Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bayi



Bayi

2Aku meraih lengan Astro yang terasa menjauh dariku, "Mau ke mana?"     

Astro mengecup dahiku dan meletakkan kepalaku di bantal perlahan, "Aku ke apartemen dulu sebentar. Kamu tidur aja. Nanti aku ke sini lagi sebelum ke kampus."     

Aku memaksa membuka mata yang masih terasa berat. Rasanya baru sebentar aku tertidur setelah entah berapa kali bercinta dengannya. Aku menangkap sosok Astro sedang berjalan ke kamar mandi, lalu mencari jam di dinding, pukul 04.17.     

Kepalaku terasa melayang saat memaksa tubuhku duduk. Sepertinya kami baru tidur satu setengah jam dan sekarang aku merasa lapar.     

Astro belum sempat menemaniku melihat-lihat rumah ini semalam karena kami hanya berkutat di kamar untuk bercinta. Aku tak tahu apakah ada makanan atau minuman di dapur. Aku bahkan tak tahu di mana letak dapurnya.     

Aku memaksa tubuhku berdiri, lalu mengamit kaos milik Astro yang tergeletak sembarangan di lantai dan memakainya. Kaosnya cukup panjang untuk menutupi pahaku.     

Aku melangkahkan kaki keluar kamar dan baru menyadari rumah ini ternyata berukuran lebih besar dibanding rumah maharku. Mungkin berukuran sama dengan rumah Astro. Sepertinya rumah ini baru saja direnovasi dengan desain minimalis yang sesuai dengan seleranya.     

Ada tiga kamar di lantai dua, dengan sebuah ruangan kecil tambahan yang mungkin bisa kugunakan sebagai gudang. Ada satu ruangan besar di tengah dengan sebuah pintu kaca lebar menuju balkon dan sebuah tangga menuju ke atap.     

Aku melangkahkan kaki menuruni tangga. Tepat saat menginjakkan kaki di tangga paling bawah, aku mendapati ruang keluarga. Ada ruang tamu di sebelahnya dan dapur di sebelah yang lain.     

Aku berjalan mendekati kulkas dan membukanya. Hanya ada susu, air mineral, sekotak strawberry, sekotak kiwi, dan sebotol madu.     

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mencari bahan-bahan memasak di dalam kabinet kitchen set. Ada telur, tepung dan bahan-bahan membuat kue yang lain. Mungkin akan menyenangkan membuat pancake.     

Aku baru saja membuat adonan saat Astro datang dengan hanya memakai celana dan dada telanjang yang masih sedikit lembab, "Aku cariin ke mana-mana. Kan aku bilang kamu tidur aja. Kamu kenapa jadi sering pakai kaosku? Sini buka. Mau aku pakai lagi."     

Aku menatapnya tak percaya, "Yang bener aja kamu minta aku buka baju di sini?"     

Astro memelukku dari belakang dan mengecup pipiku, "Siapa suruh pakai kaosku?"     

Aah, laki-laki ini benar-benar menyebalkan.     

"Kan kamu yang bilang aku cocok pakai kaos kamu." ujarku. Aku tahu ini konyol sekali, tapi mungkin aku bisa menggunakan alasan itu.     

"Tapi aku mau pakai. Aku mau ke apartemen sebentar. Aku belum naruh baju di sini." ujarnya sambil mengecup bahuku yang sedikit terbuka. Sapuan bibirnya membuat bulu halusku meremang.     

"Ya udah. Tunggu aku ganti baju dulu. Ini diaduk sebentar. Aku balik ke kamar." ujarku sambil melepaskan diri darinya.     

Aku berjalan cepat menuju kamar sebelum Astro sempat menangkapku. Aku berganti pakaian dengan pakaian yang kukenakan kemarin dan kembali ke dapur sambil menenteng kaos, lalu menyodorkan kaos padanya saat dia baru saja menuang adonan pancake ke wajan.     

Astro menerimanya dan memakainya di depanku tanpa malu-malu. Kemudian mengamit pinggangku dan memelukku erat, "Kamu di sini aja hari ini. Nanti aku minta Kyle bawa mobil sama semua barang pesenan kamu ke sini. Kamu sarapan sendiri ya. Aku mau balik ke apartemen dulu buat ngambil baju. Kamu mau sekalian aku bawain perlengkapan lukis?"     

Aku mengangguk, "Bawa lukisan Opa sama Oma juga ya."     

Astro mengangguk dan mengecup dahiku, "Nanti chat aja kalau ada yang lain yang kamu butuh."     

"Okay."     

"I love you, Honey." ujarnya sambil mengecup bibirku.     

"I love you too."     

Aku mencium tangannya sebelum dia benar-benar melepas pelukannya dan beranjak pergi. Entah kenapa tiba-tiba terasa sepi. Di rumah sebesar ini, hanya ada aku sendiri.     

Aku menghela napas sebelum membalik pancake yang mulai matang. Aku bahkan harus sarapan seorang diri.     

Aku menyelesaikan memasak pancake dan memotong beberapa buah untuk kuletakkan di atasnya, lalu menuang sedikit madu. Pancake ini akan terasa lebih enak andai ada Astro menemaniku, tapi aku tak akan mengeluh. Perutku harus diisi sebelum aku terlalu malas untuk sekadar mengunyah makanan.     

Aku membereskan perkakas bekas makan dan berjalan mengitari ruang tamu. Kemudian membuka gorden yang mengarah keluar. Masih gelap.     

Aku bisa melihat teras depan. Rumah ini memiliki pagar kayu tinggi. Aku membuka pintu, menghampiri pagar dan mengintip dari sela kayu. Rumah ini sepertinya termasuk ke area perumahan yang cukup sepi. Ada banyak rumah-rumah lain di kanan kiri dan di depanku, tapi terasa cukup hening.     

Mungkin ini alasan Astro membelinya, karena dia lebih menyukai suasana yang hening dan tenang. Kurasa aku bisa mengerti. Dengan segala pekerjaan dan deadline kampusnya, dia pasti membutuhkan konsentrasi dalam keadaan prima.     

Di teras ada sebuah kolam kecil. Aku menghampirinya, tapi kolamnya kosong. Mungkin aku akan meminta Astro untuk memelihara ikan koi seperti Opa. Mungkin Opa akan menyukai rumah ini jika berkunjung ke sini.     

Aku memutuskan duduk di kursi teras sambil menghirup udara yang terasa segar. Aroma basah dari hujan semalam masih terasa, bercampur dengan aroma tanah yang entah kenapa membuatku merindukan berjalan-jalan bersama Astro di sawah. Entah apakah di area ini ada sawah, tapi jika memang benar ada, aku akan mengajak Astro ke sana jika dia memiliki waktu.     

Aku menghela napas. Aku masih merasa sepi. Aku menepuk wajah dua kali sebelum bangkit dan kembali masuk. Aku mengunci pintu depan dan merebahkan tubuh di sofa panjang ruang tamu. Aku memikirkan segala hal yang akan kulakukan hari ini di rumah ini. Namun saat aku mulai mengantuk, terdengar suara pagar terbuka.     

Aku memaksa tubuh bangkit dan mengintip di sela gorden yang kusingkap sedikit. Astro datang dengan mobilnya dan membuatku merasa lega. Aku membuka pintu untuk menghampirinya, lalu menyalami dan mencium tangannya, "Aku pikir kamu masuk dari rumah maharku."     

Astro tersenyum dan memelukku erat, "Kenapa kamu ga tidur? Ga capek?"     

"Aku hampir tidur di sofa waktu kamu dateng."     

Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Kenapa tidur di sofa? Kamu kan bisa tidur di kamar."     

"Sepi. Rumah segede ini cuma ada aku. Mm, bukannya aku ga suka, tapi kalau sendirian jadi aneh. Kalau ada anak kecil kayaknya seru."     

Astro tersenyum lebar sekali, "Kamu mau punya bayi? Udah siap?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.