Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Menusuk



Menusuk

1Bukan pertama kalinya bagiku mendapatkan tatapan tajam seperti Zenatta menatapku sekarang. Karena dua tahun lalu aku sudah pernah menerima tatapan yang sama dari Angel. Aku hanya tak mengerti, kenapa dia merasa begitu cemburu padaku? Aku adalah istri sah Astro dan dia bukanlah siapapun. Dia hanya seorang teman lama yang menyimpan rasa suka, bukan?     

Andai saja tak ada ancaman darinya, kurasa resepsi pernikahan ini akan berjalan baik-baik saja. Aku bahkan akan bisa mengenangnya sebagai salah satu acara terbaik sepanjang hidupku.     

Tamu undangan yang akan memberi selamat pada kami sudah menanti di satu sudut, dengan Lyra sebagai staf yang mengatur. Lyra terlihat cantik sekali memakai kebaya berwarna kuning lembut.     

Satu-persatu tamu menyalami kami bersama dengan semua doa yang bisa mereka utarakan, serta memberikan bingkisan untuk hadiah pernikahan. Kyle dan Eboth membantu mengatur semua hadiah itu ke meja di sebelah pelaminan. Mereka memakai sarung tangan berwarna hitam untuk mengantisipasi hal yang mungkin saja terjadi.     

Denada memelukku dengan senyum terkembang di bibirnya, "Selamat ya, Za. Sorry, aku berangkat ke Aussie tiba-tiba ga pamit dulu."     

"It's okay. Aku seneng liat kamu seneng."     

Sepertinya Denada mengerti maksud kalimatku, "Nanti aku cerita. Sorry kemarin ga angkat telpon kamu."     

Aku memberinya tatapan sebal, "Untung ada Mayang."     

"Kamu lapor ya?" Denada bertanya pada Mayang yang sedang memelukku.     

Mayang menaikkan bahu dan memberi isyarat untuk segera meninggalkanku karena masih ada banyak orang yang menanti untuk memberikan selamat pada kami. Sepertinya Denada mengerti dan segera berpamitan.     

Teman-teman kami yang lain bergantian menyalami dan menggoda karena kami menikah di usia yang begitu muda. Reno bahkan terang-terangan tertawa saat memberi kami selamat.     

Xavier menepuk bahu Astro dan meminta untuk mengenalkannya pada seorang perempuan karena menikah lebih dulu tanpa memberi kabar jauh-jauh hari. Hendry juga memberi kami tatapan tajam dan hampir saja mengancam karena tak tahu-menahu rencana kami menikah mendadak. Yang berhasil membuat kami meminta maaf karena tak memberi tahu mereka lebih dulu.     

Viona, Donna, Zen, Kak Liana dan mamanya menghampiri kami dengan tenang karena sudah tahu kabar kami akan menikah, tapi tetap melontarkan protes karena menikah lebih dulu lebih dari seminggu yang lalu.     

Semua karyawan, kolega bisnis, teman lama keluarga yang kukenal dan tak kukenali, memberi selamat pada kami seakan ini adalah hal yang mereka tunggu selama ini. Walau harus kuakui, ada wajah-wajah yang hanya memberi selamat dengan terpaksa dan sepertinyaa aku harus mengingat semuanya.     

Aku bisa melihat Teana memberi isyarat sesuai kesepakatan kami, yang membuatku mencari sosok Zenatta dan Gerard di tengah kerumunan. Mereka dan dua orang di belakang mereka sedang membawa sebuah lukisan yang tertutup kain berukuran sekitar hampir dua meter. Mereka menyingkirkan orang-orang di sekitar mereka agar tak terlalu dekat dengan lukisan yang mereka bawa hingga membuatku merasakan firasat buruk.     

Aku bisa melihat Jian memberi kode pengamanan rahasia pada yang lainnya. Bahkan Kyle dan Eboth bersiaga tepat di sebelahku. Kuharap Zenatta dan Gerard tak akan mencurigai Kyle dan Eboth yang sejak tadi membantu memindahkan hadiah ke meja di samping pelaminan.     

Aku mengamit tangan Astro dan menggenggamnya erat sambil tersenyum lebar. Sepertinya Astro mengerti ini adalah saatnya bagi kami.     

Zenatta tersenyum manis yang terlihat alami sekali pada kami seolah tatapan tajamnya padaku beberapa saat lalu tak pernah ada. Kemudian menyalami Astro dan memberinya selamat sebelum berusaha memelukku, tapi aku menolaknya. Kurasa lebih baik jika aku mengikuti saran Astro kemarin.     

Zenatta tersenyum manis sekali padaku, "Kita pernah ketemu sekali di resort waktu itu. Udah lama sih. Semoga kamu masih inget."     

Kurasa sekarang aku tahu betapa ucapan Mayang beberapa hari lalu adalah benar. Zenatta lihai sekali memainkan peran. Aku tersenyum sambil berusaha bersikap seolah sedang mengingat sesuatu, "Sorry, kayaknya aku lupa. Ingatanku emang ga begitu bagus."     

Zenatta terlihat kecewa walau mengulurkan tangan padaku, "Ga pa-pa. Kita kenalan aja. Aku Zenatta. Aku temen Astro waktu masih SD dulu. Ga nyangka sih aku bakal diundang ke acara resepsi kalian, jadi aku udah siapin hadiah spesial."     

Zenatta menggeser tubuh dan memperlihatkan sebuah lukisan yang sedang dipegang oleh dua orang yang memakai sarung tangan. Mereka memperlakukan lukisan itu seolah lukisan itu adalah benda yang sangat berharga. Mereka membuka kain penutup lukisan dan memperlihatkan lukisan sebuah bangunan yang tak mungkin kulupakan sepanjang hidupku, hingga membuat jantungku hampir saja melarikan diri dari tubuhku.     

"Oh iya, ini sepupuku, Gerard. Dia yang ngelukis." ujar Zenatta dengan nada bicara yang biasa saja, tapi seperti ada kilat di tatapan matanya yang segera menghilang dalam sedetik waktu yang terlewat.     

Gerard mengulurkan tangan padaku, "Kita ketemu lagi, Zia. Atau harus kupanggil Mafaza Marzia?"     

Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku sudah memperkirakan hal ini mungkin saja terjadi, tapi mengalaminya benar-benar terasa berbeda. Mataku masih sulit melepaskan diri dari lukisan yang terpampang di hadapanku. Alih-alih menyambut tangan Gerard, tanganku menyentuh lukisan bangunan yang sudah lama sekali tak kulihat. Lukisan rumah peninggalan Ayah di Bogor, lengkap dengan sangkar-sangkar burung yang biasa berada di depan rumah.     

"Itu rumah kamu. Kamu inget?" Gerard bertanya sambil menurunkan tangan karena aku tak juga menyambutnya. "Aku Dio, kalau kamu butuh diingetin. Gerardio Evano. Bunda kamu selalu bilang aku berbakat ngelukis. So, I be it (Jadi, aku jadi pelukis)"     

Hatiku goyah, tapi genggaman tangan Astro membuatku menyadari aku baru saja membuat kesalahan.     

"Sorry, tapi kayaknya istriku lupa." ujar Astro sambil memeluk pinggangku.     

"Aku baru tau kamu hilang ingatan abis kecelakaan jembatan itu. Kamu lupa juga sama adik-adik kamu? Fara? Danar? Seingetku kamu sama Fara sering iseng sama Danar kalau bunda ga merhatiin." ujar Gerard dengan senyum manis yang memamerkan gigi yang tersusun rapi.     

Tiba-tiba kelebatan gulungan air terlihat jelas di mataku. Entah bagaimana, tapi aku bisa mencecap rasa khas lumpur di lidahku. Membuat perutku berputar hingga meninggalkan sensasi mual dan tengkukku terasa baru saja diguyur air es.     

Aku memeluk lengan Astro untuk menopang tubuhku. Jantungku berdetak tanpa irama sekarang.     

"Kamu lupa juga kalau ..."     

"Cukup. Kayaknya istriku ga enak badan." ujar Astro untuk memotong kalimat Gerard.     

Astro mengajakku mundur beberapa langkah ke arah kursi pelaminan dan memberi isyarat pada Kyle dan Eboth. Kyle dan Eboth baru saja mengambil lukisan dari kedua pengawal Zennata saat tiba-tiba Zenatta berjalan mendekat ke arah kami.     

"Jangan bilang keluarga kamu lupa kalau kita punya perjanjian, Astro." ujar Zenatta dengan suara yang mendesis. Entah apakah suaranya terdengar oleh orang lain, tapi kalimatnya menusuk kulitku dan menjalari aliran darahku. Membuat sesuatu di dalam dadaku bergolak.     

Tepat sedetik setelahnya, terdengar suara ledakan dari luar aula. Membuat semua orang terkejut dan panik di saat yang sama.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.