Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Ganti



Ganti

2Aku sedang memperhatikan Astro memasang semua peralatan home theater yang Jian antar beberapa saat lalu sambil mencari informasi tentang perajin mutiara, emas dan perak dari laptop. Sebetulnya Jian ingin membantu kami memasang semuanya, tapi Astro menolak.     

Aku baru tau setelah Jian pergi, ternyata Astro tak ingin ada orang lain yang memasuki kamar kami kecuali kami dan Kyle. Yang juga membuatku menyadari mungkin semua barang di kamar ini dia dan Kyle yang memindahkannya, atau bahkan pintu rahasia yang hampir tak terlihat yang mengarah ke rumah maharku juga mereka kerjakan berdua.     

Astro sedang mencoba menyalakan sebuah film untuk mengetes apakah perlengkapan yang dia pasang bisa melakukan fungsinya dengan baik. Sepertinya dia berhasil.     

"Bagus." ujarku sambil tersenyum manis.     

Astro menoleh untuk menatapku, "Mau nonton apa sekarang?"     

Aku menggeleng, "Ga sekarang, ini udah malem. Besok kamu kuliah."     

Astro melepas kaos sambil naik ke tempat tidur dan melemparnya sembarangan. Kemudian memelukku dari belakang dan mengecup tengkukku, "Kita bisa satu atau dua kali."     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

Aku melirik jam di sudut layar laptop, pukul 22.08. Sepertinya dia benar. Kami bisa melakukannya satu atau dua kali, tapi aku sedang tak ingin melakukannya. Aku menggeser tubuh dan menatapnya, "Sebenernya aku mau diskusi."     

Astro mengecup bibirku, "Diskusi apa?"     

"Kamu tau, aku baru belajar bisnis perhiasan. Aku sempet cari info perajin mutiara, tapi aku ga mungkin pakai cara yang sama kayak waktu nyari asisten craft." ujarku yang terdiam sesaat sebelum melanjutkan. Kuharap dia setuju. "Di Lombok pasti ada banyak perajin. Aku mau cari di sana. Jadi nanti waktu kamu ngawasin pembiakan, aku mau keliling cari perajin mutiara. Gimana?"     

"Aku bisa minta pak Basri cari perajin buat kamu. Nanti kalau kita ke Lombok kamu tinggal liat gimana mereka kerja, jadi ga perlu keliling nyari perajin."     

"Tapi apa mereka mau pindah ke sini? Maksudku ... mereka pasti punya keluarga di sana."     

"Nanti kita liat. Yang penting kita cari perajin dulu. Kalau mereka ga mau pindah, kamu bisa cari perajin lain."     

Aku mengangguk. Sebetulnya aku berpikir untuk membiarkan mereka bekerja di Lombok saja, tapi siapa yang akan mengawasi? Aku memiliki banyak pekerjaan di sini dan harus mempersiapkan diri untuk kuliah semester depan. Bagaimana pula dengan rumah maharku? Apa yang akan kulakukan pada rumah itu?     

Mungkin akan lebih baik jika aku melihat progresnya lebih dulu. Memutuskan itu semua terlalu dini akan berakhir buruk karena aku masih baru di bidang ini.     

"Nanti aku minta Kyle cari data juga." ujar Astro.     

Aku menatapnya tak mengerti, "Gimana?"     

"Kamu ga heran kenapa opa bisa dapet orang-orang kepercayaan buat ngisi tempat strategis jadi karyawannya?"     

Aah, aku baru mengerti sekarang. Aku sudah memiliki pertanyaan itu sejak lama dan baru mendapatkan jawaban. Kyle bisa mendapatkan data semua orang yang Opa inginkan. Yang Opa lakukan hanyalah memilah dan memilih.     

Aku mengangguk. Aku pasti sedang terlihat antusias sekali karena ada energi yang tiba-tiba muncul entah dari mana, memenuhi dadaku. Terasa hangat.     

"Kamu jadi renov resort kan?" aku bertanya karena baru mengingat hal ini.     

Astro mengangguk dan melingkarkan kedua kakinya di sekelilingku, lalu mengecup dahiku.     

"Ga minta pendapatku?"     

Astro tersenyum lebar sekali, sepertinya dia mengerti maksud pertanyaanku padanya. Dua tahun lalu saat Zenatta bertemu denganku adalah saat aku selesai membantunya memilih desain baru untuk resortnya.     

"Kali ini aku mau pakai arsitek profesional biar kamu fokus sama aku." ujarnya sambil meraih wajahku dan mencumbu bibirku dengan lembut. Laki-laki ini benar-benar tahu kapan aku sedang lengah.     

Aku menjauhkan wajah darinya untuk mengambil napas, "Kamu tau kenapa Zenatta waktu itu di resort?"     

"Dia bilang mau ketemu temen di sana."     

"Kamu temennya, kamu tau?"     

Kami saling menatap dalam diam dan menilai isi kepala masing-masing dalam-dalam. Kurasa kami memiliki pikiran yang sama karena Astro sempat berkata padaku Zenatta hampir saja menebak resort itu adalah miliknya. Sepertinya kami berdua tahu Zenatta tidak sedang menebak.     

Astro bangkit dan meraih handphone yang dia letakkan di dekat home theater, lalu kembali duduk di sebelahku. Aku tahu dia akan menelepon siapa.     

Aku memberi isyarat padanya untuk membatalkan niatnya. Akulah yang akan meneleponnya menggunakan handphone milikku.     

"Tumben nelpon. Ada apa?" suara Donny keluar melalui speaker.     

"Hai, Don. Sorry kalau ganggu. Aku cuma mau tau gimana keadaan kamu."     

"Aku okay. Kamu selalu begini ya?"     

"Maksudnya?"     

"Waktu karyawanku ditabrak Zen juga kamu khawatir sama dia begini"     

Aku tahu maksudnya. Saat itu aku bertanya karena isi kepalaku sedang kacau. Aku tak berniat untuk terlihat mengkhawatirkan karyawannya atau semacamnya. Tunggu ... sepertinya sekarang aku mengerti dengan maksud ucapan Astro saat kami berada di mansion. Namun aku akan bertanya nanti saja.     

"Aku udah terima surat panggilan pengadilan. Aku dateng, tapi ga bisa belain kamu. Mereka ga boleh tau aku bantu kamu kabur." ujarnya tiba-tiba.     

"It's okay. Aku bukan mau bahas itu."     

Hening di antara kami. Mungkin Donny sedang menunggu melanjutkan kalimatku.     

"Kenapa kamu bantu Zenatta?" aku bertanya.     

Donny mendengkus kesal, "Karena aku udah bilang sama Astro, om Neil pasti dateng. Dia ga percaya sama aku. Cuma itu satu-satunya cara aku bisa bantu kamu kabur."     

Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Rahangnya mengeras. Kurasa dia baru saja merasa cemburu pada Donny, tapi aku akan mengabaikannya.     

"Kenapa kamu bantu aku?" aku bertanya tanpa melepas tatapan dari Astro.     

"Aku mau ganti nyawa anak opa yang meninggal. Aku kan udah bilang."     

"Aku ga percaya kalau alasan kamu cuma itu."     

Lalu hening selama beberapa lama.     

"Ada Astro di sana?" Donny bertanya.     

"Menurut kamu, aku akan telpon kamu dan nanyain keadaan kamu kalau ada Astro?"     

"Kamu ga boleh begitu di belakang suami. Harusnya kamu tau."     

Aku meneliti ekspresi Astro yang terlihat tegang. Sepertinya Donny mengira aku meneleponnya tanpa sepengetahuan Astro, maka aku akan mengikuti arus pembicaraan ini lebih dulu, "Aku cuma mau nanya kabar kamu. Aku ga mau bikin Astro cemburu, jadi dia ga perlu tau. Kamu kan tau Astro."     

Donny terdiam sebelum bicara, "Karena kamu tulus. Aku sempet mikir aku suka sama kamu, tapi aku ga mungkin nembak kamu kan?"     

Astro bangkit dan berjalan keluar. Terdengar suara samsak dipukul dengan keras sesaat setelahnya.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.