Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Nekat



Nekat

2Oma memakai jasa rias pengantin kepercayaan keluarga, yang membuatnya tak terkejut saat kami menyelipkan beberapa senjata di beberapa bagian tubuh. Dia meminta kami memanggilnya Mami Kalila. Mami Kalila dan asistennya bahkan membantuku memasang pistol dan amunisi di paha kanan, juga sebuah belati kecil di paha kiri.     

Entah apakah aku yang terlalu bodoh, tapi ini terasa seperti aku sedang menjalani pelatihan menjadi seorang agen rahasia. Seperti inikah rasanya jika aku benar menjadi seorang agen rahasia seperti Opa atau Kyle?     

Mami Kalila menatapku mantap setelah selesai membantuku memakai kebaya berwarna maroon, "Cantik. Persis Ana."     

Tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang, "Mami kenal Bunda?"     

Mami Kalila tersenyum, "Mami yang dandanin Ana waktu nikah. Menurut Mami, Faza nurunin sifat nekatnya Ana."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Entah kenapa terasa seolah aku baru saja mendapatkan keberanianku kembali.     

Bunda memang pernah pergi dari rumah dan baru kembali setelah bertemu dengan Ayah. Kurasa sifat nekat yang disebutkan Mami Kalila adalah karena aku memutuskan untuk menikah di usia semuda ini.     

"Honey." Astro memanggilku dan membuatku menoleh padanya.     

Setelan jas yang dia pakai senada dengan kebaya yang kukenakan. Dia tampan sekali. Namun juga membuat bulu halusku meremang saat mengingat ada sebuah pistol dan amunisi tersembunyi di tubuhnya.     

Astro menghampiriku dan mengecup dahiku, tapi segera ditegur oleh Mami Kalila.     

"Jangan rusakin maha karya Mami." ujar Mami Kalila sambil mencubit lengan Astro.     

Astro memberinya senyum menggodanya yang biasa, "Ga rusak kok. Nanti sore baru Astro rusakin kalau acaranya udah selesai."     

Mami Kalila memberinya tatapan tajam, "Sekarang bukan waktunya bercanda."     

Astro baru saja akan menjawab kalimat Mami Kalila saat aku memberinya isyarat untuk menghentikan apapun yang akan keluar dari mulutnya. Sepertinya dia mengerti.     

Terdengar ketukan dan pintu terbuka sesaat setelahnya. Kami semua menoleh ke arah Ibu yang sudah memakai kebaya berwarna perak. Aku tahu ada sebuah pistol tersembunyi entah di mana. Mungkin di paha sama sepertiku.     

Ibu menghampiri kami dan tersenyum, "Siap?"     

Aku dan Astro mengangguk. Tiba-tiba saja seperti ada sesuatu yang terasa lebih hangat di dalam dadaku, entah apa. Kurasa aku baru saja merasakannya untuk yang pertama kalinya.     

"Makasih, Mami." ujar Ibu pada Mami Kalila sambil memeluk lenganku di kanan dan lengan Astro di kiri.     

Mami Kalila tersenyum, "Jangan rusak maha karya Mami."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Bagaimana mungkin yang dipikirkannya hanyalah tentang riasannya dibandingkan dengan keselamatan kami?     

Ibu membawa kami ke sebuah ruangan lain di sebelah ruangan kami sesaat lalu. Semua orang sudah berkumpul di sini. Termasuk Opa, Oma dan Kakek. Semuanya siap dengan kebaya dan setelan jas masing-masing, juga dengan berbagai senjata yang disembunyikan di tubuh mereka.     

Kakek mengingatkan semua arahan yang sudah kami sepakati dan mengatakan dengan sangat serius untuk tidak menggunakan senjata apapun jika tak terpaksa menggunakannya. Perlawanan dengan bela diri akan didahulukan sebelum tindakan lainnya.     

"Kakek minta maaf karena resepsi kalian jauh dari resepsi normal orang kebanyakan. Keselamatan kalian lebih penting." ujar Kakek sambil menatapku dan Astro yang saling menggenggam tangan.     

Astro menoleh padaku, "Kita ngerti, Kek."     

Kakek mengangguk dan memberi isyarat untuk segera memulai acara. Yang lainnya keluar ruangan untuk menempati posisi masing-masing. Meninggalkanku, Astro dan kedua orang tuanya tetap di ruangan untuk mengikuti instruksi.     

Ibu mengelus lenganku, "Harus tetep tenang ya."     

Aku mengangguk. Aku sudah berusaha mengendalikan pikiran sejak pagi. Aku bahkan sengaja sarapan lebih banyak untuk memperbaiki suasana hatiku. Kurasa aku siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi.     

Aku tak tahu siapa Zenatta dan apa hubungannya dia dengan keluarga Astro karena aku baru akan mendapatkan jawabannya nanti malam. Namun aku tak akan membiarkannya merusak acara resepsi pernikahanku.     

Aku memang berharap kami tak perlu menyakiti atau menembak siapapun. Ada banyak orang penting di sini, termasuk kolega dan teman lama keluarga yang datang. Bahkan ada Nenek Agnes dan Kakek Rizal yang sudah diarahkan untuk langsung ke area resepsi karena mereka tak tahu menahu tentang operasi keamanan ini.     

Astro menggenggam tanganku dan mengelus jariku perlahan, membuatku menoleh padanya. Dia tersenyum tipis yang belakangan ini sangat kusukai. Dia tampan sekali.     

Aku tersenyum manis. Aku sudah berkata aku mempercayainya. Kuharap dia juga mempercayaiku. Aku bukan perempuan bodoh yang tak bisa diandalkan, bukan?     

"Inget, jangan pakai senjata apapun kalau ga terpaksa." ujar Ayah.     

Aku dan Astro mengangguk setuju. Kami sudah diingatkan tentang hal itu berkali-kali sejak kemarin.     

Seseorang mengetuk dan membuka pintu perlahan. Mami Kalila muncul dan memberi kami isyarat untuk mengikutinya. Ayah dan Ibu bangkit sambil mengamit tangan kami untuk keluar bersama.     

Kami memasuki aula gedung yang digunakan sebagai tempat resepsi bersama dengan Mami Kalila yang berjalan tepat di depan kami. Mami Kalila yang akan memberikan arahan apa saja yang harus kami lakukan.     

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aula penuh dengan tatapan ingin tahu semua orang. Aku bisa menemukan sosok Denada dan Mayang sedang tersenyum penuh haru padaku. Sepertinya suasana hati Denada berubah menjadi lebih baik.     

Aku mendapati Riri sedang berusaha memberiku lambaian tangan tak jauh dari Denada dan Mayang. Aku bisa melihat Zen, Kak Liana dan mamanya di satu sudut, juga semua teman-temanku yang lain. Bahkan ada Donna yang berdiri dekat dengan Teana.     

Aah, aku baru saja melihat Zenatta dan Gerard di sudut yang lain.     

Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Hari ini akan menjadi hari yang buruk jika kami terpaksa menggunakan kekerasan.     

Mami Kalila memberikan isyarat padaku dan Astro untuk melakukan prosesi injak telur. Kemudian aku membasuh kaki Astro sebagai simbol kesetiaanku padanya. Aku mendongak untuk menatapnya, dia tersenyum lebar sekali. Sepertinya aku tahu apa yang sedang dia pikirkan.     

Prosesi berlanjut ke sikepan sindur. Ibu membentangkan sindur (kain) di antara bahuku dan Astro, lalu Ayah menuntun kami berjalan menuju pelaminan sambil memegang kain. Prosesi ini melambangkan bentuk harapan dari orang tua agar kami selalu erat bersama.     

Ayah membawa kami berjalan menuju pelaminan dan prosesi berlanjut ke adat pangkuan. Astro duduk di paha kiri Opa dan aku duduk di paha kanan Opa. Kami saling menjaga agar Opa tak terlalu berat menahan tubuh kami. Prosesi ini berarti bila kami memiliki keturunan nanti, diharapkan bisa memberikan kasih sayang yang sama dan adil. Juga memiliki arti seperti menimbang, bahwa kasih sayang yang diberikan kepada anak dan menantu tak memiliki perbedaan.     

Acara berlanjut ke prosesi kacar kucur. Astro mengucurkan kantong yang berisi uang receh, biji-bijian dan beras kuning ke pangkuanku. Yang berarti dia memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan akulah yang mengelolanya.     

Prosesi selanjutnya adalah dulang-dulangan (suap-menyuapi). Kami saling menyuapi sebanyak tiga kali suapan. Prosesi ini memiliki harapan agar kami selalu saling menolong dan hidup rukun dalam menjalani hidup sebagai sebuah keluarga. Kami hampir saja tertawa saat prosesi ini berlangsung karena mendengar Reno dan Daniel berteriak untuk menggoda kami. Disusul dengan kalimat godaan dari teman-teman kami yang lain.     

Prosesi terakhir adalah sungkeman. Dilakukan sebagai suatu bentuk dan bukti penghormatan kepada orang tua, juga kepada tetua yang ada. Di prosesi ini, kami meminta restu dari Opa, Oma, orang tua Astro, Kakek Arya, Kakek Rizal dan Nenek Agnes untuk dapat menjalani hidup baru.     

Aku baru saja menarik napas lega setelah semua prosesi selesai, saat mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menyadari ada tatapan tajam yang mengarah padaku. Terasa panas dan mungkin akan mampu membakar apapun yang dilihatnya.     

Tatapan mata Zenatta.     

"I love you, Honey." bisik Astro sambil mengelus jariku. Sepertinya dia juga menyadarinya dan sedang berusaha menenangkanku.     

Tepat setelah Astro mengatakannya, pembawa acara mempersilakan tamu undangan maju ke pelaminan untuk memberi selamat pada kami. Yang membuat jantungku berdetak kencang dan kewaspadaanku meningkat.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.