Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Perjanjian



Perjanjian

2"Anehnya, di tahun 1862, beberapa hari sebelum banjir, Pranoto pulang dan ngasih informasi pernah ketemu Tedjo di Belanda. Pranoto ngajak Indra merger bisnis, tapi ditolak karena Indra mau satu-satunya anaknya, Dirgha, jadi tentara. Dari generasi Dirgha, Indra selalu minta harus ada satu anak jadi tentara untuk bantu bela negara. Kakek adalah generasi ketujuh yang jadi tentara. Sebenarnya Kakek punya kakak namanya Wira, tapi dibunuh waktu pemberontakan tahun 1948."     

"Berarti tombak itu harus turun ke anak yang jadi tentara?" aku bertanya tiba-tiba karena hal itu memasuki pikiranku.     

Kakek menggeleng, "Kakek menerima tombak itu karena ga ada pilihan lain. Yang sebenarnya menerima tombak adalah yang bersedia mengelola uang modal usaha keluarga. Jaya pernah mewarisinya. Sekarang Astro yang jadi pewarisnya."     

Aku menatap Kakek tak percaya, lalu menoleh untuk menatap Astro yang masih memeluk pinggangku. Dia sedang memberiku senyum menggodanya yang biasa. Aku hampir saja berteriak dia bodoh sekali, tapi aku membatalkannya karena menyadari sesuatu. Aku kembali menatap Kakek, "Tombak itu harus turun di satu garis keturunan? Astro terima tombak sama uang modal keluarga karena Astro anak Ayah satu-satunya?"     

Kakek mengangguk dengan senyum tipis yang sangat mirip dengan senyum tipis Astro yang belakangan ini kusukai. Sepertinya aku harus mengakui Astro memang mirip dengannya.     

"Faza masih ga ngerti sama perjanjian perjodohan yang Kakek bilang tadi. Ini kan udah lebih dari seratus tahun."     

"Tedjo memang hilang, tapi anak pertamanya, Tono, pernah pulang sekali untuk melamar cucu perempuan Indra jadi menantu. Indra punya dua cucu dari Dirgha, namanya Eka dan Mahesa. Sayangnya Tono ga tau Eka nikah muda."     

"Mereka dapet informasi dari mana kalau ... mm ... Kakek Dirgha punya cucu perempuan?"     

"Ga ada yang tau Tono dapet informasi dari mana tentang itu."     

Hening di antara kami. Mereka pasti mendapatkan informasi entah dari mana, bukan?     

"Di generasi selanjutnya, Rudy, anaknya Tono, dateng buat ngelamar salah satu anak Eka; Raka atau Rama, untuk jadi suami Elli. Raka dan Rama anak kembar. Sayangnya mereka berdua nikah barengan beberapa minggu sebelum Rudy datang ngenalin Elli.     

Rama ga punya anak dari pernikahannya, tapi Raka punya anak namanya Rajendra. Awalnya Raka mau biarin Rajendra nikahin keturunan Tedjo, tapi sampai Rajendra berumur 22 tahun ga ada keturunan dari Elli yang datang melamar. Akhirnya Rajendra nikah sama perempuan pilihannya sendiri.     

Rajendra punya tiga anak; Wijaya, Prameswari dan Yudhistira. Satu hari tiba-tiba ada laki-laki datang ke rumah melamar Prameswari, ibunya Kakek. Laki-laki itu mabuk. Dia datang kayak orang gila teriak-teriak, tapi sebelum pergi karena diusir, dia pernah bilang 'persetan sama perjanjian kakek Tedjo', lalu ga ada lagi yang datang setelah itu."     

Aku berpikir lama sebelum bicara, "Kenapa mereka tiba-tiba dateng lagi sekarang? Kenapa harus Astro? Kakek kan punya cucu laki-laki lain. Ada Ray sama Axelle."     

Kakek Arya mengatupkan kedua tangan dan menopang dagu, "Kebiasaan orang bisa jadi petunjuk untuk orang lain, Faza tau?"     

Aku pernah mendengar kalimat itu dari Kyle saat dia memintaku mengganti gaya rambut, maka aku mengangguk.     

"Menurut informasi dari Dewanto, mereka punya mata-mata cabutan. Kayak yang belakangan ini mereka pakai mata-matai kalian. Mungkin selama ini mereka dapat informasi dari sana."     

Aku sama sekali tak mengerti. Mungkin aku benar-benar sedang lelah.     

"Kakek dapat informasi dari Dewanto, laki-laki mabuk yang datang melamar ibunya Kakek itu namanya Jack. Jack punya anak perempuan diluar nikah namanya Vanessa. Vanessa mengikuti gaya hidup bebas di Inggris hingga dia punya anak, tapi ga punya suami. Anak Vanessa itu, Neil.     

Neil pindah ke sini setelah punya anak perempuan, Zenatta. Ga ada yang tau mereka datang dari mana. Yang kakek tau mereka tiba-tiba punya bisnis bareng Abidzar Pranoto. Kakek pernah beberapa kali ketemu Neil dan dia memang selalu menganggap dirinya lebih baik dibanding orang lain. Kakek sama sekali ga nyangka ternyata dia punya hubungan darah dengan Tedjo."     

"Maksud Kakek, Tedjo nurunin paham kalau mereka adalah orang-orang yang istimewa ke anak-anaknya? Kayak yang nenek tua yang ngasih tombak itu bilang?" aku bertanya karena pemahaman ini tiba-tiba datang padaku.     

Kakek mengangguk, "Mungkin itu sebabnya Neil menganggap keturunannya dan keturunan kakek Indra adalah orang-orang istimewa."     

Astaga, ada banyak artian untuk mengartikan kata istimewa dan kakek buyut Zenatta memilih artian itu sebagai makna kalimat daei seorang nenek tak dikenal?     

"Dan setahu Kakek, Tedjo orang yang selalu menyimpan barang berharga. Khas priyayi. Mungkin Tedjo nurunin surat-surat dari Indra ke anak-anaknya."     

Aku hampir saja mendengkus kesal andai saja tak mengingat semua orang sedang berkumpul di ruangan ini. Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diri.     

"Kakek punya dugaan, mungkin Pranoto pernah cerita ke Tedjo tentang kesaktian tombak yang bikin bisnis keluarganya tiba-tiba maju waktu mereka ketemu di Belanda dulu. Karena sejak menyimpan tombak itu, Indra juga mengalami hal yang sama. Mungkin sebenarnya Pranoto curiga Indra menyimpan tombak itu sejak dulu. Kalau Tedjo punya mata-mata cabutan, bukan ga mungkin salah satu mata-matanya pernah liat tombak itu kan?"     

Seperti ada sesuatu mengalir di aliran darahku, terasa sejuk dan hangat. Sepertinya aku baru saja menemukan pemahaman baru, "Tapi tombak itu cuma benda. Kalau Kakek Indra ga punya kemampuan buat ngelola, bukannya akan sia-sia?"     

Kakek tersenyum lebar sekali dan menepuk bahu Astro, "Kamu ga salah pilih istri."     

Aku menatap Astro yang sedang tersenyum lebar yang sama persis seperti senyum kakeknya. Andai saja mereka tak berbeda generasi, aku pasti akan menganggap mereka berdua kembar.     

"Faza benar. Kita semua istimewa karena berusaha, tapi istimewa yang dipahami keluarga Zenatta jauh berbeda dengan pemahaman keluarga kita. Mereka pikir kita istimewa karena nenek itu menitipkan tombak ke kita. Istimewa karena benda, dengan istimewa karena kita sadar bahwa kita punya potensi yang bisa dikembangkan, beda artinya." ujar Kakek dengan sisa senyum di bibirnya.     

Entah bagaimana, tapi ada kelegaan di dalam hatiku. Sekarang aku menyadari, semua hal yang terjadi ini hanyalah salah paham yang berlangsung selama lebih dari seratus tahun.     

"Sekarang gimana?" aku bertanya.     

"Kakek udah mendapatkan bukti yang kita butuh untuk gugat mereka ke pengadilan. Gimana pun, walau dulu kakek buyut kita punya perjanjian, perjanjian itu ga bisa dijalankan. Itu cuma kumpulan janji orang tua tanpa ada payung hukum."     

"Harusnya mereka tau soal itu kan?"     

"Seharusnya iya. Kakek harus interogasi mereka lebih lanjut. Kakek lebih khawatir mereka tahu tentang tombak Baru Klinthing dan sebenarnya mengincar tombak itu. Mungkin kita akan ada urusan dengan Pranoto juga kalau mereka tau kita masih simpan tombak itu."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.