Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Pengawal



Pengawal

0Malam ini kami berangkat ke tempat latihan menembak ditemani Kyle. Aku menggunakan kartu yang berbulan-bulan lalu pernah Opa berikan padaku. Ternyata kartu itu adalah akses khusus tanpa batas untuk latihan menembak di berbagai arena.     

Kyle memberi tepukan tangan padaku saat aku baru saja berhasil menembak tepat di bahu sasaran berbentuk tubuh manusia untuk yang ketiga kalinya. Aku menoleh untuk menatap Astro, dia bisa menyesuaikan diri untuk membidik sasaran lebih cepat dari dugaanku. Entah apakah karena aku yang masih merasa asing dengan pistol di tanganku ini, tapi tanganku bergetar saat mempelajari cara menggunakannya.     

"You are doing great (Kamu hebat), Honey." ujar Astro sambil menghampiriku dan mengecup dahiku.     

Aku menatapnya tak percaya, "Udah satu jam dan aku baru bisa nembak tiga kali tepat sasaran, kamu bilang aku hebat?"     

"Kamu cuma butuh latihan lebih."     

"Ga ada waktu buat latihan lagi."     

"Inget yang Tuan bilang, Nona. Jangan nembak kalau ga terpaksa." ujar Kyle.     

Aku tahu Kyle benar. Opa memang sudah memperingatkan hal itu pada kami sebelum berangkat. Opa berkata dengan tatapan sangat serius bahwa besok kami hanya boleh menembak saat keadaan sangat terdesak. Karena sebetulnya pengamanan yang Opa siapkan sudah cukup.     

"Cukup sampai sini. Kalian bisa latihan lagi minggu depan, tapi kabari Kyle dulu."     

Aku menghela napas sebelum melepas semua pengaman yang terpasang di tubuhku, lalu mengikuti Kyle dan Astro yang berjalan menuju ke mobil. Aku melirik jam di lengan, pukul 22.38.     

"Kita langsung pulang karena kalian harus istirahat." ujar Kyle setelah menyalakan mesin mobil dan memulai perjalanan.     

Astro memelukku erat di kursi tengah dan mengelus puncak kepalaku sebelum mengecupnya. Dia membuatku berpikir, andai besok adalah resepsi pernikahan yang biasa saja.     

"Tidur aja. Nanti aku bangunin." ujar Astro.     

Aku menggeleng, "Aku ga bisa tidur. Tembakanku payah banget."     

"Nona harus berusaha lebih tenang. Kalau panik Nona ga akan bisa bidik tepat sasaran. Yang terakhir tadi udah bagus kok." ujar Kyle.     

Aku tahu Kyle benar. Sebetulnya mengingat Gerard membuatku memikirkan banyak hal. Aku bahkan berpikir tak akan mampu menembaknya walau harus.     

Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan beberapa kali. Sepertinya aku memang harus menenangkan diri lebih dulu. Apapun yang terjadi besok, aku akan mempercayakannya pada semua orang yang terlibat. Aku menoleh untuk menatap Astro, "Bisa kamu telepon Riri buatku?"     

"Kamu mau ngapain?"     

"Cuma mau nanya beberapa hal."     

"Jangan bocorin rencana kita. Dia bukan sekutu, kamu tau?"     

"Aku tau."     

Kami saling bertatapan selama beberapa lama. Aku tahu dia sedang berpikir untuk mengabulkan permintaanku atau tidak. Tak lama, dia mengamit handphone dari saku, memasukkan sidik jari dan menelepon Riri.     

"Astro? Tumben nelpon malem-malem gini. Bukannya besok kamu resepsi?" terdengar suara Riri yang sedikit ketus, tapi terkejut.     

Astro menatapku dengan tatapan tenang dan mantap, "Istriku mau ngobrol sama kamu."     

"Ooh? Hai, Faza. Apa kabar?"     

Aku mencoba membuat diriku sendiri tersenyum. Aku tahu Riri tak akan bisa melihatku, tapi kurasa aku akan mampu bicara padanya dengan suara yang lebih ramah jika tersenyum, "Aku baik. Besok kamu dateng?"     

"Besok aku dateng sama papa. Sorry, tapi kayaknya Angel ga dateng."     

"It's okay. Boleh aku nanya sesuatu?"     

"Tanya aja. Aku jawab kalau bisa."     

"Sorry kalau aku ngingetin kamu ke kejadian dua tahun lalu, tapi ... waktu kamu iseng sama aku, apa bener kamu sendiri yang insiatif buat ngelakuin itu?"     

Hening selama beberapa saat sampai suara Riri kembali terdengar, "Sebenernya ada temenku yang nyaranin, tapi kamu pasti ga kenal. Aku sama Angel sahabatan sama dia dari SD. Dia ngasih beberapa opsi waktu Angel curhat, tapi Angel ga berani ambil risiko kalau ketauan sama Astro jadi aku yang ..., sorry ya, aku tau ini udah lama banget. Aku minta maaf udah bersikap kelewatan."     

Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Kurasa aku tahu apa yang sedang dia pikirkan. Namun ini bukan saat yang tepat untuk membahasnya.     

"Ga pa-pa, udah lewat kok. Temen kamu itu, bisa kamu ceritain? Mungkin Astro kenal."     

"Oh, iya. Astro, kamu inget Zenatta?"     

"Iya, aku inget." ujar Astro sambil terus menatapku lekat.     

"Dia pindah ke kota sebelah waktu kita lulus SD, tapi aku sama Angel sering ngobrol sama dia pakai video call. Sebenernya belakangan ini aku ngerasa dia aneh. Kamu tau kan foto kamu sama Faza yang nyebar di media, yang katanya foto kalian dua tahun lalu? Angel mikir itu pasti kerjaan Zenatta. Angel ngerasa ditipu waktu itu karena Zenatta cuma bilang kalau Faza di resort sama cowok, tapi ga nyebut kalau cowok itu kamu."     

"Kamu mau bilang Zenatta yang ngehasut kamu?"     

"Aku ... ga yakin. Dia selama ini keliatan kayak ngasih saran karena selalu ngedukung hubungan Angel sama kamu, tapi belakangan ini dia emang aneh sih."     

"Bisa kamu jelasin anehnya gimana?" aku bertanya.     

"Dia sering nanya-nanya soal kamu, Za."     

"Nanya-nanya soal aku?"     

"Iya, kayak nanya kamu sukanya apa. Nanya sifat kamu. Dia pernah nanya kamu les di mana. Dia juga pernah nanya kamu belajar bela diri di mana soalnya Astro pernah upload foto kamu lagi nendang samsak."     

"Dan kamu kasih tau dia?"     

"Aku cuma kasih tau yang aku tau kalau kamu suka ngelukis. Kita kan ga deket, jadi aku ga bisa jawab pertanyaan dia yang aku ga tau."     

Aku sudah mendapatkan jawaban yang kubutuhkan. Aku memberi Astro isyarat untuk mengakhiri sambungan telepon kami.     

"Kamu tau dia besok dateng atau ga?" Astro bertanya.     

"Katanya besok dia dateng sama sepupunya. Sepupu tiri sih, namanya Gerard. Dia sempet cerita katanya minta sepupunya itu bikin lukisan. Mungkin besok dia bawa buat wedding gift. Kayaknya dia bakal bawa beberapa pengawal juga sih karena katanya lukisannya spesial."     

"Dia bilang ada berapa orang pengawal?"     

"Kalau ga salah dia bilangnya dua. Mungkin besok dia dianter pak Tara juga buat jadi sopir sekalian ngamanin lukisan. Hahaha, sorry, tapi lucu sih. Ngapain coba bawa pasukan gitu ke resepsi cuma buat bawa lukisan? Pak Tara kan mantan preman."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.