Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Turun



Turun

3Entah bagaimana tapi tiba-tiba sosok opa memasuki pikiranku dan ucapan opa di kolam koi seperti terputar ulang di depan mataku.     

~     

"Saat Mafaza sudah menikah nanti, mungkin akan bertemu banyak perbedaan pendapat dengan Astro. Kalian mungkin akan sama-sama merasa pendapat kalian benar, tapi Mafaza harus ingat di dunia ini ga ada manusia sempurna. Mafaza harus belajar bersabar dan menahan diri."     

~     

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Saat Astro mengakui dia menyadap handphoneku, aku hanya mengingat ucapan opa untuk sabar dan menahan diri. Namun tak seperti yang baru saja terjadi, yang berkelebat seperti ingatan lama yang berusaha muncul.     

"Kenapa kita jadi berantem begini?" aku bertanya lirih. Sepertinya aku baru menyadari intonasi suaraku sejak tadi memang tinggi.     

Astro terdiam lama, seperti sedang berpikir dalam dan matang. Lalu tatapannya berubah menjadi lebih lembut walau energi tubuh dan detakan jantungnya masih tegang.     

Aku mengelus rambut di dahinya perlahan dan berusaha menjaga suaraku tetap tenang, "Kamu ga biasanya kehilangan kendali gini, Honey. Kamu bisa cerita ke aku kalau kamu punya masalah. Kamu ga bisa terus-terusan ngajakin aku making love buat lampiasin perasaan kesel kamu. Jadwal kita bisa berantakan semuanya."     

Astro tak menjawab satu pun kalimat yang terlontar dari bibirku. Tubuhnya merayap turun dan menyelipkan kepalanya ke dalam kaos yang kupakai. Dia membenamkan kepalanya di perutku dan mengecupnya berkali-kali seperti aku benar-benar sedang mengandung.     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Aku menyingkap kaosku yang menutupi kepalanya dan merapikan rambutnya yang berantakan. Aku membiarkannya mengecup perutku yang telanjang sampai dia merasa puas sepertinya adalah satu-satunya pilihan yang kumiliki. Entah ada apa dengannya, kurasa aku akan menunggunya bicara lebih dulu.     

Aku menatap langit-langit studio dengan banyak hal memenuhi pikiranku. Apakah ini yang disebut oleh ibu saat berkata ibu dan ayah banyak mengalami masalah di awal pernikahan mereka? Kenapa ini terasa menyesakkan?     

Aku berusaha keras mengingat ayah dan bundaku. Seingatku mereka tak pernah bertengkar. Mungkin saja mereka bertengkar saat aku masih berada di kandungan bunda atau saat aku masih bayi hingga aku tak dapat mengingatnya, bukan?     

Kecupan di perutku terhenti. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang sedang dia lakukan di sana. Kepalanya diletakkan di perutku, bibirnya bergerak pelan seperti sedang berbisik, dengan mata tertutup dan tangan mengelus perutku perlahan.     

"Kamu ngapain, Honey?" aku bertanya.     

Astro justru terdiam, seperti orang tidur. Tingkah apa lagi yang sedang dia tunjukkan padaku sekarang?     

Aku meletakkan kepalaku kembali ke sofa, "Aku akan tunggu sampai kamu mau ngomong, tapi kamu harus inget kerjaan kita malem ini ada banyak. Kita ga bisa kelamaan galau begini."     

Astro masih terdiam.     

Kurasa aku benar-benar akan membiarkannya mengelola perasaannya sendiri. Aku tak akan bisa melakukan apapun dengan posisi seperti ini. Semua yang harus kukerjakan hanya bisa kukerjakan dengan laptopku. Sepertinya aku harus tidur lebih larut untuk menyelesaikan semuanya.     

Seharusnya ada laporan dari Kyle tentang kelanjutan sidang kasus Zenatta, tapi Kyle hanya memberi laporan pada Astro. Astro biasanya akan memperlihatkan padaku bagaimana laporannya, tapi dengan kondisi kami sekarang kurasa aku tak mungkin bertanya tentang sidang itu.     

Aku menghela napas dan memejamkan mata. Kepalaku masih terasa berat akibat ulah Astro yang merayuku, tapi tak seberat tadi saat dia masih merayapi tubuhku.     

Aku tahu akan lebih mudah jika aku menuruti keinginannya saja. Aku hanya ingin dia tahu aku tak akan mudah berubah pikiran hanya karena dia pandai merayu. Aku ingin dia tahu, aku pun memiliki hak yang sama dengannya untuk melindungi keputusan yang sudah kupilih.     

Mungkin benar jika aku sedang merasa aku lah yang benar dalam situasi ini dan aku tak menemukan di mana letak salah yang kulakukan. Aku juga tak tahu bagaimana akan menyelesaikan masalah ini dengan baik dengan kami yang saling melindungi pendapat kami masing-masing.      

Aku hanya tahu aku tak akan mengalah padanya kali ini. Lagi pula, hukumannya hanya tinggal dua hari lagi.     

Aku berusaha membuka mata saat rasanya tubuhku melayang. Astro sedang mendekapku di dadanya, dengan tangannya mengelus rambut di ujung dahiku perlahan. Aku baru saja akan mendongkak saat dia menahanku tetap di sana.     

"Lanjutin tidur kamu. Ini udah hampir jam dua." ujarnya sambil mengecup puncak kepalaku.     

Kalimatnya justru membuatku tersadar dan mengangkat tubuhku. Aku sedang berada di atas tubuhnya, di dalam kamar kami. Bagaimana bisa aku berada di sini?     

Astro menarik lenganku hingga aku kembali dalam pelukannya, "Tadi kamu ketiduran. Semua foto perhiasan kamu udah aku edit, udah aku upload juga. Kamu bisa liat rekaman Sari besok aja. Kamu harus tidur."     

Aku mendongkak untuk menatapnya. Aku ingin mencari satu ekspresi bohong atau apapun yang bisa kutemukan, tapi tak ada satu pun.     

"Bukannya kita tadi lagi berantem?" aku bertanya.     

"Mana ada orang berantem bisa ketiduran?" dia bertanya dengan tatapan tenang dan mantap.     

Aku mengangkat bahu dan merayap naik untuk memperhatikan ekspresinya dengan lebih jelas, "Aku serius. Kita tadi lagi berantem gara-gara kamu ngerayu aku."     

"Lebih tepatnya gara-gara kamu protes aku sentuh."     

Lalu ingatan tentang sentuhannya di dadaku datang, "Itu kan karena kamu nakal pegang-pegang dad ..."     

"Aku ga boleh pegang dada kamu? Kamu kan ga pernah nolak sebelum ini."     

"Tapi kan kamu lagi aku hukum. Kita ga akan making love sampai masa hukuman kamu selesai."     

"Aku kan ga niat minta, tapi aku ga nolak kalau kamu yang ngajak."     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Aku mencubit kedua pipinya dengan kencang dan dia bergeming seolah cubitanku tak berpengaruh apapun padanya, "Kerjaan kamu udah selesai?"     

Astro mengangguk, "Aku selesaiin sambil kamu tiduran di pahaku."     

Begitukah? Aku sama sekali tak mengingatnya. Jika benar seperti itu, pertengkaran kami tadi bukanlah mimpiku, bukan?     

"Kamu kenapa tadi nyeremin begitu?" aku bertanya sambil melepas cubitanku padanya.     

"Karena kamu nyebelin."     

Aku memberimya tatapan sebal, "Yang nyebelin kan kamu. Udah tau lagi dihukum masih berani ngerayu."     

"Kan ga ada salahnya usaha. Kalau gagal aku bisa nyoba ngerayu kamu lagi." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aah betapa aku merindukan senyumnya itu....     

Aku meraih tengkuknya dan mengecup bibirnya. Aku hampir saja mencumbunya, tapi aku membatalkannya. Dia bisa saja berusaha merayuku lagi dan kami mungkin akan berakhir dengan bertengkar kembali.     

Aku menatapnya dengan canggung, "Ga ada yang mau kamu ceritain ke aku?"     

Aku benar-benar berharap dia akan mengeluhkan sesuatu yang membuatnya bersikap begitu menyebalkan atau mungkin dia akan membahas tentang laporan Kyle padanya tentang sidang kasus Zenatta. Namun dia hanya menggeleng.     

Aku menghela napas dan mengecup dahinya, "Good night, Honey."     

Astro mengecup leherku yang berada tepat di depan bibirnya, tapi tak mengatakan apapun. Padahal aku sempat berharap dia akan mencoba merayuku walau hanya sesaat.     

Aku menatapnya dalam diam, lalu kembali merayap turun dan membenamkan kepalaku di dadanya yang tertutup kaos. Sepertinya dia juga berusaha menahan diri. Seingatku ini pertama kalinya dia memakai kaos saat hanya berdua denganku di rumah.     

Detakan jantungnya sudah kembali ke detakannya yang biasa. Sepertinya kekesalannya sudah menguap, tapi kami masih belum menyelesaikan masalah kami. Apa yang harus kulakukan sekarang?     

"Kamu serius mau nunjukin ke aku ... mm ... diri kamu?" aku bertanya tanpa menatapnya. Kurasa akan lebih baik jika aku tetap berbaring dan mendengar perubahan detak jantungnya.     

"Kita liat nanti."     

Aah....     

"Gimana kalau aku takut?"     

"Resiko kamu kan?"     

Kenapa dia menjadi begitu tega padaku? Dia tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia selalu berusaha membuatku merasa nyaman. Apakah aku juga bersikap begitu tega padanya hingga dia melakukan hal yang sama?     

Aku memberanikan diri untuk untuk menatapnya. Sia sudah memejamkan mata walau jarinya masih mengelus rambut di dahiku. Aku cukup yakin dia masih belum terlelap.     

Aku mengelus wajahnya perlahan, tapi dia tak membuka matanya lagi. Aku tak tahu apa yang akan kukatakan jika dia memutuskan untuk tak meresponku seperti ini.     

Aku merayap naik dan mengecup bibirnya, kedua pipinya, dahinya, kedua matanya yang terpejam, juga hidungnya. Lalu merapikan rambutnya yang terlihat berantakan sambil berbicara dengan suara pelan, "Aku pernah minta kamu kasih tau aku kalau kamu kecewa sama aku, tapi kamu diem aja. Kamu bikin aku bingung."     

Entah apa yang kuharapkan dengan mengucapkannya. Kalimat itu terlontar begitu saja dan dia masih bergeming walau aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama. Padahal jarinya masih mengelus rambut di ujung dahiku.     

Untuk apa dia membantuku mengerjakan pekerjaanku jika dia memang begitu kesal padaku? Dia bahkan membiarkanku tidur dan menggangkat tubuhku hingga ke kamar. Andai saja tadi aku tak tersadar, aku pasti baru terbangun esok hari.     

Aku menghela napas dan menggeser tubuhku turun. Sepertinya akan lebih baik aku berbaring di tempat tidur, setidaknya tubuhku tak akan membebaninya.      

Dia juga membiarkanku menjauh darinya. Kurasa memang lebih baik jika aku tidak mengganggunya.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.