Nonton
Nonton
Aku sudah mengabari Denada bahwa aku sudah membuka hadiah pernikahan darinya, juga mengucapkan terima kasih. Astro memaksaku untuk memberitahu Denada bahwa dia menyukai hadiahnya. Yang adalah benar. Karena Astro memintaku memakainya dan kami bercinta hingga tenaga kami tak tersisa.
Astro selalu meminta pendapat dariku tentang semua hal. Sepertinya dia tak ingin aku marah lagi jika dia bertindak tidak sesuai dengan keinginanku, tapi terkadang itu terasa menyebalkan.
Dia sudah melepas sistem penyadap di handphone-ku dan melepas satu kamera di dalam mobilku walau sebetulnya tak perlu. Aku hampir saja berkata aku akan membiarkannya saja, tapi membatalkannya. Aku akan menganggapnya menghargai privasiku.
Aku sudah membereskan semua barang seserahan dan hadiah pernikahan. Aku menyimpan semua yang mungkin tak akan terpakai di gudang dan menaeuh barang-barang yang mungkin kupakai di tempat yang seharusnya.
Kyle membantuku memesan samsak dan berbagai alat olahraga, juga memasang lapisan kedap suara untuk diletakkan di satu kamar kosong yang ada. Kami juga memintanya untuk mencari orang yang bisa dipercaya untuk mengerjakan taman di atap sesuai rencana.
Sekarang kami baru saja sampai di sebuah pusat perbelanjaan untuk menggunakan tiket bioskop pemberian Denada, dengan menggunakan jaket couple pemberian Gon, juga topi couple yang kami beli dua tahun lalu.
Aku sempat meminta Astro memakai scarf untuk menutupi wajah, tapi Astro berkata kami tak perlu melakukannya. Astro berkata tak begitu banyak orang yang peduli padanya setelah kasusnya selesai. Walau mereka mengenalinya sebagai Astro, tapi mereka tidak mengganggu.
Berita tentang pernikahan kami juga sudah menyebar. Astro berpendapat tak akan ada yang mengganggu sepasang suami istri sah yang sedang berjalan-jalan di tempat umum. Terlebih ada Lyra, Jian dan Kyle yang menjaga kami dari jarak yang cukup.
"Mau yang asin atau manis?" Astro bertanya saat kami sampai di depan konter pembelian popcorn.
Aku tersenyum saat menyadari sepertinya pegawai konter mengenali kami, "Bisa mix asin manis kan, Mbak?"
"Bisa, Kak Faza. Mau yang medium atau large?" ujarnya sambil membalas senyumku.
Aku menoleh pada Astro untuk meminta pendapat, "Large?"
Astro mengangguk dan mengecup dahiku. Aku memberinya tatapan tajam untuk memperingatinya bahwa ini adalah area umum, tapi dia justru memberiku senyum menggodanya yang biasa. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
"Large ya, Kak?" pegawai konter itu bertanya.
Aku mengangguk dan menunggunya bekerja menyelesaikan pesanan. Astro mengamit pinggangku dan memelukku erat. Aku tahu ini adalah hal yang normal dilakukan pasangan. Terlebih karena kami sudah menikah. Namun entah kenapa aku merasa malu, walau aku tak mungkin menolaknya.
Pegawai konter menyerahkan sekantong besar popcorn dan dua minuman pada Astro. Astro membayarnya dan mengajakku langsung masuk ke ruang bioskop yang masih sepi. Kami memilih duduk di tengah deret paling atas karena berencana keluar paling akhir setelah semua orang keluar.
"Kapan terakhir kita nonton?" aku bertanya saat Astro membuka kantong popcorn.
Astro menyodorkan sebuah popcorn manis padaku, "Sebelum kamu masuk sekolah di Amreta Tisna?"
Aku menerima popcorn darinya dan mengangguk. Dia benar. Rasanya ada begitu banyak hal yang terjadi hingga aku lupa kapan terakhir kali menonton di bioskop bersamanya.
Astro melingkarkan lengan di punggungku dan berusaha memelukku, "Mau coba bioskop yang ada kasurnya lain kali? Meluk kamu gini jadi kehalang gagang kursi."
Aku menatapnya tak percaya, "Kamu mau nonton atau tidur?"
"Biar bisa meluk kamu lebih deket, Honey." ujarnya yang hampir saja mengecup bibirku, tapi aku menjauhkan wajah darinya. Ada beberapa orang yang baru datang dan duduk di deret kursi di depan kami. Untunglah sepertinya mereka terlalu sibuk dengan diri mereka masing-masing.
"Kalau mau sambil tiduran, nonton di rumah aja. Kita bisa pasang home theater di kamar." bisikku.
Astro mengangguk, "Boleh juga."
Aku mengambil sebuah popcorn asin dan menyodorkannya di depan mulutnya. Astro menerimanya, tapi sengaja menggigit jariku hingga aku memberinya tatapan tajam dan mencubit pipinya. Bisa-bisanya dia bertingkah di tempat umum seperti ini.
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Mau belanja abis nonton?"
"Aku ga pengen beli apa-apa. Ada yang mau kamu beli?"
"Aku mau mampir ke toko buku. Ada buku yang aku cari. Temenin aku sebentar ya?"
Aku mengangguk. Mungkin aku akan mencari novel atau buku tutorial desain craft saat menemaninya nanti.
Satu-persatu kursi penonton terisi, lampu di dalam bioskop dimatikan dan film mulai diputar. Aku sempat memperhatikan ada beberapa orang yang sepertinya ragu-ragu saat melihat ke arah kami. Mungkin mereka mengenali kami dari berita yang beredar.
Film yang kami tonton saat ini adalah film fantasi yang menceritakan kehidupan di dunia yang berbeda dengan dunia ini. Unsur aksi yang kental dipadu dengan plot cerita tentang perjuangan seorang robot perempuan yang mencari jati diri. Menarik sekali.
Astro beberapa kali mencuri ciuman dariku saat aku lengah, tapi segera memasukkan sebuah popcorn saat aku akan protes padanya.
Aku mencubit pipinya dengan gemas karena dia begitu bertingkah hari ini, "Nonton yang serius, Astro. Ini lagi seru, kamu tau?"
Astro menghela napas, "Besok aku pasang home theater aja. Ga seru nonton di bioskop begini."
Aku menoleh dan memberinya tatapan tajam. Entah apakah dia menyadarinya di ruangan yang gelap, tapi dia memberiku senyum menggodanya yang biasa. Membuat tanganku gatal untuk mencubit pipinya lagi.
Astro menarik pinggangku mendekat padanya dan mengecup dahiku. Sepertinya aku akan membiarkannya saja. Kuharap dia akan menonton dengan lebih tenang sampai film ini selesai diputar. Lagi pula, di sini dingin sekali. Hangat tubuhnya membuatku merasa lebih nyaman.
Film selesai dengan adegan yang di luar dugaanku. Sepertinya film ini akan dibuat sekuelnya karena akhir filmnya sangat menggantung. Kami menunggu semua orang menuruni tangga dan keluar dari ruangan sebelum beranjak dari duduk dengan membawa sisa makanan dan minuman.
Aku baru saja akan mengajak Astro ke area toilet saat mendengar seseorang memanggil namanya. Saat aku menoleh, ada dua laki-laki dan dua perempuan yang tadi kusadari sedang ragu-ragu menatapi kami dari jauh.
Astro menoleh padaku, "Mereka temen-temenku. Kenalan dulu ya?"
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-