Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Lingerie



Lingerie

2Astro memelukku dari belakang saat aku baru selesai memotong kimbap dan meletakkannya di piring. Dia mengecup tengkukku yang terbuka karena aku mengikat rambut menjadi cepol tinggi, hingga membuat bulu halusku tiba-tiba meremang.     

"Stop it. Kamu udah hampir telat, kamu tau?" ujarku sambil berusaha melepas pelukannya.     

Astro hanya mengusap perutku dan tak mengatakan apapun, hingga membuatku menoleh padanya dan menjauhkan wajahnya dari tengkukku. Dia tersenyum lebar sekali.     

Saat kami baru bangun pagi tadi aku sudah menolak permintaannya untuk bercinta, tapi dia memaksa. Sekarang dia baru selesai mandi dan sudah hampir terlambat berangkat, tapi masih saja menempel padaku.     

"Pakai baju sana."     

"Baik, Nyonya." ujarnya sambil melepasku dan berjalan ke arah lemari. "Jangan mandi dulu. Temenin aku sarapan."     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

Aku meletakkan kimbap dan semangkuk sup udang asam manis ke meja makan, lalu duduk sambil menatap Astro memakai celana. Coba lihat otot perutnya. Dia sexy sekali.     

"Jangan liatin aku begitu. Aku harus kuliah, kamu tau?" ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku memberinya tatapan sebal, "Cepet. Kamu udah hampir telat, kamu tau?"     

Astro menghampiri meja makan dan duduk sambil memakai kaos yang baru saja dia ambil dari lemari, lalu mengambil satu kimbap dan menyodorkannya padaku. Sepertinya aku harus menerimanya. Dia akan benar-benar terlambat jika kami berdebat.     

Kami makan dalam diam. Sarapan kami selesai tak lebih dari lima belas menit.     

Astro mengecup dahiku, "Thank you sarapannya, Honey."     

Aku hanya menggumam mengiyakan. Akan lebih baik jika dia cepat berangkat.     

Astro bangkit dan mengamit ransel dari meja kerja, lalu beranjak ke pintu. Aku menghampirinya untuk menyalami dan mencium tangannya.     

Astro mengamit pinggang dan memelukku, "Tunggu aku pulang ya. Kabarin aku kalau ada apa-apa. Ada Eboth di bawah kalau kamu butuh bantuan."     

Aku mengangguk, "Sana berangkat. Nanti kamu beneran telat."     

Astro mengecup bibirku, "Istirahat ya."     

Aku hanya menggumam mengiyakan. Aku tak ingin berdebat dengannya sekarang.     

Astro melepas pelukannya dan memakai sepatu sambil terus menatapku lekat, "Nanti aku beliin lingerie baru."     

Astaga ....     

Aku menatapnya tajam, "Kamu harus berangkat sekarang."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Aku berangkat ya. Jangan lupa telpon oma."     

Aku menggeleng perlahan melihat tingkahnya saat dia memasukkan kode sandi sebelum keluar. Aku baru saja akan berbalik karena pintu hampir saja tertutup saat dia tiba-tiba memelukku dari belakang dan mengecup puncak kepalaku.     

"Baik-baik di apartemen. Jangan bikin ulah kalau aku ga ada."     

Aku menghela napas sambil mengelus rambutnya, "Iya, Honey. Sana berangkat."     

Astro mengecup tengkukku sebelum melepasku dan benar-benar pergi. Aku hanya mampu memakluminya karena sudah dua hari dia bertingkah seperti ini.     

Aku membereskan piring bekas sarapan dan mencucinya sebelum beranjak mandi dengan air hangat. Guyuran shower membuatku merasa lebih baik.     

Dua hari ini aku sudah lebih baik dalam mengelola perasaan. Astro benar saat dia berkata aku tak boleh bersedih terlalu lama. Ada banyak hal yang harus kami lakukan.     

Aku mandi dengan cepat. Aku baru saja membuka lemariku, tapi entah kenapa mataku menatap lemari Astro. Aku menghampirinya dan mengambil satu kaos maroon miliknya. Semoga dia tak akan keberatan jika aku meminjam pakaiannya.     

Aku menaruh handuk di bahu untuk menahan tetesan air dan beranjak ke sofa. Kemarin sore aku melukis sosok Opa dan Oma setelah Astro pulang dan membawakanku perlengkapan melukis. Aku ingin menyelesaikannya pagi ini dan akan kupasang di dinding dekat meja kerjaku.     

Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat Zen yang bertanya tentang Denada. Aku mengambil handphone yang tergeletak di meja, memakai earphone dan mencari kontak Denada. Mungkin akan lebih baik jika aku akan memberinya panggilan video call saja.     

"Kamu pakai kaos Astro?" Denada bertanya saat baru saja mengangkat panggilan video call dariku. Sepertinya dia sedang mengendarai mobil.     

Aku tersenyum manis, "Kaos dia lebih enak dipakai. Kamu di jalan mau ke salon?"     

"Iya, aku baru jalan dari rumah. Are you okay? Aku ga liat kamu lagi abis ledakan di resepsi. Aku langsung diajak pulang sama opa. Opa bilang nanti kamu nyusul."     

"I'm okay. Sorry ya, baru sempet ngabarin. Abis ledakan itu aku langsung ikut Astro ke rumah kakeknya. Sekarang aku udah di Surabaya."     

Denada menatapku khawatir, "Kok bisa sih ada ledakan di resepsi? Bikin semua orang panik tau ga?"     

"I really have no idea, tapi masalah itu udah ditanganin Kakek kok. Katanya cuma ledakan gas bocor biasa."     

"Untung kamu ga pa-pa. Mayang panik banget. Dia hampir ga mau balik ke Bandung kalau opa ga nenangin."     

"Nanti aku video call Mayang. Aku ga enak udah bikin dia khawatir."     

"Iya, kamu harus video call dia nanti. Dia pasti mikir aneh-aneh."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku karena Mayang pasti khawatir sekali padaku, "Mm, kamu jadi ikut ngelukis di galeri?"     

"Aku ga yakin, sih, bisa atau ga, tapi aku sempet nanya Sendy. Dia minta dateng di pertemuan kamis nanti kalau aku ada waktu."     

"Kamu dateng kan?"     

"Liat nanti ya. Kamu juga di Surabaya sekarang. Aku ga kenal siapa-siapa di sana selain Sendy."     

"Ada Zen kok. Kamu inget temenku yang ikut ke studio?"     

"Oh iya, aku ngobrol sama dia di resepsi kamu sebentar. Orangnya asik ternyata. Tadinya aku pikir dia cuek gitu."     

"Kamu suka?"     

Denada menoleh padaku sebelum kembali fokus pada rute perjalanannya, "Jangan bilang kamu mau nyomblangin aku sama dia ya."     

Aku tersenyum, "Ga kok. Kamu lebih cocok sama Kyle kalau aku boleh jujur."     

"Uugh, aku punya Petra, Faza. Dia janji mau ngelamar kalau kuliahnya selesai"     

Tiba-tiba dadaku terasa tersengat. Entah bagaimana, tapi kalimatnya mengingatkanku pada ucapan Eboth tentang Denada yang berusaha ke hotel bersama Petra.     

"Gimana kalian kemarin di Aussie? Kamu belum sempet cerita sama aku." ujarku untuk mencoba menggali informasi.     

"Kita baik-baik aja. Aku emang sempet salah paham, tapi semuanya udah selesai." ujar Denada dengan senyum yang terlihat cantik sekali.     

Mungkin akan lebih baik jika aku mendukungnya kali ini. Bagaimana pun Denada sudah banyak membantu mempersiapkan kelancaran pernikahanku.     

"Aku seneng kalian baik-baik aja, tapi kamu harus cerita ke aku kalau ada apa-apa. Aku khawatir banget waktu kamu ga angkat telpon dariku."     

"Aku ga mau ganggu kamu sama Astro. Kalian kan baru nikah. Aku ngerti kok kalian butuh waktu berdua."     

Aku tahu Denada berbohong padaku, tapi aku akan berpura-pura tak tahu, "Thank you. Kamu udah banyak banget bantu aku. Aku ga tau Astro ngomong apa ke kamu waktu dia minta tolong, tapi makasih banget."     

Denada menatapku dan tersenyum, "Kamu sahabatku Faza. Aku akan bantu selama aku bisa. Jangan sungkan gitu, ah."     

"Nanti aku kabarin kalau pulang. Kita harus ketemu."     

"Okay. Aku tunggu kabar dari kamu ya. Oh iya, kamu udah buka wedding gift dariku?"     

"Belum, soalnya semuanya masih ada di rumah Kakek. Kemarin aku ke Surabaya naik pesawat. Nanti aku minta Pak Deri bawa sekalian nganter mobilku ke sini. Emang isinya apa?"     

Denada memberiku tatapan sebal, "Kenapa ga dibuka dulu, sih? Kan kamu punya waktu sebelum berangkat ke Surabaya."     

"Sorry, aku capek banget abis resepsi." ujarku dengan jujur. Aku bahkan tak tahu dengan bagaimana nasib semua hadiah pernikahanku.     

"Nanti kabarin aku kalau kamu udah buka kadonya. Itu spesial dan kamu harus pakai itu nanti."     

Sepertinya aku baru saja mendapatkan firasat buruk, "Bukan lingerie kan?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.