Kabar
Kabar
Penyesuaiian itu adalah saran dari Astro. Dia yang tiba-tiba saja membahas tentang jam kerja workshop saat kami sedang sarapan. Sepertinya aku berhasil menghilangkan sedikit kekesalannya padaku setelah aku mengajaknya bercumbu.
"Aku ke atap ya. Kalau butuh sesuatu bisa cari aku di sana." ujarku sambil bangkit.
Mereka semua mengangguk, tapi Qori menatapku ragu-ragu hingga aku terdiam untuk menunggunya bicara.
"Em ... makasih ya makan siangnya. Enak banget. Aku ga nyangka udah dua hari dimasakin." ujar Qori.
Aku tersenyum, "Itu Astro yang masak. Jadi harusnya bilang makasihnya ke dia."
Mereka terlihat terkejut dan saling berpandangan. Kecuali Putri dan Bara karena mereka sudah pernah membawa bento masakan dari Astro saat pertama kali sampai di workshop ini.
"Tapi nanti aku sampaiin ke Astro karena kayaknya dia pulang malem. Kalian pasti udah pulang juga."
"Gimana kalau besok bawa masakan sendiri-sendiri? Aku ga enak dimasakin terus." ujar Umar.
"Atau kita bisa gantian? Kita bisa bikin jadwal." ujar Parti.
"Mungkin bisa sekalian bikin jadwal bersihin bekas makanannya juga." ujar Bara.
Aku menatap mereka bergantian. Entah kenapa mereka terlihat bersemangat. Padahal hanya membahas tentang makanan.
"Kalian aja yang ngatur ya. Dibantu Putri. Aku udah pesen kulkas buat kalian pakai bareng-bareng. Jadi kalian bisa simpen makanan apa aja. Mungkin nanti sore kulkasnya dateng." ujarku.
Putri menggenggam tanganku, "Makasih ya, Nona Faza. Baik hati banget bosku satu ini."
"Lebay ih, kayak baru kerja sama aku aja. Aku ke atas ya. Ada yang harus aku kerjain di sana." ujarku yang segera berlalu.
Aku masih mendengar mereka melanjutkan percakapan tentang jadwal membawa makanan dan mencuci perkakas bekas makan saat aku menaiki tangga, yang membuatku tak bisa menyembunyikan senyum di bibirku.
Aku mengambil laptop, earphone dan handphone di meja dekat jendela sebelum melanjutkan langkah kakiku ke atap, lalu duduk di salah satu kursi panjang sebelum menyalakan laptop dan wifi. Aku memasang earphone di laptop dan melanjutkan memutar rekaman CCTV toko Lavender's Craft. Tadi pagi aku sudah melihat sebagian rekamannya setelah sarapan dan sepertinya dugaanku benar. Aku hanya perlu melihat lanjutan rekamannya untuk mengambil keputusan.
Sikap Sari memang terlihat lebih gugup dan melakukan berbagai kesalahan sejak aku berkata akan memilihnya menjadi pengganti Putri di toko. Padahal dia terlihat baik-baik saja sebelum itu.
Kesalahan paling parah yang dia lakukan adalah saat menghitung omset di akhir bulan kemarin. Biasanya hanya membutuhkan waktu tak lebih dari dua puluh menit, tapi saat itu Sari menghitungnya hingga memakan waktu lebih dari satu jam.
Aku menarik napas sesaat sebelum mencabut earphone dari laptop dan memasangnya di handphone. Aku menelepon toko. Gon yang mengangkat teleponku, aku bisa melihatnya dari kamera CCTV yang diletakkan di dekat kasir.
"Lavender's Craft di sini, dengan Gon. Ada yang bisa dibantu?"
"Hai Gon. Sari ga masuk hari ini, ngasih kabar ke kamu ga?" aku bertanya.
"Oh, Faza? Dia ga ngasih kabar ke kamu?"
"Ga ada kabar sampai siang ini."
Gon menghela napas, "Dia juga ga nelpon, tapi aku coba telpon dulu ya. Kali aja dia masih ngurusin adiknya."
Jika Gon juga mengetahui tentang adik Sari yang sakit, mungkin saja Sari memang sedang merawat adiknya. Aku tak bisa menganggapnya berbohong padaku.
"Ga usah, Gon. Nanti aku aja yang nelpon. Kamu punya kendala jaga toko beberapa hari ini?"
"Ga ada sih sebenernya, tapi emang jadi agak repot karena biasanya berempat, sekarang jadi berdua aja sama Vinny. Aku sama Vinny kan kuliah, jadi gantian jaga tokonya agak repot. Kayak sekarang, aku cuma sendiri soalnya Vinny kuliah."
"Ada crafter yang bagus yang kira-kira bisa bantu kamu jaga toko?"
"Soal itu aku ga bisa bilang bagus atau ga. Soalnya yang biasa ngasih arahan kan Putri."
Gon benar. Kurasa aku harus memikirkan cara lain.
"Okay kalau gitu. Kamu lanjutin kerjaan kamu dulu. Nanti sore kasih laporan ke aku ya, tapi kalau sibuk banget kasih laporan nanti malem ga pa-pa kok."
"Nanti sore aku kirim ke email kamu ya. Malem aku harus ngerjain deadline kampus."
"Thank you, Gon."
"Udah kerjaanku kok. Kan aku digaji."
Aku tersenyum, "Aku tutup ya. Kalau ada apa-apa kabarin aku."
"Okay."
Aku mematikan sambungan teleponku dengan Gon dan menutup bar rekaman CCTV toko, lalu menatap handphoneku dalam diam selama beberapa lama. Kurasa aku akan menelepon Sari nanti malam saja.
Aku melirik jam di sudut layar handphone, pukul 14.28. Aku sudah menelepon oma tadi pagi, tapi aku belum menelepon ibu. Kurasa aku akan menelepon ibu nanti sore setelah jam kerja workshop selesai. Aku mengirim pesan untuk Astro.
Aku : Kamu jadi pulang malem?
Astro : Aku pulang sore pas workshop tutup. Mau titip sesuatu?
Aku : Titip aku boleh?
Astro : Titip kamu?
Aku : Titip ajakin aku jalan-jalan sebentar nanti malem
Aku : Tapi ga jadi. Kerjaan kamu pasti banyak
Astro : Sorry, Honey. Malem ini ga bisa, tapi aku bisa nemenin kamu besok malem, gimana?
Aku : Ga usah. Besok aku mau di rumah
Astro : Kamu ngambek?
Kurasa aku akan mengabaikannya. Besok masa hukumannya akan selesai. Aku akan mempersiapkan diri saat dia mengajakku bercinta. Kenapa bulu halusku meremang hanya dengan membayangkannya?
Aku meletakkan handphone di meja dan melangkah menuju dinding pembatas balkon. Lalu lintas cukup lancar dan masih belum ada seorang pun yang datang untuk melihat-lihat workshop.
Aku mengerti aku mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan pelanggan pertamaku di workshop ini. Setidaknya aku sudah memiliki pasar online yang cukup menjanjikan. Sampai siang ini masih belum ada yang memesan perhiasan, tapi workshop ini memang baru berjalan dua hari. Aku tak akan terburu-buru.
Seseorang menepuk bahuku. Aku menemukan Putri sedang memeluk sebuah paket besar yang terlihat cukup berat.
"Katanya isinya buku." ujar Putri sambil menyodorkan paket padaku.
Aku menerimanya dan membaca nama pengirim paket: Bramono. Sepertinya aku tahu apa isi paketnya.
"Thank you." ujarku sambil berjalan ke bawah kanopi dan meletakkan paket di atas meja. Aku akan membukanya nanti saja saat Astro sudah pulang.
"Jadwal yang bawa makanan sama giliran cuci piring udah ada di dapur. Mulai besok kamu ga usah masak buat makan siang."
"Okay. Nanti aku bilang Astro."
"Aku turun ya."
Aku hanya mengangguk dan menatap Putri hingga dia menghilang dari tangga. Aku mengambil foto paket dari om Bram dan mengirimkannya ke Astro.
Aku : Dari om Bram. Aku belum buka. Nanti malem kita buka berdua ya
Astro : Kamu belum jawab pertanyaanku. Kamu lagi ngambek?
Aku : Aku ga ngembek
Astro : Serius?
Aku : Iya
Aku tahu Astro membaca pesanku, tapi dia tidak membalasnya. Entah kenapa aku justru membuka deretan status di aplikasi pesanku, yang sejujurnya jarang sekali kulakukan.
Aku mencari nama Astro, tapi aku tak menemukan status apapun tentangnya selama 24 jam terakhir. Aku justru menatap status kak Liana selama beberapa saat sebelum membukanya untuk melihat foto yang dia pasang dengan lebih jelas.
Ada foto dirinya dan suaminya. Juga ada Petra di foto itu, sedang memeluk pinggang seorang perempuan. Sepertinya mereka sedang ada di acara berkumpul atau semacamnya. Aku memberi kak Liana sebuah pesan.
Aku : Kakak tambah cantik
Kak Liana : Ya ampun. Ke mana aja kamu? Lama banget ga chat Kakak
Aku : Maaf ya Kak, Faza lumayan sibuk. Jadi baru sempet chat Kakak lagi. Oh iya, makasih ya titipannya, tapi Faza belum buka soalnya dititipin di rumah opa
Kak Liana : Duh untung bukan makanan. Kalau makanan udah basi deh
Kak Liana : Gimana rasanya jadi pengantin baru?
Aku : Kan Kakak juga masih pengantin baru. Rasanya mungkin sama kan?
Kak Liana : Hahaha bisa aja kamu. Kakak kangen ih, tapi Kakak belum bisa pulang
Aku : Faza juga kangen, tapi Faza sekarang ikut Astro ke Surabaya. Mungkin kita jadi jarang banget ketemu lagi
Kak Liana : Oh iya, Kakak lupa. Padahal Zen udah ngasih tau. Duh kapan kita ketemu lagi ya? Padahal Kakak dateng ke banyak acara sama Sean (suami kak Liana)
Aku : Kakak lagi di acara apa di foto itu?
Kak Liana : Itu foto tunangannya kolega Sean. Namanya Tiffany. Cowoknya orang Indonesia loh, namanya Petra. Anaknya baik banget. Nanti kalau Faza ada waktu kapan-kapan Kakak kenalin
Entah bagaimana, tapi seperti ada es mengaliri tengkuk dan menjalar ke seluruh tubuhku. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?
Aku tak mungkin tiba-tiba memberi tahu Denada bahwa Petra bertunangan dengan perempuan lain selain dirinya. Bagaimana pula aku akan memberitahukannya padanya? Denada pasti akan patah hati, tapi tak memberitahukan hal ini padanya juga bukan pilihan yang bisa kuambil.
Astaga ... aku harus bagaimana?
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-