Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Laptop



Laptop

0Di luar dugaan, Axelle ternyata sangat telaten mengikuti instruksi yang Astro berikan saat membuat brownies. Seperti yang sudah bisa kutebak, Astro melarangku untuk melakukan apapun karena dia tak ingin Axelle melihatku. Dia masih merasa cemburu.     

Yang kulakukan hanyalah mengarahkan kamera agar Axelle bisa melihat semua prosesnya dengan baik. Astro yang memintaku melakukannya karena dia tak ingin mengulang proses yang justru akan memakan waktu dua kali lipat.     

"Jangan kelamaan ngaduknya, Honey. Cukup sampai kecampur aja." ujarku di belakang kamera yang mengarah ke Astro.     

Astro memberiku tatapan tajam, tapi tak mengatakan apapun. Yang benar saja? Bahkan sekarang aku tak boleh bersuara? Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.     

"Udah?" Axelle bertanya.     

"Udah, teksturnya cukup. Tuang ke loyang, kasih almond sama garam lautnya trus dipanggang 50 menit." ujar Astro.     

Axelle mengikuti arahan Astro dengan baik, "Abis dipanggang didiemin dulu?"     

Astro mengangguk, "Dikeluarin dari loyang dulu, tarik lebihan kertas dari loyang trus taruh di rak kawat. Diemin setengah jam."     

"Kamu bisa simpen dulu dua hari kalau mau, Axe. Nanti manisnya berkurang, rasa coklatnya lebih dominan." ujarku yang kembali diberi tatapan tajam oleh Astro yang sedang meletakkan perkakas kotor di wastafel, tapi aku mengabaikannya.     

"Okay." ujar Axelle sambil memasukkan loyang ke dalam oven. Dia masih terlihat sedingin biasanya, tapi entah kenapa aku mendapatkan kesan dia terlihat lebih senang.     

"Kabarin gimana hasil brownies kamu nanti ya." ujarku.     

"Okay, nanti aku chat." ujar Axelle.     

"Aku tunggu email hasil investigasi kamu pagi ini." ujar Astro setelah memasukkan brownisnya ke oven.     

"Aku kirim sekarang. Aku matiin video callnya." ujar Axelle.     

Jantungku berdetak kencang. Aku baru saja akan bertanya investigasi apa yang Astro maksudkan pada Axelle, tapi Axelle mematikan sambungan video call kami lebih dulu.     

Aku meletakkan handphone Astro di meja dan memeluknya, "Investigasi apa?"     

"Yang ngisengin serverku. Rese banget, udah dua kali nyoba ngasih virus. Aku beruntung dia selalu ketauan jadi bisa dblock." ujarnya dengan kesal, tapi memelukku dengan erat dan mengecup dahiku.     

Aku sempat berpikir dia akan benar-benar mengambil langkah sendiri untuk mencari tahu keberadaan bunda. Akan sangat masuk akal jika dia meminta Axelle yang mencari informasi untuknya.     

Aku mengecup bibirnya, "Mau kerja di sini atau di studio?"     

"Kamu mau kerja juga?"     

Aku mengangguk, "Tapi aku mau kerja di sini. Sekalian nungguin brownies. Ibu juga kayaknya sebentar lagi sampai."     

"Kalau gitu aku nemenin kamu kerja di sini. Aku ambil laptop sama berkasku dulu." ujarnya sambil melepas pelukannya dan beranjak menjauh.     

Aku mengamit tangannya dan menggenggamnya, "Tunggu, laptopku kan di atas juga."     

Astro mengangkat tubuhku tiba-tiba, membuatku memeluk bahunya karena terkejut. Aku tahu dia tak akan mengajakku bercinta sekarang karena kami sudah bercinta hampir sepanjang malam dan menunda semua pekerjaan kami.     

Aku tak tahu bagaimana dia bisa mengendalikan dirinya dengan baik, tapi dia lah yang memimpin sesi bercinta kami dan melakukannya dengan lembut. Dia berkata tak ingin melakukannya terlalu kasar karena khawatir dengan janin di rahimku.     

Aku tak tahu apakah aku terlalu lelah setelah kami bercinta semalam, tapi seingatku aku tak memimpikan apapun. Astro juga terlihat seperti biasa saja, seperti aku bangun tidur dengan normal.     

"Aku mulai sibuk di kampus pertengahan minggu ini. Mungkin aku baru pulang sore. Aku juga mau minta motorku dikirim ke sini. Lebih cepet aku pulang pergi ke kampus bawa motor kayaknya. Nanti aku langsung cari kamu di workshop pulang dari kampus."     

Aku mengangguk dan mengecup pelipisnya, "Nanti aku main ke kampus kamu sekali-sekali."     

Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, tapi tak mengatakan apapun. Alih-alih melarang dia justru menggumam mengiyakan dan mengangguk sesaat setelahnya.     

Astro menurunkan tubuhku tepat di depan studio, lalu mengecup dahiku sebelum beranjak ke dalam studio dan membiarkanku menghampiri kamar. Dia pasti tahu laptopku berada di sana.     

Aku bisa melihat handphoneku bergetar dari depan pintu kamar dan bergegas mengambilnya. Ada pesan dari Zen, aku membukanya.     

Zen : Bisa kita kerja sekarang?     

Aku : 5 menit lagi ya     

Zen : Cepet, kerjaan kita banyak. Harusnya kerjaan kita udah selesai semalem, tapi kamu malah offline     

Aku : Sorry, Zen. Semalem aku sibuk ngerjain yang lain     

Zen : Kan bisa ngabarin dulu     

Aku : Sorry ga ngabarin. Lima menit lagi aku online ya     

Aku tahu Zen membaca pesanku, tapi tak membalasnya. Aku juga bisa mengerti dia merasa kesal karena aku menunda pekerjaan kami tanpa kabar.     

Aku menghela napas sambil membawa laptop dan handphoneku bersamaku, lalu keluar kamar untuk menemui Astro. Dia baru saja keluar dari studio.     

"Kenapa cemberut?" Astro bertanya sambil memimpin langkah kami turun ke dapur.     

"Ga pa-pa. Zen ngomel karena aku ga ngabarin dia semalem. Kayaknya dia nungguin."     

Astro terlihat kesal, tapi tak mengatakan apapun. Sepertinya aku baru saja menyesali keputusanku untuk memberitahunya bahwa Zen menungguku semalam. Seharusnya aku bisa memberinya alasan lain.     

Aku mengecup pipinya dan tersenyum manis, "Ayah ganteng ga boleh ikut-ikutan camberut. Kita mau kerja."     

"Sayang aja aku lagi bawa banyak berkas. Kalau ga, aku udah cubit pipi kamu sampai merah."     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak mengatakan apapun. Akan lebih baik jika aku tak mendebatnya sekarang. Coba lihat tumpukan berkas di tangannya, dia bisa saja membatalkan niatnya untuk bekerja dan mulai bertingkah menyebalkan.     

Aku meletakkan laptop dan handphoneku di meja. Lalu menyalakan laptop dan wifi sebelum mengirimi Zen pesan.     

Aku : Aku cek email kamu dulu nanti aku chat lagi     

Aku tak mengharapkannya untuk membalas pesanku. Aku langsung membuka segala bar yang berisi semua folder pekerjaanku dan membuka email lebih dulu. Ternyata Zen sudah mengirimkan email itu sejak kemarin sore saat aku sedang mengantar Putri dan Bara ke kost, tak mengherankan kenapa dia begitu kesal.     

Aku menghela napas dan meneliti semua deskripsi desain yang Zen kirimkan. Lalu mengoreksi beberapa bagian yang terlihat kurang cocok untukku sebelum mengirimkan email itu kembali padany. Entah kenapa aku menatap bentuk laptopku penuh minat dan tiba-tiba jantungku berdetak kencang.     

Tunggu sebentar....     

Aku menoleh untuk menatap Astro, "Honey."     

Astro menoleh padaku walau jarinya masih mengetik dengan cepat, "Kenapa?"     

"Bisa minta Axelle hack laptop atau hape Zen?"     

Astro menghentikan gerakan jarinya tiba-tiba dan menatapku penuh minat, "Bisa kalau kamu mau."     

Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Andai aku bisa mendapatkan informasi dengan menyadap laptop atau handphone Zen, mungkin aku akan mendapatkan petunjuk. Aku tak perlu menggunakan satu-satunya permintaanku pada kakek Arya.     

"Mau sekarang?" Astro bertanya.     

Aku mengangguk dengan mantap.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.