Laba-Laba
Laba-Laba
Aku menghela napas, lalu meneguk coklat yang mulai dingin di cangkir yang kupeluk sejak tadi. Bahkan coklat tak bisa meredakan suasana hatiku yang buruk saati ini.
"Masih nangis?" Astro bertanya sambil mengecup puncak kepalaku dari belakang, lalu berjalan memutari sofa dan duduk di sisiku.
Dia baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah, dengan dada telanjang dan celana boxer selutut. Kami sempat bercinta saat baru saja sampai. Aku tahu itu adalah usahanya untuk membuatku merasa lebih baik.
Aku meletakkan cangkir yang kupegang ke meja kecil di sebelah sofa, lalu mengamit handuk di bahunya. Membantunya mengusap rambut yang masih basah mungkin akan membantuku mengelola perasaanku. Terlebih, ada aroma green tea yang menguar dari rambut kami karena kami memakai sampo yang sama.
Astro mengusap bibirku dan mengecupnya, "Nanti biasa kok."
Aku tahu dia benar. Aku mungkin hanya harus membiasakan diri, tapi dadaku tetap terasa sesak sekarang.
Aku menghentikan usapan handuk di rambutnya dan menatapnya lekat. Aku baru saja akan memintanya membiarkanku pulang sendiri minggu depan, tapi membatalkannya. Opa tak akan menyukai ide tentang aku pulang tanpa Astro.
Astro menggeser tubuhnya lebih dekat padaku dan memelukku erat. Hangat tubuhnya membuat air mataku jatuh lagi.
Kenapa aku menjadi cengeng seperti ini?
"Aku usahain dua minggu lagi kita pulang." ujarnya sambil mengecup puncak kepalaku dan mengelus punggungku.
Aku mengangguk sambil mengelap air mata yang terus turun. Aku pasti terlihat menyedihkan sekali.
Astro melonggarkan pelukannya dan meraih wajahku, lalu membantuku mengusap sisa air mata di pipi dan mengecupnya. Aku tahu dia merasa bersalah, tapi juga tak mungkin membiarkanku pulang karena membutuhkanku di sini.
"Ada yang mau kamu makan? Kita delivery aja ya." ujarnya sambil mengecup bibirku.
"Terserah kamu aja."
"Mau sushi atau mau steak?"
"Sushi?"
Astro mengangguk dan meraih handphone miliknya di meja. Dia memesan sushi dari aplikasi pesan antar dan meletakkan handphone kembali ke meja. Kemudian melingkarkan kedua kakinya mengelilingi tubuhku dan memelukku kembali hingga membuatku merasa sedang dipeluk boneka beruang besar.
"Temen-temenku pasti heboh besok. Aku ga akan heran kalau ada yang minta ketemu sama kamu." ujarnya sambil mengelus rambutku.
"Aku ga mau ketemu siapa-siapa dulu."
"Berapa lama? Ga baik sendirian kelamaan. Nanti kamu tambah ngerasa sepi."
Aku hanya menggeleng. Aku memang belum ingin bertemu siapapun, entah sampai kapan. Kejadian kemarin membuatku berpikir mungkin akan lebih baik jika aku mengasingkan diri sebentar. Lagi pula, galeri Om Hanum masih dalam tahap renovasi. Aku masih memiliki banyak waktu untuk sendiri.
Aku sudah berencana untuk membiasakan diri dengan lingkungan ini pelan-pelan saja karena kuliahku baru akan dimulai semester depan. Aku ingin menikmati waktu dengan diriku sendiri lebih dulu.
Astro meraih wajahku dan memintaku menatapnya, "Ga boleh sedih lama-lama, kamu tau?"
Aku mengangguk, "Aku cuma butuh waktu sebentar."
Astro terdiam sebelum bicara, "Besok pulang kuliah aku beliin kamu easel sama perlengkapan lukis biar kamu ga kesepian nunggu aku pulang. Ada yang lain yang mau kamu titip?"
"Itu aja cukup."
"Coba kasih aku senyum."
Aku mencoba tersenyum singkat walau sepertinya terlihat aneh, "Kenapa ga coba kasih aku tebakan? Cheer me up."
"Tebakan ya?"
Aku mengangguk dan hening di antara kami. Aku tahu dia pasti sedang memikirkan sesuatu.
"Kamu tau kenapa laba-laba bikin jaring jadi rumahnya?" Astro bertanya sambil mengelus bibirku.
"Karena dia ga kuat angkat batu bata?"
Astro menggeleng, "Try it again."
"Sekalian bikin perangkap buat mangsanya?"
"Bukan. Coba lagi."
Aku menatapnya sebal, "Karena kamu nyebelin."
Astro mencubit pipiku, "Ga ngaca ya yang lagi nyebelin sekarang tuh kamu?"
"Aah, sakit!"
"Tebak lagi." ujarnya sambil mengelus pipiku yang sesaat lalu dicubit olehnya.
"Udah, ah. Ga seru." ujarku sambil menggeser tangannya dan mengelus pipiku sendiri.
"Coba jawab sekali lagi." ujarnya sambil mengecup dahiku.
Aku berpikir sebelum bicara, "Karena dia cuma punya kelenjar buat bikin jaring."
Hening di antara kami, hingga membuatku menghela napas panjang.
"Serius, ini ga asik." ujarku.
"Ga. Kamu bener. Dia cuma punya kelenjar buat bikin jaring. Sekarang coba kamu pikir, kalau kamu ga punya pilihan lain selain ikut aku, kamu mau pergi ke mana?"
Aku tahu dia benar. Aku hanya suka berlama-lama memanjakan diri dengan perasaan yang sebetulnya tak menyenangkan ini, "Kamu lagi nyindir aku ya?"
Astro mengelus rambut di ujung dahiku, "Aku ga nyindir kamu, Honey. Kamu ga bisa lama-lama sedih begini. Kamu buang-buang waktu dan kamu bikin aku khawatir."
Aku menatapnya dalam diam. Setiap kalimat yang dia ucapkan adalah benar. Aku tahu dia mengkhawatirkanku.
"You make me feel I'm not good enough (Kamu bikin aku ngerasa aku ga cukup baik). Kamu tanggung jawabku sekarang. Aku udah coba bikin kamu ga kepikiran sejak kita keluar dari rumah opa, tapi kamu kayak sengaja biarin perasaan sedih kamu nempel lebih lama."
Sial. Dia benar, tapi ini terasa menyebalkan.
"Aku tau kamu bisa ngendaliin perasaan kamu. Aku cuma ga mau maksa kalau kamu emang belum mau ngelepas perasaan itu." ujarnya sambil mengecup puncak kepalaku. Entah kenapa terasa seperti ada aliran air sejuk dari tempatnya mengecupku. Membuatku merasa lebih baik.
"I'm sorry."
Astro mengamit daguku dan menatapku lekat, "Aku ga minta kamu harus langsung kayak biasanya, tapi tolong jangan lama-lama. Kita punya banyak hal yang harus diobrolin dan ada lebih banyak hal yang harus kita kerjain. Aku suami kamu, Honey. Percaya sama aku."
Aku mengangguk, kali ini dengan kesungguhan hati. Sepertinya aku baru saja bersikap berlebihan. Aku masih bisa menelpon Oma atau memberi Oma panggilan video call kapanpun aku menginginkannya. Aku tahu ini akan terasa berbeda, tapi akan membantuku melepas rindu sebelum kami benar-benar pulang nantinya.
Aku meraih tengkuknya dan mengecup bibirnya, "Ga ada yang lebih ngerti aku dibanding kamu. Thank you."
Astro menyusupkan tangan untuk merayapi punggungku, "Boleh kan aku manjain kamu sebentar lagi?"
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-