Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Khianat



Khianat

0Semua orang menyebar untuk melindungiku dan Astro. Aku bisa melihat kelebatan sosok Kakek dan Ayah sedang berlari mendekati Om Neil dan berusaha melumpuhkannya.     

Jian berusaha mengejar satu pengawal yang berlari mendekat sambil mengacungkan pistol padaku. Astro membidik pengawal itu dan menembak tepat di paha kirinya. Pengawal itu terjatuh setelah dua langkah ke depan. Jian menendang punggungnya dan menahannya tengkurap di lantai.     

Tante Lusi dan Tante Olla (Mama Ray) menghadang Zenatta yang berlari menyerbu ke arahku. Kyle dan Rommy sedang berusaha melumpuhkan Gerard di satu sudut. Satu pengawal Zenatta dan seorang berwajah preman yang kuduga adalah Pak Tara sedang berurusan dengan Eboth, Lyra dan beberapa orang anggota keamanan yang lain. Sedangkan keamanan lainnya memberi kami arahan untuk segera keluar dari aula dan berjaga di depan pintu.     

Asap menyebar dengan cepat, membuat napasku semakin sesak dan mataku terasa semakin perih. Aku harus mengatur irama napas agar tak terlalu banyak menghirup apapun yang mereka tembakkan sesaat lalu.     

Aku tahu semua orang berusaha memberi kami waktu untuk melarikan diri, tapi aku harus melarikan diri dari Donny lebih dulu. Aku berusaha menyentakkan lengan, tapi Donny tetap mencengkramnya dengan erat. Astro memukul pergelangan tangan Donny dengan punggung pistol. Donny memang melepas lenganku, tapi berusaha menembakku dengan tangannya yang lain.     

Zen menendang dada Donny dan Donny terjengkang beberapa langkah ke belakang. Donny berusaha maju, tapi Teana menendang tepat di belakang lututnya hingga Donny berlutut tepat di hadapanku. Zen mendekap dada Donny dalam sekali tarikan, merampas piatol dari tangan Donny dan mengancamnya dengan belati yang hampir menggores lehernya.     

"Sampai akhir tetep ga dapetin cewek yang kamu mau, tapi kamu tetep ngelindungin dia ya?" Donny bertanya dengan tawa di ujung kalimatnya.     

"Berisik!" desis Zen yang dengan geram menekan belati ke leher Donny. Ada bulir-bulir darah yang keluar dari sana.     

Donny melepas masker respirator yang menutup wajahnya menyodorkan masker itu padaku, "Anggap ini impas buat ganti nyawa bibi kamu. Gas ini gas air mata. Kalian harus cepet keluar."     

Di tengah ketidakmengertianku atas sikap Donny sesaat lalu, Teana menarik masker respirator dari tangan Donny dan memakaikan masker itu di wajahku. Donny memaksa memajukan tubuhnya ke arahku hingga wajahnya berada tepat di depan perutku, seolah tak peduli dengan goresan belati yang mengiris lehernya semakin dalam.     

"Anggep aku musuh kalian. Mereka ga boleh tau aku khianatin mereka." bisik Donny, tapi aku mendengarnya dengan jelas seakan hanya suaranya yang terdengar di telingaku.     

Beberapa suara tembakan terdengar di satu sudut tepat setelah Donny selesai bicara. Aku menoleh dan melihat satu pengawal Zenatta terkapar bersimbah darah.     

"Kita harus keluar, Faza." ujar Teana sambil mendorong tubuhku menjauh.     

Aku tak sanggup mencerna apapun yang terjadi setelahnya. Astro menarik tanganku dan mengajakku berlari ke arah pintu. Saat aku menoleh ke belakang, Zen sedang mengarahkan pistol rampasannya ke arah Donny dan terdengar suara tembakan menggema sesaat setelahnya.     

Aku tahu hatiku goyah. Zen tak mungkin membunuh Donny yang sudah membantuku, bukan? Dan bagaimana dia bisa menembak Donny? Zen tak mungkin pernah memegang pistol sebelumnya, bukan?     

"Jangan berhenti! Kita ... harus keluar!" Teana yang sedang terbatuk-batuk berusaha berteriak padaku dan menarik lenganku untuk ikut berlari bersamanya.     

Seorang anggota keamanan yang berjaga tepat di depan pintu mengarahkan pistol tepat ke belakang kami dan suara tembakan menggema disusul suara erangan laki-laki yang aku yakin sekali adalah Gerard.     

Jantungku berdetak kencang, napasku memburu. Aku tak sempat menoleh walau hanya satu kali karena Astro menarikku keluar dan berlari secepat yang kami mampu. Aku tahu betapa sakit napasnya saat memaksaku keluar dari aula karena gas air mata ini menyengat sekali.     

Astro dan Teana tersungkur tepat saat pintu di belakang kami tertutup. Mereka berusaha menghirup udara segar dengan rakus. Napas mereka memburu. Nata mereka merah bagai darah.     

Aku baru saja akan melepas masker respirator yang menutup wajah saat Astro memberi isyarat untuk jangan melakukannya. Tepat saat Jian datang menghampiri kami dari pintu yang lain.     

Dua orang anggota keamanan datang menghampiri kami dan mengguyur air dari botol ke wajah Astro, Jian dan Teana sebelum membantu mereka berdiri dan membawa kami berpindah ke mobil dengan cepat. Aku dan Astro dipaksa duduk di jok belakang, dengan Teana dan Jian di tengah.     

Kami semua masih terengah saat dua anggota keamanan memberi kami inhaler asma dan menutup pintu mobil. Aku baru saja melepas masker respirator dan membasuh wajah dengan tisu basah pemberian Teana saat dua anggota keamanan meminta kami melepas kebaya dan jas yang pasti terpapar gas air mata sebelum mengebut menjauhi area gedung.     

Kami melakukan yang diminta dan memasukkan semua kebaya dan jas ke sebuah koper dengan paksa. Kami memang memakai kaos dan celana dibalik kebaya dan jas yang kami kenakan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.     

Kami memakai inhaler asma untuk membantu meredakan napas yang terasa sesak dan sakit. Aku baru saja menyadari bahwa semua tamu sudah benar-benar menghilang dari area gedung saat kami pergi sesaat lalu.     

Aku menoleh untuk menatap Astro, lalu meraih wajahnya dengan kedua tanganku dan mengecup bibirnya sebelum memeluknya dengan erat. Aku tak akan menghiraukan tatapan Teana dan Jian padaku sekarang. Kami bisa saja kehilangan nyawa sesaat lalu.     

"I'm sorry, Honey." ujar Astro dengan napas masih terengah. Lengannya memelukku erat seakan tak akan melepasku selamanya.     

Aku menggeleng sebelum melepas pelukanku dan mengecup bibirnya. Dia terlihat lelah sekali. Matanya masih merah dan berair, tapi aku tak akan salah menilai dia benar-benar merasa bersalah.     

Ada angin yang membelai wajahku, membuatku menoleh ke depan. Jendela di samping dua anggota keamanan sengaja dibiarkan terbuka.     

Bagaimana dengan Opa dan Oma? Juga Nenek Agnes dan Kakek Rizal? Aku baru saja akan mengambil handphone dari saku saat Astro mengamit tanganku.     

"Mereka akan baik-baik aja. Kamu bisa telepon kalau kita udah sampai di rumah kakek."     

Aku menatapnya dalam diam. Aku sudah berkata aku akan percaya saja padanya, maka aku mengangguk. Astro meraih tengkukku dan mencumbu bibirku dengan lembut. Aku akan membiarkannya saja. Lagi pula, Teana dan Jian pasti akan mengerti.     

Jantungku masih berdetak kencang saat Astro melepas bibirku dan memelukku erat. Entah kenapa detakan jantungnya mengingatkanku pada suara-suara tembakan beberapa saat lalu.     

Hari ini akan selalu kuingat sepanjang hidupku. Saat resepsi pernikahanku bersimbah darah dan terisi suara tembakan. Aku tahu perasaan ini bukanlah rasa takut, tapi sebuah rasa kesal luar biasa yang mungkin akan meledak kapan saja.     

Bagaimana dengan Ayah dan Ibu? Kakek dan semua orang yang lainnya? Bagaimana dengan Zen? Dia tak seharusnya berada di sana.     

Lalu ada apa dengan perjanjian yang Zenatta sempat sebutkan pada Astro sebelum semua kejadian ini terjadi? Mereka tak mungkin memiliki perjanjian perjodohan, bukan?     

Astro mengecup dahiku lama sekali, "I'm sorry."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.