Sadap
Sadap
"Mau nunggu sampai coklatnya dingin? Kalau mau yang dingin kamu bisa taruh di kulkas dulu atau kasih es batu." ujarku sambil menatapnya lekat.
Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Erm, aku ... mau minta maaf."
"Kenapa?"
"Kamu inget sebelum aku berangkat ke sini aku pinjem hape kamu buat transfer foto?"
Aku mengangguk, "Kenapa?"
"Aku ... erm, hack hape kamu, jadi aku bisa baca semua chat kam ..."
Aku bangkit dan berjalan cepat meninggalkannya. Terserah apa yang akan dia katakan. Aku tak ingin mendengarnya.
Menyadap handphone-ku dia bilang? Yang benar saja?
"Honey."
Aku tahu Astro sedang mengikutiku. Aku tidak peduli.
Terasa seperti ada gemuruh di dalam dadaku. Aku tak tahu ke mana aku akan pergi. Mungkin aku akan mengurung diri di kamar saja.
Aku mempercepat langkah menaiki tangga, lalu masuk ke kamar dan menutupnya dengan cepat sebelum Astro berhasil menyusul. Namun dia menahan pintu kamar dengan tangan dan kakinya. Aku tahu tenaganya tak bisa diremehkan, hingga aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk bisa menutup pintu dan menguncinya.
"Honey, dengerin dulu." Astro memohon dari balik pintu.
Aku tak peduli. Rasanya kesal sekali, sesak dan menyebalkan. Dia selalu menyimpan banyak rahasia dariku, tapi dia memata-mataiku menggunakan handphone-ku sendiri selama ini.
Aku menghempaskan tubuh ke tempat tidur dengan keras dan menutup kepala dengan bantal agar tak perlu mendengarnya bicara. Namun dia terus memanggilku dan meminta maaf. Aku mendengkus kesal dari balik bantal yang melindungi kepalaku. Air mata mulai mengalir deras.
Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?
Aku memang beberapa kali berusaha menyembunyikan sesuatu darinya, tapi dia tak perlu melakukan hal semacam menyadap handphone-ku, bukan? Dia pasti membaca semua pesanku, juga mendengar semua pembicaraan teleponku. Aku bahkan yakin dia memasang kamera di mobilku.
Begitu tak percayakah dia padaku? Entah bagaimana, tapi aku baru saja merasa dikhianati.
Aku menyingkirkan bantal yang menutup kepala saat napasku terasa semakin sesak. Aku bisa mendengar Astro mengetuk pintu berkali-kali. Aku akan mengabaikannya.
Aku memaksa tubuhku bangkit dan mengambil kunci rumah mahar, lalu melewati pintu rahasia dan keluar dari lemari di kamar rumah maharku. Aku keluar dari kamar dan suara Astro tak lagi terdengar.
Rumah ini sepi sekali. Dan kosong.
Aku berusaha menahan semua kekesalan di dalam dadaku agar tak perlu keluar. Aku mungkin akan menyakiti perasaan seseorang saat membuka suara. Sepertinya aku harus menahan diri untuk tetap diam hingga semua perasaan kesal ini reda.
Aku baru saja memutar gagang pintu depan saat mengingat ucapan Ibu untuk menahan diri dan berusaha menahan amarah. Aku sedang marah sekarang, lalu apa yang harus kulakukan?
Ibu berkata aku harus diam sampai merasa tenang. Bagaimana aku bisa tenang dengan berbagai perasaan berkecamuk seperti ini?
Aah, ini benar-benar menyebalkan.
Aku membatalkan niat untuk keluar dan terduduk di lantai dengan menyandarkan punggung ke pintu. Aku tahu aku harus mengelola perasaan, tapi rasa kesal ini terasa sangat mengganggu.
Aku menaikkan kedua lutut dan memeluknya, lalu menyembunyikan wajah di antara keduanya. Air mata yang merembes kubiarkan mengalir begitu saja. Aku tak akan repot-repot mengelapnya.
Rumah ini sepi dan gelap, dengan cahaya remang-remang matahari dari sela jendela. Aku tahu senja hampir tiba, tapi dengan perasaanku yang seperti ini, aku tak akan mungkin menikmatinya.
Aku menghela napas keras dan memaksa tubuhku bangkit dengan air mata masih terus mengalir. Aku mencabut kunci sebelum kembali naik ke lantai dua.
Aku baru saja akan kembali ke kamar yang menghubungkan rumah maharku dengan rumah rahasia, tapi membatalkannya. Aku mengalihkan langkah ke atap. Aku akan menenangkan diriku di sana.
Aku menghempaskan tubuh di kursi panjang di bawah kanopi transparan dan menatap langit berwarna jingga yang mulai kehilangan cahaya. Dadaku masih terasa sesak, tapi menghirup udara yang lebih segar sepertinya sedikit memperbaiki perasaan.
Aku harus mengakui di sini memang terasa sejuk. Ada kumpulan awan mendung yang berarak melewati pandanganku, juga kumpulan burung terbang yang membentuk satu busur yang segera berubah bentuk karena kawanannya terbang ke arah yang berbeda.
Aroma bunga menguar lembut, dengan suara kendaraan yang lalu lalang menghampiri telingaku. Sepertinya aku tahu kenapa Astro tak ingin tinggal di rumah ini. Rumah rahasia di belakang rumah mahar ini memang terasa lebih hening.
Entah bagaimana tiba-tiba aku mengingat ucapan Opa berbulan-bulan lalu. Opa berkata mungkin saja kami akan menganggap pendapat kami sama-sama benar. Opa bahkan berkata di dunia ini tak ada manusia yang sempurna. Opa memintaku untuk bersabar dan menahan diri saat waktu itu tiba.
Kenapa aku mengingatnya sekarang? Tak bisakah aku memilih untuk sedikit egois?
Aku menghela napas keras. Entah kenapa baru sekarang aku merasa terlalu terburu-buru menikah. Astro bahkan sudah memperingatkanku untuk kembali berpikir karena aku akan terjebak seumur hidup dengannya.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Aku pernah berkata pada Kakek, aku memilih Astro karena aku merasa kami akan selalu baik-baik saja. Bagaimana kami akan baik-baik saja di situasi seperti ini? Ini bahkan lebih buruk dibandingkan saat resepsi. Saat itu kami saling mempercayai, tapi sekarang aku merasa sedang dikhianati.
Bagaimana caranya kami akan baik-baik saja setelah ini?
Aku menatap langit dengan nanar. Langit mulai terlihat lebih gelap sekarang. Haruskah aku tidur di sini malam ini? Aku masih belum sanggup berhadapan dengan Astro saat suasana hatiku begitu buruk. Aku mungkin akan menyakiti hatinya saat mulai bicara.
Apa peduliku? Dia bahkan tak peduli pada perasaanku yang merasa dikhianati. Berani-beraninya dia menyadap handphone-ku.
Uugh, aku hampir saja mengutuk diriku sendiri.
Kenapa aku begitu bodoh? Mungkin benar cinta bisa membuat orang tak berpikir dengan baik? Namun selama ini aku merasa baik-baik saja. Kenapa baru sekarang aku merasa konyol sekali?
Aku memaksa tubuhku bangkit. Kembali menuruni tangga menuju kamar dan memasuki lemari menuju rumah rahasia. Aku menghela napas panjang sebelum membuka pintu untuk menemui Astro. Entah apa yang akan terjadi. Aku hanya ingin mendengarnya menjelaskan semuanya.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-