Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sebentar



Sebentar

1Aku melirik jam di sudut laptop, pukul 22.44. Kemudian menoleh ke sebelahku. Astro masih berkutat dengan pekerjaannya.     

Sejak kemarin aku memperhatikan caranya membagi waktu. Dia disiplin sekali. Bukan, hampir disiplin. Karena dia masih kesulitan untuk menahan hasrat padaku.     

Seperti kemarin saat waktunya beristirahat setelah bekerja, dia justru merayuku untuk menemaninya bercinta. Juga pagi saat kami baru saja bangun, dia lihai sekali menahanku hingga membuatnya hampir terlambat dua hari berturut-turut.     

Mungkin akan lebih baik jika aku tidur sekarang. Sebentar lagi dia pasti akan beranjak dari kursi kerjanya.     

Aku menyimpan semua informasi yang sudah kukumpulkan melalui situs peramban, lalu mematikan wifi dan laptop. Sepertinya aku harus berpamitan padanya lebih dulu atau dia mungkin akan bertingkah menyebalkan.     

Aku beranjak dari sofa dan menghampirinya, lalu memeluknya dari belakang dan mengecup puncak kepalanya yang menguarkan aroma green tea. Entah kenapa, aku lebih suka memeluknya saat dia duduk. Mungkin karena aku tak merasa terlalu pendek dengan posisi ini. Jika kami berdua berdiri bersisian, dia tinggi sekali.     

"Aku tidur duluan ya. Kamu jangan terlalu malem kerjanya. Kamu harus istirahat." ujarku sambil mengelus rambutnya.     

Aku sempat membaca percakapannya dengan Ray, sepertinya mereka sedang membicarakan masalah resort yang membutuhkan renovasi. Sebetulnya aku penasaran, tapi akan lebih baik jika aku bertanya padanya besok pagi. Aku baru saja akan melepas elusanku di rambutnya, tapi dia mengamit tanganku hingga aku duduk di pangkuannya.     

Astro mengecup bibirku dan kembali mengetik dengan cepat, "Tunggu aku sebentar. Sebelas menit."     

Aku baru saja akan memprotesnya, tapi tatapan matanya mengarah ke layar laptop. Aku tahu dia sedang fokus sekali saat ini. Aku mungkin akan mengganggunya jika mengajaknya berdebat sekarang. Aku baru saja akan meloloskan diri dari sela lengannya, tapi dia justru memelukku dan menatap tajam.     

"Tunggu aku sebentar."     

Sepertinya aku harus menurutinya atau suasana hatinya akan berubah menjadi buruk sekali. Akan berakibat buruk bagiku jika dia bertingkah dengan suasana hati buruk. Namun diam di pangkuannya membuatku merasa canggung, sedangkan aroma tubuhnya yang hangat membelai hidungku dan membuatku ingin memeluknya.     

"Aku tidur duluan ya. Kamu nyusul aja. Aku ngantuk."     

"Tunggu aku sebentar, Honey. Delapan menit." ujarnya tanpa menoleh padaku dan kembali mengetik.     

Aku berusaha diam dan menunggu, tapi delapan menit terasa lama sekali. Aku menatapinya yang sedang melanjutkan pekerjaan dengan serius, lalu mengelus wajahnya dan mengecup pipi yang terpampang tepat di hadapanku.     

Sial, kurasa aku tahu kenapa dia menahanku di sini.     

Aku melepas tangan dan kecupanku dengan kesal, tapi dia menatapku dan memberiku senyum menggodanya yang biasa.     

"Kenapa berhenti?"     

Aku menatapnya dengan sebal, "Karena kamu nyebelin."     

Astro mengalihkan tatapan ke layar laptopnya kembali. Walau senyum menggodanya masih terkembang di bibirnya.     

"Aku tidur duluan." ujarku sambil meloloskan diri melalui sela lengannya.     

Astro menatapku dalam diam dan membiarkanku meloloskan diri darinya. Namun senyum di bibirnya lenyap tanpa sisa.     

Aku akan mengabaikannya. Aku menghempaskan tubuh ke tempat tidur dan memakai selimut. Aku sengaja membelakanginya agar tak perlu melihatnya atau dia akan menatapku dengan tatapan dingin. Aku tidak menyukai tatapan dinginnya.     

Aku memejamkan mata dan berusaha untuk tidur sambil mengingat apa saja yang sudah kulakukan sepanjang hari. Sepertinya aku sudah melakukan semua tugas dengan baik. Aku sudah menyelesaikan lukisan Opa dan Oma, juga sudah memasangnya di dekat meja kerjaku. Aku tahu aku akan jarang sekali memakai meja itu karena lebih suka duduk di sofa, tapi lukisan itu memang terlihat cocok dipasang di sana.     

Aku sudah menelepon Oma dan Mayang setelah menelepon Denada untuk menepati janjiku. Denada menyebalkan sekali karena tak bersedia memberitahuku isi hadiah pernikahan darinya. Dia berkata aku harus melihatnya sendiri.     

Aku juga menelepon Kyle untuk mengetahui bagaimana nasib hadiah-hadiah pernikahanku. Dia berkata semuanya aman karena tidak terkena tembakan, walau sedikit kotor terkena asap dan sisa-sisa perkelahian. Namun Kyle meminta maaf karena lukisan dari Gerard sedikit rusak. Entah seberapa parah, tapi aku meminta Kyle untuk mengirimkan semuanya padaku. Kyle berkata akan mengantarnya bersama mobil dan semua benda seserahan pernikahanku.     

Sebetulnya aku tak terlalu peduli dengan semua benda itu. Aku hanya ingin menyimpan lukisan rumahku di Bogor, lukisan buatan Gerard, karena aku sudah lama tak melihatnya. Namun telepon Denada tadi membuatku menyadari bahwa hadiah-hadiah itu diberikan padaku dengan harapan aku akan memakainya, atau setidaknya mereka berharap aku membukanya.     

Tunggu sebentar, seharusnya ini sudah lebih dari lima belas menit. Kenapa Astro belum juga beristirahat?     

Aku membuka mata dan membalik tubuh untuk mencari keberadaannya. Dia masih berkutat di meja kerja. Aku melirik jam di dinding, pukul 23.08.     

Apa yang harus kulakukan sekarang? Jika aku memanggilnya dia pasti akan bertingkah menyebalkan, tapi jika dia terus melanjutkan pekerjaannya dia mungkin baru akan tidur setelah lewat tengah malam.     

Aku menatapi sosoknya yang begitu serius bekerja dalam diam. Aku tahu dia kesal padaku karena tak menuruti keinginannya. Dia benar-benar menyebalkan.     

Sepertinya aku harus membatalkan niat untuk tidur lebih dulu. Hatiku terasa tak tenang saat melihatnya sedang bertingkah seperti ini.     

Aku memaksa tubuh bangkit dan duduk diam di atas tempat tidur sambil menyandarkan punggung dengan bantal. Astro pasti menyadari aku menunggunya menyelesaikan pekerjaannya karena dia bisa melihatku dari sudut matanya. Namun dia tetap fokus pada layar laptop dan mengabaikanku. Kurasa aku akan menunggunya sebentar lagi.     

Aku meraih novel yang kubeli secara online dari meja kecil di samping tempat tidur dan membacanya. Aku tak akan mengganggunya selagi menunggunya bekerja.     

Novel yang kubaca ini adalah novel fantasi. Dengan banyak hewan mitos di dalamnya, tapi juga terselip kisah cinta. Aku baru selesai membaca dua bab saat melirik jam di dinding, pukul 23.41.     

Aah, aku terlalu larut dalam dunia khayal.     

Aku menoleh untuk menatap Astro dan dia masih berkutat di depan laptopnya, "Mau sampai kapan kamu ngambek begitu?"     

Astro menoleh padaku dan memberiku isyarat ke pangkuannya dengan tatapan matanya, "Sampai kamu duduk di sini lagi."     

"Seriously?"     

Astro menatapku lekat selama beberapa detik sebelum menoleh ke layar laptopnya kembali. Dia benar-benar mengabaikanku.     

Aku menghela napas sebelum menaruh novel ke meja dan bangkit menghampirinya. Aku mengamit lengannya untuk memberiku jalan dan kembali duduk di pangkuannya.     

"Udah?" aku bertanya saat dia hanya menatapku dalam diam.     

"Aku cuma minta kamu nunggu aku sebentar. Kenapa pergi?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.