Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kilat



Kilat

0Aku baru saja menutup bar percakapanku dengan Gon karena dia yang memberi laporan padaku hari ini. Aku masih harus mengedit foto yang kuambil sore tadi, lalu mengunggahnya ke website dan semua halaman sosial media. Juga mengecek rekaman CCTV toko untuk memperhatikan tingkah laku Sari.     

Satu kecupan di tengkukku membuatku terkejut dan menoleh ke arah Astro, "Kerjaan kamu udah selesai?"     

Kami sedang berada di sofa panjang yang kami letakkan di studio. Astro membelinya sepulang dari kampus tadi siang, itulah sebabnya dia tidak muncul di workshop. Padahal kupikir dia akan langsung datang ke sana setelah dari kampus karena merasa khawatir dengan keberadaan Bara dan Umar.     

Astro mengeser duduknya dan melingkarkan kakinya sambil memelukku erat, "Belum. Aku masih harus revisi deadline sama ngecek percobaan terakhir robot ekspedisi. Aku juga masih harus koordinasi sama Ray soal renovasi resort. Dia bilang tadi ada kebakaran di dapur resto jadi minta dapur direnovasi sekalian. Aku mau peluk kamu dulu biar dapet tenaga tambahan."     

Astaga ... yang benar saja? Memangnya aku terlihat seperti sebuah powerbank baginya?     

Aku mengelus rambutnya dan mengecup pelipisnya, "Mau aku bikinin susu jahe atau coklat panas?"     

Astro menyandarkan kepalanya di bahuku dan menggeleng, "Aku cuma mau peluk kamu sebentar. Kamu di sini aja, jangan ke mana-mana. Kalau kamu capek kamu bisa tidur di pahaku. Nanti aku gendong ke kamar kalau aku selesai."     

"Okay, if you said so (kalau begitu mau kamu). Aku lanjut kerja ya." ujarku sambil mengecup dahinya.     

Astro mengangguk dan terdiam, tapi pelukannya terasa lebih erat. Dia bahkan menyusupkan tangannya ke dalam pakaianku dan mengelus perutku perlahan, yang meninggalkan sensasi berputar di perutku karena merasa panik.      

Entah bagaimana tiba-tiba saja terbayang jika dia mengetahui aku benar-benar sedang tidak mengandung. Dia pasti akan sangat kecewa.     

Aku mengalihkan tatapanku ke layar laptop dan mulai mengedit foto. Aku menambahkan keterangan material perhiasan, deskripsi ukuran, berat dan nama. Nama perhiasan kusesuaikan dengan desain yang ada, lalu mengunggahnya di website dan halaman sosial media.     

Bulu halusku meremang saat bibir Astro menyapu tengkuk dan mengecupnya sesekali, yang membuatku mengingat aku sedang memberinya hukuman untuk tidak bercinta denganku selama tiga hari. Aku baru menyadari sekarang dia sedang berusaha merayuku.     

Sebetulnya sejak semalam aku sengaja tidak memakai lingerie seperti biasanya karena dia pasti akan lebih mudah tergoda jika aku memakainya. Namun kurasa aku memakai lingerie atau tidak, tak banyak berbeda.     

"Stop it." ujarku sambil menjauhkan tengkukku darinya. "Lanjutin kerjaan kamu sana. Katanya kerjaan kamu banyak?"     

"Sebentar aja." ujarnya yang justru membuat napasnya terasa lebih hangat dan membuat bulu halusku meremang.     

Aku mengeluarkan erangan pelan tepat saat tangannya merayap naik ke dadaku.     

Aah sial....     

Aku mencoba menarik lepas lengannya yang mengunci tubuhku, tapi tenagaku tak sebanding dengannya. Sapuan tangannya mulai membuatku menginginkan lebih.     

"Astro ... Aku lagi ... mmhh ... kerja." ujarku sambil memukul pangkal pahanya dengan kencang karena aku merasa kesal. Dia melonggarkan pelukannya hingga aku bisa menjauh darinya saat aku memiliki kesempatan.     

"Sakit. Kalau kena punyaku gimana?" Astro beryanya sambil mengelus pangkal pahanya.     

"Sukurin." ujarku sambil berusaha mengambil laptopku menjauh darinya, tapi tanganku ditarik dan entah bagaimana aku sudah terbaring janggal di sofa, dengan Astro sudah menindih tubuhku.      

Aah aku merasakan firasat buruk....     

"Nurut aja kenapa sih." ujarnya sambil menggenggam kedua lenganku di kedua sisi dan mulai membenamkan wajahnya di tengkukku.     

Hangat napasnya membuatku salah tingkah. Posisi ini membuatku mengalihkan tatapanku ke dinding karena tak ingin membayangkan apa yang akan terjadi. Masih ada dua hari lagi sebelum masa hukumannya selesai dan dia justru bertingkah seperti ini.     

Aku ingin sekali menendangnya, tapi aku tak tega melakukannya. Kami seharusnya sedang melanjutkan pekerjaan kami dengan tenang dan damai, tapi dia justru membuat kepalaku terasa pusing dan berat.     

"Aku cuma mau sentuh kamu sebentar, kamu kan istriku. Aku masih berusaha jalanin hukumanku. Jadi diem aja dulu." bisiknya sambil mengecup tengkukku.     

"Apanya ... Mmhh ... Udah, aku jadi ..."     

Tiba-tiba saja dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan tatapan menderita, "Pengen? Aku ga akan nolak kalau kamu minta."     

Aku mendengus kesal, "Kamu kan sengaja ngerayu aku biar aku minta."     

Hampir saja ada sebuah senyuman lolos dari bibirnya, tapi dia bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Dia menatapku dalam diam, yang justru membuatku merasa hampir menyerah. Tatapan itu yang selalu dia tunjukkan saat dia tak ingin aku menolaknya.     

Aah aku baru saja ingat dia pernah berkata akan mencubitku jika aku menolaknya....     

Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan, "Aku cinta banget sama kamu, kamu tau? Tapi kalau kamu begini, kamu bikin aku takut."     

Astro mengerang karena menahan kesal sambil melepas genggamannya di lenganku dan memelukku erat sebelum membenamkan wajahnya di dadaku, "Kenapa sih harus hukuman itu? Kan ada banyak hukuman lain."     

"Kamu nyebelin sih. Kalau ga gini kan kamu bersikap seenaknya aja nanti." ujarku sambil bernapas lega karena lenganku terlepas darinya.     

Astro mendongkak dan menatapku lekat, "Ganti yang lain aja, please."     

Bagaimana aku harus menangani anak nakal ini?     

Aku terdiam lama sebelum bicara, "Ga akan aku ganti."     

Astro kembali membenamkan wajahnya di dadaku, "Kamu nyebelin. Lagian kalau bener kamu hamil kan aku ga bohong ke ayah."     

Aku mencubit pipinya dengan kencang hingga membuatnya memekik kesakitan, "Kesepakatannya kita baru punya anak abis kita selesai kuliah, Astro!"     

Astro menarik lepas tanganku yang mencubitnya dan menatapku tajam, "Tapi kamu bilang kamu akan terima kalau kamu beneran hamil."     

Dia benar dan pembicaraan ini hanya berputar-putar di sini.     

"Aku ga berubah pikiran. Hukuman kamu masih ada dua hari. Jangan ngerayu aku begitu atau kamu tidur sendiri. Aku bisa aja tidur di works ..."     

Tiba-tiba saja bibirku terkunci olehnya, yang membuatku menyadari mungkin saja tingkahnya semalam adalah kesengajaan. Dia pernah berkali-kali mendiamkanku dan sengaja bersikap biasa saja hanya untuk memancing reaksiku lebih dulu. Sayangnya, sikapnya padaku sejak kemarin tak membuatku luluh padanya. Kurasa aku bisa mengerti kenapa sekarang dia memohon padaku seperti ini. Pertahanan dirinya telah runtuh.     

Aku mengelus rambutnya perlahan dan menatapnya lekat. Kurasa aku akan membiarkannya mencumbuku sampai dia merasa puas. Namun dia justru menatapku dengan tatapan menderita setelah melepas bibirku dengan enggan.     

"Aku temenin kamu galau, tapi cuma lima belas menit. Kerjaan kita banyak banget. Aku ga mau semuanya ketunda lagi. Belakangan ini jadwal kita berantakan karena kamu ngajak making love terus." ujarku dengan mantap.     

Astro hanya mengerang kesal dan menyembunyikan wajahnya di dadaku.     

"I love you so much, Honey."     

Astro hanya menggumam tak rela.     

"Aku bisa bantu sebagian kerjaan kamu kalau kerjaanku udah selesai. Kita harus cepet istirahat." ujarku sambil terus mengelus rambutnya.     

Astro hanya menggumam.     

"Kak Sendy bilang galerinya udah selesai renovasi dua bulan lagi. Nanti aku kasih kamu jadwalku. Kamu bisa cari aku di sana kalau kamu pulang kuliah."     

Dan Astro masih hanya menggumam.     

"Kok kayaknya ada yang lupa ya." ujarku tiba-tiba yang membuat Astro mengangkat kepalanya dan menatapku.     

"Kamu belum telpon oma hari ini. Kamu juga belum telpon Ibu."     

Astaga ... dia benar. Aku menoleh ke arah jam dinding, pukul 21.57. Sudah larut sekali dan kurasa aku baru akan bisa menelepon mereka esok hari. Kenapa aku bodoh sekali sampai melupakan hal itu?     

"Makanya making love sama aku biar kamu ga lupa terus." ujarnya sambil merayap naik dan mengecup bibirku.     

"Aku ga akan luluh kali ini." ujarku dengan tatapan sebal.     

"Gimana kalau aku bantu kamu bikin dua desain perhiasan, tapi hukuman buatku impas?" dia bertanya sambil mengelus rambut di ujung dahiku.     

"Aku ga mau nambahin kerjaan kamu. Kerjaan kamu aja udah banyak."     

Astro terlihat berpikir sesaat, "Gimana kalau kita ke resto buat kencan waktu kita pulang nanti?"     

"Ga bisa. Jadwal kita banyak. Kita harus dateng ke pertemuan. Aku juga ada jadwal refleksi bareng Denada sama Mayang. Kamu juga ada sparr ..."     

Aah kurasa aku bisa mencobanya....     

"Gimana kalau barter sama ciuman di depan Zen? Kalau kamu batalin itu, aku mau batalin hukuman kamu." ujarku tiba-tiba.     

"No way!" ujarnya dengan suara mendesis. "Aku ga sabar mau liat reaksi Zen waktu liat kita ciuman di depan dia. Aku mau liat dia patah hati."     

"Kamu jahat, kamu tau?"     

"Aku tau. Kamu yang baru tau aku bisa aja jadi jahat." ujarnya dengan kilat di matanya.     

Kalimatnya membuatku membeku. Terasa seperti ada aliran es menjalari aliran darahku dan entah bagaimana aku merasa tak rela.     

"Aku pernah bilang ke kamu kalau aku ga sempurna. Mungkin emang bagusnya aku kasih liat aja ke kamu biar kamu ga kaget kalau kelamaan aku sembunyiin." ujarnya dengan mantap.     

Dan aku masih terdiam, sekarang dengan gemuruh yang mulai terasa pekat di dalam dadaku. Aku mendapatkan firasat buruk. Apa yang harus kulakukan sekarang?     

"Bukannya kamu yang bilang mau bikin aku bahagia semampu kamu? Gimana caranya aku bisa bahagia kalau kamu bikin aku takut?" aku bertanya.     

"Bukannya kamu yang bilang kamu akan tarik aku kalau aku kelewat batas? Aku mau liat seberapa kuat kamu narik aku balik ke jalur normal."     

Lalu hening di antara kami.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.