Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sengaja



Sengaja

1Aku menatapnya sebal, "Aku tau kamu pasti begini."     

"Kalau udah tau kenapa ga nurut? Delapan menit kan ga lama."     

Aku tahu dia benar. Aku hanya merasa kesal karena dia sengaja memintaku duduk di pangkuannya. Dia tahu aku pasti tak akan tahan untuk tidak mengganggunya. Dia benar-benar menyebalkan.     

Kami bertatapan dalam diam selama beberapa lama sebelum aku menghela napas panjang. Sepertinya aku tahu apa dia inginkan.     

Aku melingkarkan kedua lengan di bahunya dan memeluknya erat. Helaian rambutnya di wajahku membuatku memejamkan mata dan menikmati aroma green tea yang menguar dari sana, "Do whatever you like (Kamu bisa lakuin apapun yang kamu mau). I'm yours, anyway (Gimana pun, aku udah jadi milik kamu)."     

"Aku cuma minta kamu nunggu aku sebentar. Kamu pasti mikir aneh-aneh."     

"Siapa suruh nikah sama orang aneh?"     

Entah bagaimana, tapi aku bisa membayangkannya sedang tersenyum lebar sekali. Aku melepas pelukan dan menatapnya dalam diam. Dugaanku tepat sekali, senyumnya terlihat sangat menyebalkan. Sepertinya aku benar-benar sudah begitu terbiasa dengannya.     

"Udah kan? Aku ngantuk."     

Astro kembali menatap layar laptopnya, hingga membuatku menoleh dan menatap layar laptopnya juga. Dia masih berbincang dengan Ray membahas resort. Namun Astro mengetik pesan pada Ray untuk melanjutkan pembicaraan besok, lalu menutup semua pekerjaannya, mematikan wifi, dan laptop sebelum kembali menatapku, "Mau aku gendong atau jalan sendiri, Honey?"     

"Terserah kamu."     

"Pilih satu. Aku ga bisa gendong kalau kamu lebih milih jalan."     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

"Gendong aja. Cepetan."     

Astro mengecup bibirku dan mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya. Aku tahu dia hanya sedang mengerjaiku karena keisengannya sedang kambuh.     

"Kamu nyebelin banget, kamu tau?" ujarku sambil mencubit kedua pipinya.     

Astro merebahkan tubuhku di tempat tidur, "Aku tau. Tunggu sebentar. Jangan tidur duluan."     

Aku memperhatikannya yang sedang berlalu ke kamar mandi dan kembali sesaat setelahnya. Dia merebahkan tubuh di sisiku dan meletakkan kepalaku di lengannya, lalu mengecup dahiku, "Kamu boleh tidur sekarang."     

Bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan hati yang terasa kesal seperti saat ini?     

"Kamu mau renov resort?" aku bertanya.     

Astro hanya menggumam mengiyakan sambil mengelus pipiku. Aku mendongak untuk menatapnya, tapi dia sudah memejamkan mata. Aku meraih wajahnya dan mengecup bibirnya, "Good night, Honey."     

"Kyle tadi chat aku katanya kamu minta lukisan Gerard dianter ke sini." ujarnya tanpa membuka mata.     

"Aku mau simpen lukisannya. Itu lukisan rumahku."     

Astro terdiam. Entah apa yang sedang dia pikirkan dengan napas yang tenang dan dalam, tapi aku tahu dia belum tidur. Aku sudah berkali-kali tertipu napasnya yang tenang dan dalam. Aku tak akan tertipu lagi sekarang.     

"Kamu keberatan?" aku bertanya.     

Astro mengecup dahiku dan membuka mata untuk menatapku, "Aku keberatan, tapi kalau kamu suka sama lukisan itu dan mau simpen, aku ga mau ngelarang."     

Aku menatapnya dalam diam. Aku tahu dia jujur padaku. Aku pun tak ingin membatalkan permintaanku pada Kyle untuk membawa lukisan itu hanya karena Astro merasa keberatan. Entah apakah aku egois, aku hanya ingin menyimpannya. Tak masalah bagiku jika lukisan itu sedikit rusak. Aku hanya ingin bisa menatap rumah peninggalan Ayahku saat merasa rindu.     

"Aku mau pasang lukisannya. Boleh ya?"     

Astro mengangguk dan memelukku erat. Aku tahu dia masih merasa tak rela, tapi aku akan mengabaikannya.     

"Aku mau liat rumah maharku kalau Kyle jadi anter mobilku besok, boleh?"     

"Kyle ada kerjaan besok. Dia ga bisa nganter kamu."     

"Kamu ga bisa nemenin aku?"     

Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Bisa besok malem, tapi cuma sebentar. Soalnya aku mau ngajak kamu keliling biar kamu tau area sini besok sore."     

"Okay."     

"Kamu mau kita pindah ke sana?"     

"Kamu mau?"     

"Kalau nginep semalem, satu atau dua kali sebulan aku ga masalah, tapi aku lebih suka di sini karena lebih tenang." ujarnya sambil mengelus ujung rambut di dahiku.     

"Okay."     

"Kamu bisa pakai rumah itu buat buka toko craft baru atau buka buat kerajinan mutiara nanti."     

"Aku udah minta Putri ikut aku ke sini. Dia setuju. Gimana kalau aku biarin dia tinggal di sana?"     

"Boleh. Kamu aja yang ngatur. It's yours."     

"Kamu ga berencana buka resto di sini?" aku bertanya karena tiba-tiba saja memikirkannya.     

"Aku udah dapet lahannya, tapi belum dibangun. Besok aku ajak kamu ke sana."     

"Jauh?"     

"Besok kamu liat sendiri, tapi cuma lahan kosong. Nanti kita makan di luar aja, okay?"     

"Okay."     

"Ada lagi yang mau kamu tanya?"     

"Kapan kamu mau ke Lombok lagi?"     

"Tadinya mau ke sana dua minggu lagi, tapi istriku kangen minta pulang, jadi diundur ke Lomboknya tiga minggu lagi. Kamu harus ikut, kamu tau?"     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Thank you."     

"Coba senyum gitu dari tadi. Kan cantik." ujarnya sambil mengelus bibirku.     

"Aku manyun karena kamu nyebelin, kamu tau? Aku tau kamu iseng. Sengaja banget nungguin aku ngerayu." ujarku sambil mencubit pipinya.     

Astro tersenyum lebar sekali, "Itu kamu tau. Kenapa masih juga sengaja tidur duluan?"     

"Karena kamu nyebelin." ujarku sambil menyusupkan tanganku ke pinggangnya dan menggelitikinya.     

Astro tertawa sambil mengamit tanganku dan menggenggamnya, "Susah sih bikin kamu ga sebel sama aku. Sekalian aja aku bikin kamu sebel. Seru kan?"     

Aku menatapnya tajam, "Apanya yang seru? Kamu bikin aku ga bisa tidur."     

"Mau aku bikin ga bisa tidur beneran?"     

"Ga." ujarku dengan ketus.     

Astro mencubit pipiku, "Makanya tidur. Aku udah nahan ga ganggu kamu dari tadi, tapi kamu malah nanya macem-macem."     

"Aku nanya macem-macem karena ga bisa tidur."     

"Ya udah ga usah tidur aja sekalian." ujarnya sambil menyusupkan tangan ke punggungku dan mengelusnya.     

"Stop it! Aku mau tidur sekarang."     

"Coba liat siapa yang ngomong? Bukannya kamu yang tadi bilang aku boleh lakuin apa aja yang aku mau?" ujarnya sambil mengelus titik sensitif di punggungku hingga membuat bulu halusku meremang     

Aku mengamit tangannya di punggungku dan menggenggamnya, "Tapi sekarang aku mau tidur."     

"Sekarang aku yang ga bisa tidur. Tanggung jawab." ujarnya sambil mengecup tengkukku.     

Aku melepas genggaman tangannya dan mendorong wajahnya menjauh, "Kita harus tidur sekarang. Kamu besok kuliah."     

"Cium aku sekali, trus kita tidur."     

Aku mengecup bibirnya dan baru saja akan melepasnya saat dia mencumbu bibirku perlahan. Aku mendorong wajahnya menjauh setelah terasa selamanya, "Kamu sengaja ya bikin aku ga ngantuk?"     

"Ga. Aku mau tidur sekarang." ujarnya sambil menggigit sedikit ujung bibirnya.     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.