sure."
"Aku selalu ngerasa kamu ngelindungin aku sejak kita kenal. Kamu beneran niat begitu atau kamu lakuin itu tanpa mikir?"
Astro terlihat berpikir sesaat sebelum menjawab, "Dua-duanya. Awalnya aku niat, tapi lama-lama aku jadi ga mikir lagi karena udah biasa. Kenapa nanya itu?"
"Kamu nyaman sama aku?"
Astro menatapku dengan tatapan menyelidik, "Kalau ga nyaman aku ga mungkin nikahin kamu kan?"
Dia benar.
"Apa yang kamu rasain waktu ke rumah opa sebelum aku bilang aku mau nunggu kamu?"
"Rasanya? Kayak ... aku lagi berusaha ngelobi pemilik tender paling penting. Semacem itu. Aku sabar banget kan deketin kamu bertahun-tahun tanpa kamu tau?"
Aku mengecup bibirnya dan tersenyum manis, "Thank you. Buat semuanya."
Asteo mengecup bibirku, "My pleasure, Honey. Sekarang aku yang nanya."
"Sure."
"Kenapa kamu yakin mau nunggu aku?"
"Karena aku ngerasa aku cuma bisa lakuin itu. Aku kan ga mungkin nembak kamu. Kamu aja udah jelas-jelas nahan diri."
Astro tersenyum lebar, "Thank you."
"My pleasure.l."
"Bisa kita tidur sekarang? Kalau kamu terus ngoceh aku bisa aja gagal nahan diri."
Aku tersenyum manis dan menggeleng, "Aku batal tidur. Moodku lagi bagus banget, aku mau kerja."
Astro menatapku tak percaya, "Seriously?"
Aku mengangguk dengan mantap. Aku baru saja akan bangkit dan turun dari tempat tidur saat Astro menarikku dan memelukku erat, lalu mencumbu bibirku penuh hasrat.
Alih-alih kesal, aku justru merasa senang. Kurasa aku tahu bagaimana harus bersikap untuk memancingnya melakukan yang kuinginkan tanpa ketahuan.
"Aku tau kamu sengaja, Honey." bisiknya dengan napas memburu tepat di telingaku.
Aah dia membuatku tertawa....
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-