Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sanggul



Sanggul

2Astro menarikku menjauh saat aku baru saja akan menoleh untuk melihat staf mana yang membicarakan kami, "Ga perlu ditanggepin. Waktu kita ga banyak di sini."     

Aku tahu dia benar, maka aku menuruti ucapannya dan mengikuti langkah kakinya tanpa menoleh.     

Aroma rumah sakit selalu meninggalkan sensasi tak nyaman di perutku dan membuatku merasakan firasat buruk karena aku selalu mengingat kecelakaan yang menewaskan keluargaku. Namun sekarang aku ke sini dengan Astro untuk mencari tahu tentang keberadaan janin di rahimku, hingga membuatku tak yakin apakah firasat yang kurasakan sekarang adalah firasat baik atau sebaliknya.     

Aku tahu ada banyak orang datang ke tempat ini untuk mengusahakan kesembuhan demi bisa hidup sehat. Namun trauma mendalam tak akan bisa dihilangkan dengan mudah, bukan?     

Astro meletakkan kertas berisi data diriku di area yang sudah ditunjukkan oleh staf pendaftaran, lalu kami duduk untuk menunggu giliran namaku dipanggil. Ada banyak pasang mata menatap kami dalam diam. Entah apakah mereka mengenali kami atau menganggap kami masih terlalu muda untuk berada di sini, tapi mungkin juga karena melihat betapa Astro memperlakukanku dengan begitu manis.     

Bagaimana tidak? Dia menggenggam tanganku, mempersilakanku duduk lebih dulu, lalu mengamit pinggangku untuk dipeluk saat dia duduk di sebelahku.     

"Aku baru aja mikir kita ga seharusnya ke sini." ujarku dengan suara lirih.     

Astro menoleh dan berbisik, "Kita ga punya pilihan lain. Kita harus nunggu seminggu lebih kalau mau ngecek kandungan kamu di rumah sakit tante. Ada banyak hal bisa kejadian di waktu itu. Aku ga mau ambil resiko."     

Mungkin saja dia benar, tapi ditatap dengan tatapan asing seperti ini membuatku merasa salah tingkah. Entah apakah karena aku sudah lama tak bertatapan dengan orang asing karena selalu bekerja dari rumah. Namun aku jelas akan menghindari menatap orang lain dengan tatapan seperti yang mereka berikan padaku saat ini.     

"Nyonya Mafaza Marzia." panggil salah seorang suster.     

Astro hampir saja tertawa saat mendengarku dipanggil nyonya, tapi dia membatalkannya karena aku memberinya tatapan tajam sebelum berdiri.     

"Dicek tensinya dulu ya. Jaketnya bisa dibuka? Sekalian timbang berat badannya dulu." ujarnya dengan sebuah senyum sambil menunjuk ke satu alat penimbang berat badan hybrid.     

Aku menuruti ucapannya dan menimbang berat badanku sambil melepas jaket yang kupakai, "Empat puluh sembilan kilo."     

Dia mengangguk dan memberi isyarat padaku untuk duduk, lalu membelitkan alat tensimeter di lenganku dengan cekatan. Aku cukup beruntung dia tak mengenaliku sebagai orang yang mungkin pernah muncul di salah satu portal berita. Aku membaca nama di dada kirinya, Herlina.     

"Tensinya normal ya 110/70 mmHg. Ke dokter kandungan ada keluhan apa?" dia bertanya sambil menulis tekanan darah dan berat badanku di lembar data diri.     

"Mau cek kandungan."     

Dia menoleh padaku dan tersenyum, "Ada keluhan? Misalnya mual, muntah, pusing, bercak darah dari area kewanitaan?"     

"Tadi pagi aku mual, tapi ... kayaknya ga hamil. Mm ... aku sempet pakai test pack dan hasilnya negatif."     

Dia menatapku lekat, "Tunggu di depan ruang dokter ya."     

Aku mengangguk dan berlalu sambil memakai jaketku. Astro bangkit dan memeluk pinggangku saat aku menghampirinya, lalu aku mengajaknya beranjak menuju kursi tunggu di depan ruang dokter.     

"Gimana?" Astro bertanya sambil membetulkan letak topi yang kupakai.     

Aku menaikkan bahu, "Tekanan darah normal, berat badan masih sama."     

"Kamu harus makan lebih banyak, kamu tau?"     

"Aku suka kok sama beratku yang sekarang."     

Astro menatapku sebal, "Naikin tiga kilo. Aku ga mau tau."     

Aah laki-laki ini benar-benar menyebalkan....     

Aku hampir saja mendebatnya andai aku tak menyadari kami sedang berada di area publik. Dengan banyak pasang mata yang sedang mengawasi kami, akan buruk jika aku tak bisa mengendalikan diri.     

Kami sempat berhenti tepat di depan ruangan bertuliskan dr Alena Sarasvati SpOG, dokter yang akan kami temui. Namun kurasa kami harus menunggu giliran kami untuk dipanggil lebih dulu, maka aku mengajaknya duduk di kursi tunggu.     

"Kamu udah ga nervous?" aku bertanya saat Astro mengambil clutch dariku dan meletakkannya di pangkuannya.     

"Ga, aku kan punya cara ampuh buat ilangin nervous."     

Aku tahu cara yang dia sebutkan karena dia yang memberitahukannya padaku. Aku juga memakainya saat aku merasa gugup sebelum memulai sesi pernyataan sebagai saksi di pengadilan beberapa hari yang lalu.     

Aku meneliti ekspresinya dengan seksama, "Kalau gitu kamu siap kan kalau hasilnya ternyata tetep negatif?"     

Astro menatapku dalam diam sebelum bicara, "Kamu juga harus siap kalau ternyata hasilnya positif."     

Kurasa itu cukup adil, tapi kenapa perutku terasa berputar tak nyaman?     

Aku membetulkan posisi dudukku saat salah seorang perempuan dipanggil untuk memasuki ruangan. Kurasa kami akan menunggu cukup lama sampai tiba waktunya bagi kami, maka aku membuka clutch di pangkuan Astro. Lalu mengeluarkan buku sketsa dan satu pak pensil warna.     

Aku menoleh ke arah Astro dan menyandarkan bahuku padanya, "Mau warna apa?"     

Astro menatapku dengan tatapan menyelidik, "Mau aku jadi model sketsa kamu?"     

Aku hanya mengangguk.     

"Maroon?"     

Entah bagaimana aku sudah bisa menebak jawabannya. Aku tak memiliki pensil berwarna maroon, tapi aku bisa menggunakan pensil berwarna merah sebagai gantinya. Kurasa Astro pun tahu dan tak keberatan dengan pilihan warnaku.     

Aku mulai menggoreskan figurnya di buku sketsa sambil menoleh padanya sesekali. Harus kuakui, aku pun akan merasa iri jika melihat ada seorang perempuan bersama dengan laki-laki seperti dirinya.     

"Jelek." ujarku sambil berbisik saat aku menoleh yang kesekian kali.     

Astro mencubit pipiku, "Jangan macem-macem di sini, Nyonya Astro. Ini area publik, kamu tau?"     

Dia hampir membuatku tertawa, tapi aku menahannya. Hanya ada senyum lebar di bibirku yang tak bisa kutahan.     

"Udah ga keberatan dipanggil Nyonya ya?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

"Jangan macem-macem." ujarku sambil menusukkan ujung tumpul pensil yang kupegang ke pipinya.     

Dia tersenyum semakin lebar. Senyum menyebalkan yang selalu dia tunjukkan padaku saat dia merasa baru saja mengalahkanku.     

Satu per satu pasien dipanggil masuk ke ruangan secara bergiliran. Aku tak terlalu memperhatikan karena aku sibuk dengan sketsa yang kubuat. Hingga tiba saat namaku dipanggil, saat aku menoleh aku melihat suster Herlina yang memanggilku. Entah sejak kapan dia menggantikan suster sebelumnya.     

Aku sempat tersenyum padanya sebelum memasukkan buku dan pensil warnaku. Walau aku belum menyelesaikan sketsaku, tapi aku bisa melanjutkannya lagi nanti dalam perjalanan pulang kami.     

Astro mengamit tanganku dan mengajakku masuk ke ruangan, "Permisi, Dok."     

Aku melihat seorang dokter perempuan dengan rambut yang disanggul dengan apik, tapi tatapan matanya terlihat tak ramah saat melihatku. Entah bagaimana tapi aku menebak usianya mungkin 39-45 tahun.     

Dia mengangguk dan memberi isyarat untuk kami duduk, "Silakan."     

Aku tersenyum padanya sebelum duduk di hadapannya. Aku benar-benar tak tahu harus bersikap bagaimana atau mengatakan apa. Bahkan kurasa aku baru saja kehilangan kepercayaan diriku.     

"Adek ke sini baru pertama kali ya? Umurnya masih delapan belas tahun. Mafaza Marzia. Tadi pagi udah pakai test pack, tapi negatif. Berarti ke sini mau USG, betul?" ujarnya seolah sedang bicara sendiri walau tatapan matanya terasa menusuk hatiku.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.