Api
Api
Opa : Maaf Opa sedang ada tamu dan besok Opa pergi bertemu temen lama, jadi Opa batal ke rumah Zen. Lain kali Opa kabari ya
Zen : Iya Opa, ga pa-pa. Opa sehat?
Opa : Opa sehat, tapi Opa mau istirahat dulu sekarang
Zen : Selamat istirahat, Opa. Maaf Zen ganggu Opa
Opa : Ga masalah. Zen juga harus istirahat
Zen : Iya, Opa
Tangkapan layar berisi pesan itu dikirim malam hari, di tanggal yang sama saat aku dan Denada berangkat untuk menginap di rumah Mayang. Saat aku bangun pagi dari mimpi buruk saat itu, opa dan oma sudah berangkat ke rumah sakit.
Jika keterangan opa benar, maka sepulang dari rumah sakit opa menemui seseorang. Mungkin Kyle karena opa meminta Kyle untuk menemaniku ke Lombok atau mungkin juga orang lain. Dan jika dugaanku benar, Zen langsung berangkat ke Jepang karena opa membatalkan kunjungannya.
"Ga ada info opa mau ngapain?" Astro bertanya melalui sambungan telepon dengan Axelle.
"Ga ada." ujar Axelle dengan cepat dan jelas karena Astro mengaktifkan mode speaker. "Tapi ada chat lain. Chat lama. Cek screenshot yang aku kirim."
Astro mengunduh foto tangkapan layar yang lainnya dan memperlihatkannya padaku. Pesan ini cukup panjang karena mencakup beberapa foto.
Opa : Zen sedang sibuk?
Zen : Ga, Opa. Zen baru selesai ngelukis. Ada yang bisa Zen bantu?
Opa : Opa ingat kemarin Zen menjemput Mafaza untuk ikut menonton lomba robotik. Zen tahu Mafaza terluka? Karena Astro yang mengantar Mafaza pulang
Zen : Zen tau. Itu luka gara-gara Faza ketemu Angel sama Donny di depan toilet. Zen minta maaf ga langsung ngabarin Opa, soalnya Zen belum punya nomor Opa
Zen : Faza juga pernah bilang Opa kurang sehat. Jadi Zen biarin Faza dirawat petugas kesehatan dulu. Zen khawatir Opa shock
Opa : Terima kasih sudah mengkhawatirkan Opa. Zen tahu nama lengkap Angel dan Donny?
Zen : Princess Angelica Kusumohardjo sama Donny Pranoto
Opa : Opa boleh minta tolong sama Zen? Semoga Zen ga keberatan
Zen : Boleh, Opa
Opa : Tolong bantu jaga Mafaza saat Mafaza sedang ada bersama Zen. Mafaza cucu Opa satu-satunya, Opa cuma ingin Mafaza ga terlibat masalah serius. Terlebih, Zen satu kelas dengan Mafaza. Mungkin Zen bisa menjaga Mafaza lebih baik dibanding Astro. Bisa?
Zen : Bisa, Opa. Zen usahain
Opa : Terima kasih
Zen : Sama-sama, Opa
Opa : Jika Zen ada waktu, bisa temani Opa main catur lagi. Nanti Zen bisa cerita tentang keluarga Zen ke Opa. Zen bisa menghubungi Opa di nomor ini, tapi sebaiknya Zen telepon. Karena Opa jarang sekali berkirim pesan
Zen : Iya, Opa. Nanti Zen kabarin kalau Zen punya waktu
Opa : Terima kasih
Zen : Sama-sama Opa
Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Jika dugaanku tepat, pesan itu adalah satu malam setelah kompetisi robotik diadakan. Siang harinya Zen ke rumah untuk bermain catur bersama opa. Mungkin Zen memberi opa nomornya agar bisa lebih leluasa untuk saling berhubungan sebelum itu.
Aku sudah meminta Astro untuk membantuku memberi keterangan pada opa bahwa aku mendapatkan luka karena terjatuh. Namun dengan keterangan dari Zen, opa pasti tahu Astro berbohong padanya. Opa juga pasti menjadi lebih waspada.
Namun Zen benar. Dia pernah berkata opa menitipkanku padanya. Yang saat itu sama sekali tak kumengerti apa alasannya dan aku justru menganggapnya pengganggu. Kurasa sekarang aku mengerti dari mana kepercayaan diri Zen datang saat dia berkata padaku dia tak akan menyerah.
"Ini aja?" Astro bertanya pada Axelle yang masih berada di sambungan telepon kami.
"Cuma ada informasi ini dari hape Zen."
"Ga ada email atau foto mereka ketemuan atau yang lain?"
"Ada banyak foto Faza yang diambil candid kalau kamu mau tau. Perlu aku kirim?"
Astro mengeraskan rahangnya dan terlihat geram, "Kirim semuanya. Hapus semua foto Faza dari galeri dia sekalian."
"You know we can't do that (Kamu tau kita ga boleh begitu). Zen bisa tau ada yang ngotak-atik hape sama laptopnya."
"RRGHH!!"
Aku memberi Astro gelengan kepala sambil memeluk bahunya dan berbisik tepat di telinganya, "Axe bener. Zen bisa waspada kalau tau ada yang ngotak-atik laptop sama hapenya. Jangan emosi, Honey. Inget omongan ayah, kita harus hati-hati."
Astro memeluk tubuhku erat dalam diam, tapi aku tahu dia sedang berusaha mengendalikan dirinya sendiri. Detakan jantungnya terasa kencang sekali. Aku tahu dia cemburu.
Aku memeluk bahunya lebih erat dan mengelus rambutnya hingga dia merasa lebih tenang. Akan lebih baik jika dia bisa berpikir dengan jernih atau kami akan mempertaruhkan banyak hal.
"Kirim semua fotonya. Pastiin kamu hapus semua jejak." ujar Astro.
"Okay. Nanti aku kabarin kalau aku nemu yang lain atau ada informasi baru."
Astro hanya menggumam, lalu mematikan sambungan teleponnya. Kedua tangannya menyusup ke dalam pakaianku dan dia membenamkan wajahnya di tengkukku. Kurasa aku akan membiarkannya saja.
"I'm all yours, Honey." bisikku.
"I know."
Aku menghela napasku dan melonggarkan pelukanku untuk menatapnya. Tatapannya padaku begitu menderita. Aku tahu dia cemburu sekali.
"Anything I can do to make you feel better (Ada yang bisa kulakuin buat bikin kamu ngerasa lebih baik)?" aku bertanya sambil mengelus wajahnya dengan kedua tanganku.
Astro menggeleng, "Just ... stay. Jangan ke mana-mana."
Aku mengangguk. Lalu bangkit dari kursiku untuk duduk dipangkuannya, menghadap ke arahnya sambil memeluknya erat.
"I love you." bisikku tepat di telinganya sambil mengelus rambutnya perlahan.
Astro hanya menggumam. Dia memelukku lebih erat, benar-benar seperti anak kecil yang tak rela kehilangan benda kesayangannya.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Walau Zen memberiku semua lukisannya, tapi dia masih menyimpan banyak fotoku. Sial ... kurasa aku baru saja menyangsikan ucapan Zen padaku. Dia bisa saja masih menyimpan lukisan yang lain. Kenapa aku bodoh sekali?
Handphone Astro bergetar. Aku bisa merasakan Astro membukanya dan tubuhnya menegang. Dia memelukku lebih erat, hampir membuatku kesulitan bernapas.
Aku akan menunda untuk melihat apapun yang dia lihat dari layar handphonenya. Aku akan memeluknya lebih dulu, sampai dia merasa aman untuk melepasku. Jika aku tak salah menebak, dia mungkin sedang melihat foto-fotoku yang Axelle dapatkan dari galeri handphone dan laptop Zen.
"Bangs*t!!"
Aku memejam mata saat Astro mengumpat dengan suara mendesis penuh kebencian. Kurasa aku bahkan tak akan sanggup melihat kobaran api di matanya sekarang.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-