Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kesepian



Kesepian

0Sore ini aku sedang menemani Astro bekerja di teras depan karena kolam kecil di halaman sudah terisi ikan koi. Jian yang membantuku membeli ikan koi tadi siang dan menaruhnya di kolam.     

Aku baru saja selesai mengecek semua laporan dari Putri, Pak Simon dan Pak Bruce. Entah bagaimana, tapi aku rindu sekali bekerja seperti saat ini. Mungkin ini adalah efek percakapanku dengan Astro tadi pagi setelah bercinta. Namun baru sekarang aku merasakan energi yang berbeda saat bekerja. Entah kenapa aku merasa semakin bersemangat.     

Aku sudah menghubungi orang-orang yang datanya Kyle berikan pada Astro. Aku meminta mereka datang dua hari lagi. Astro dan Lyra akan membantuku memilih partner kerjaku yang baru.     

Aku juga sudah memberi tahu Putri untuk mempersiapkan diri pindah ke Surabaya. Dia bisa langsung pindah dan bekerja bersamaku di sini jika aku sudah menemukan perajin untuk perhiasan mutiara, karena aku sudah menemukan tempat kost yang cocok untuknya.     

Aku mengambil handphone di atas meja dan mengecup pipi Astro, "Aku mau telpon Zen."     

Astro menoleh padaku dan mengecup bibirku, "Aktifin speaker-nya."     

Aku tahu dia pasti akan merasa cemburu pada Zen, tapi aku pasti akan mengganggunya bekerja jika dia ikut mengikuti pembicaraanku dengan Zen. Dia menatapku lekat. Sepertinya aku memang tak memiliki pilihan lain, maka aku mengangguk. Aku memberi Zen panggilan telepon yang segera dia terima.     

"Tumben nelpon? Biasanya chat."     

Aku menoleh untuk menatap Astro dan memperbaiki posisi duduk menghadap ke arahnya. Mungkin akan lebih baik jika aku menatapnya selama berbincang dengan Zen. Kuharap dia tak akan terlalu cemburu, "Kamu sibuk sekarang?"     

"Ga kok. Aku lagi di kafe."     

"Sama anak-anak?"     

"Aku sendiri. Kalau kamu mau ngobrol sama mereka besok sore telpon aku lagi."     

"Ga perlu. Aku mau ngobrol sama kamu sebentar."     

"Astro di sebelah kamu kan?"     

Bagaimana dia bisa tahu?     

Aku menggumam mengiyakan, "Mau ngobrol sama Astro?"     

"Kapan kamu pulang? Aku ga sabar mau sparing."     

Astro terlihat berpikir sebeum bicara, "Minggu ini aku pulang, tapi sorry, aku ga punya waktu buat sparing minggu ini karena ada janji sama orang lain."     

"Ga sopan banget kamu. Kamu yang nyanggupin sparing sama aku duluan, kenapa janji yang kamu bikin belakangan yang kamu duluin?" Zen bertanya. Dia masih tetap sama, selalu memaksudkan setiap kata dalam kalimatnya.     

"Janji itu urgent karena bikin aku rela ngelepas istriku kerja bareng kamu satu setengah tahun buat Donny." ujar Astro sambil terus menatapku lekat.     

Aku mengamit tengkuknya dan mengecup bibirnya agar dia tak terlalu terbawa suasana. Aku tahu dia sedang merasa kesal sekarang.     

Astro tersenyum tipis, "I love you, Honey."     

Aku tahu dia sengaja mengatakannya. Aku harus membalasnya atau dia akan mulai bertingkah menyebalkan. Aku berusaha tersenyum manis, "I love you too, Honey."     

Zen mendengkus kesal, "Kalian bikin perjanjian apa sama Donny?"     

"Bukan urusan kamu." ujar Astro sambil memberiku senyum menggodanya yang biasa.     

Aku akan menghentikannya sekarang atau dia akan semakin bertingkah menyebalkan, "Sorry, Zen. Perjanjiannya rahasia, tapi kita emang bakal kerja bareng satu setengah tahun ke depan. Aku bantu kamu jadi desainer produk mebel punya Donny. Mm, kamu tau kan? Ini rahasia."     

Zen terdiam sebelum bicara, "Okay."     

"Thank you, Zen."     

"Ga perlu. Aku seneng bisa kerja bareng kamu."     

Rahang Astro mengeras, tapi aku mengelusnya dan tersenyum manis. Dia benar-benar harus belajar mengendalikan kecemburuannya pada siapapun.     

"Gimana keadaan kamu? Mama pasti khawatir kan?" aku bertanya sambil terus mengelus pipi Astro untung meredakan rasa cemburunya.     

"Mama marah waktu aku pulang. Dikira aku berantem lagi, tapi sekarang udah mendingan. Kemarin aku main catur sama opa. Kamu tau kan?"     

"Aku tau. Thank you udah nemenin Opa. Opa pasti seneng kamu main ke rumah."     

"Opa kesepian karena kamu ga ada."     

Entah bagaimana, tapi kalimatnya meninggalkan sensasi berdenyut di dadaku. Aku tahu Opa dan Oma pasti merindukanku. Sama seperti aku merindukan mereka, "Minggu ini aku pulang kok. Kamu bisa libur main catur sama Opa dulu."     

"Okay. Itu aja yang mau kamu obrolin?"     

"Kamis kemarin kamu ke galeri?" aku bertanya karena tiba-tiba mengingat Denada.     

"Ga, aku masih istirahat. Kamu ga mungkin ke galeri kan? Bukannya kamu bilang mau berangkat ke Surabaya abis jenguk aku di rumah sakit?"     

"Aku emang udah di Surabaya. Kamu inget Denada?"     

Zen terdiam sebelum bicara, "Dia nanyain aku?"     

"Ga sih. Aku pikir kamu yang nyari dia makanya aku kasih tau. Mungkin minggu depan dia dateng. Kemarin dia bilang kalian sempet ngobrol di resepsiku. Dia bilang kamu asik."     

"Kalau gitu kamis nanti aku dateng kalau ga sibuk."     

"Okay."     

Aku tahu Zen sedang berusaha mendekati Denada. Entah apakah karena dia sedang berusaha melupakanku atau dia memang benar-benar menyukai Denada. Walau harus kuakui, aku merasa Kyle lebih cocok dengan Denada. Namun aku akan membiarkan Zen dan Denada lebih dekat. Mungkin Denada akan mulai berpikir ada laki-laki yang lebih baik dibandingkan Petra.     

Aku bisa melihat raut wajah Astro terlihat lebih tenang. Sepertinya dia tahu apa yang baru saja terjadi, maka aku tersenyum padanya, "Aku cuma mau ngobrolin itu aja kok. Sorry ganggu."     

"Ga masalah. Makasih udah ngabarin. Aku jaga rahasia kamu. Kamu juga jaga rahasiaku. Ga ada yang boleh tau aku kerja buat Donny."     

"Okay. Thank you, Zen."     

"Ga perlu sungkan gitu. Aku matiin telponnya ya."     

"Salam buat mama ya."     

"Okay."     

Zen memutus sambungan telepon kami sesaat setelahnya, membuat Astro mengamit tengkukku dan kami mulai bercumbu. Lama sekali. Astro baru melepasku saat napas kami terasa lebih berat dan hangat.     

"Kamu harus kendaliin cemburu kamu, kamu tau?"     

"Coba aja ngomong begitu kalau kamu lagi cemburu." ujarnya sambil memberiku tatapan sebal.     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku pernah berharap agar tak perlu cemburu pada siapapun karena tak ingin bersikap bodoh seperti Angel. Namun sepertinya aku baru saja menyadari, mencintainya lah yang membuatku merasa bodoh lebih dulu sebelum sempat cemburu pada siapapun.     

"Aku jatuh cinta sama kamu, Tuan Astro yang cemburuan." ujarku sebelum Astro sempat mengajakku bercumbu lagi.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.