Penasaran
Penasaran
Dia hanya menggenggam tanganku dan mengecupnya sesekali, juga memeluk pinggangku dan mengecup dahi. Dia sudah tak menggodaku atau merayapi punggungku di area publik. Ini membuatku berpikir mungkin saja dia menyukai saat aku mengambil langkah lebih dulu.
Yang lebih mengejutkan, dia justru mengajakku bicara tentang bagaimana cara merambah pasar perhiasan mutiara. Padahal sebelumnya dia selalu mengoceh tentang aku yang tak boleh bekerja.
"Nanti aku bikin website baru buat kamu rambah pasar online. Aku bikin tautan di website Lavender' Craft biar mereka tau kalau website itu saudaraan. Kayaknya lebih bagus begitu karena website itu udah punya image kuat."
Aku setuju dengannya, maka aku mengangguk. Aku masih harus mencari perajin mutiara karena akan memakan waktu jika aku yang mempelajari teknik kerajinan mutiara lebih dulu.
Aku akan melihat bagaimana perkembangannya selama beberapa bulan sambil belajar mendesain. Aku juga akan melibatkan Putri dalam setiap prosesnya. Mungkin aku akan menjadikannya manager baruku.
Aku melihat seekor penyu berenang di sebelah kapal. Sepertinya dia berenang di kedalaman tiga meter. Laut di sini jernih sekali hingga aku bisa leluasa memperhatikannya bermain bersama ikan-ikan yang tak kalah cantik.
"Kamu tau penyu setia sama pasangannya? Mereka salah satu hewan monogami kan?" aku bertanya tanpa menoleh pada Astro yang sedang mengelus jari-jariku dalam genggamannya.
"Kamu lagi ngasih kode biar aku setia sama kamu?"
Aku menoleh untuk menatapnya. Dia sedang menatapku kembali dengan senyum tipis yang membuatnya terlihat lebih dewasa. Aku berniat memberinya tatapan sebal, tapi entah kenapa aku justru tersenyum, "Aku ga ngasih kode. Aku nanya."
Astro tertawa, "Aku akan setia tanpa kamu minta, Honey. Ngurusin kamu aja udah bikin kepala pusing."
Aku memberinya tatapan sebal, "Aku lebih pusing mikirin tingkah kamu yang nakal."
"Coba liat siapa yang ngomong."
Kurasa aku baru saja mengatakan hal bodoh. Entah bagaimana, tapi sepertinya aku memang sudah mulai tertular tingkah nakalnya.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku beruntung tak ada siapapun di dekat kami yang cukup dekat untuk mendengar pembicaraan sesaat lalu. Kami memang menyewa kapal pribadi, tapi ada beberapa awak kapal, Kyle, Lyra dan Rommy. Walau aku tak dapat melihat keberadaan mereka dari sini.
"Bahas mutiara lagi aja deh." ujarku sambil memberinya tatapan sebal.
"Kalau perkiraanku bener, kita bisa lihat penyu bertelur nanti malem." ujarnya yang mengabaikan kalimatku sebelum ini.
"Di Gili Meno?"
Astro mengguman mengiyakan, "Momen langka. Kita beruntung banget nanti kalau beneran bisa liat."
"Kok kamu tau kalau ada penyu bertelur? Penyu di sini ga lapor ke kamu dulu kan?"
Astro tertawa, "Dari suhu udara kita sekarang, Honey, tapi kita tetep harus keliling kalau beneran mau nyari penyu yang bertelur."
Aku menghela napas, "Aku mau tidur aja. Lain kali aja kalau kita ke sini lagi baru kita cari penyu bertelur."
"Anything you wish, Honey, tapi nanti malem temenin aku sebentar ya." ujarnya sambil memelukku lebih erat.
Sebetulnya aku tak keberatan, tapi menyanggupinya masih terasa canggung untukku. Maka aku hanya diam dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Pantai yang kami tuju semakin dekat, dengan pasir berwarna pink yang membuatku menoleh pada Astro. Dia hanya berkata akan mengajakku ke sebuah pantai, tapi tak mengatakan apapun tentang pantai berwarna pink.
Saat aku mengecek mesin peramban berbulan-bulan lalu saat mencari keberadaan pantai Bonaire, aku memang mendapatkan informasi ada dua pantai pink di Indonesia. Satu di Lombok dan satu lagi berada di Flores.
Astro menatapku dan tersenyum tipis yang membuatnya terlihat lebih dewasa, "Aku ga bisa ngajak kamu ke Bonaire sekarang. Jadi sementara di sini dulu ya?"
Aku mengecup bibirnya sesaat dan mengecup dahinya lama sekali, "Thank you, Honey."
Wajahnya merona merah saat aku melepas kecupanku, tapi dia terlihat senang sekali. Coba lihat senyum di bibirnya yang membuatku meraih bahunya dan memeluknya erat.
"Aku suka kamu nakal sama aku." bisiknya di telingaku.
Aku hampir saja tertawa andai tak sedang membenamkan wajah di bahunya. Ini terasa aneh sekali. Sepertinya aku baru saja menyadari tak ada seorang pun yang akan mengganggu kami sekarang. Mungkin mereka mengerti untuk memberi kami waktu berdua saja.
Tiba-tiba aku mengingat Denada. Aku melepas pelukanku dan menatap Astro sambil mengelus kedua pipinya, "Thank you, Honey. You make me feel I'm precious."
"You are." ujarnya sambil mengecup dahiku.
"Maksudku ... makasih karena kamu berani nikahin aku di umur kita yang masih segini. Kebanyakan orang ga kayak kamu."
"Kamu lagi mikirin Denada?"
Aku hanya mengangguk dan menggumam mengiyakan. Kemudian menghela napas dan meletakkan kepala di bahunya.
"Itu disebut pilihan hidup, Honey." ujarnya sambil mengecup dahiku.
"Bukannya takdir?" aku bertanya tanpa menatapnya.
"Mungkin juga, tapi kalau kita ga milih buat jaga diri sebelum nikah, kita ga akan begini kan?"
Aku masih tak mengerti tentang konsep takdir dan pilihan hidup, tapi aku tak akan mendebatnya. Momen ini terlalu sayang untuk dilewatkan dengan berdebat sesuatu yang aku sendiri tak memahaminya dengan baik.
"Tapi sekarang aku jadi ngerasa ga enak sama Denada. Dia udah nemenin aku selama di sini. Dia bahkan nunda berangkat ke Aussie, tapi sekarang dia justru punya masalah sama Petra."
"Itu bukan sesuatu yang bisa kamu atur."
Aku tahu dia benar, tapi aku masih merasa tak enak hati pada Denada. Aku merasa hanya aku yang bahagia sedangkan dia sedang bersedih dan aku tak bisa menemaninya. Ini membuatku merasa buruk dengan diriku sendiri.
Tunggu sebentar, "Kamu bilang apa ke Denada waktu minta dia nemenin aku?"
"Aku bilang kalau cuma dia yang bisa bikin acara nikah mendadak kita sukses. Aku pikir, dia pasti rela lihat kamu bahagia walau dia lagi punya masalah sama Petra. Mau gimana juga kamu sahabatnya."
Begitukah?
Sepertinya aku baru saja memiliki hutang yang tak akan bisa kubayar bagaimana pun caranya. Denada membiarkanku bahagia dan menyimpan kesedihannya sendiri. Itu hal yang sulit sekali dilakukan, bukan?
"Ga perlu terlalu dipikirin, Honey. Ada Eboth yang jaga dia beberapa hari ini." ujarnya sambil mengelus rambutku.
"Aku boleh nelpon Eboth? Aku pengen tau gimana perkembangannya."
"Nanti aku yang telponin. Kamu boleh ngobrol sama dia."
Aku mengecup pipinya, "Thank you."
Astro tersenyum tipis, senyum yang beberapa waktu belakangan ini sering kulihat. Aku menyukainya.
"Kamu beneran berusaha nepatin janji buat jadi lebih dewasa abis kita nikah?" aku bertanya karena mengingat ucapannya berbulan-bulan lalu saat dia memintaku menikmati sikapnya yang menyebalkan sebelum kami menikah.
"Bukan itu sih."
"Trus?"
Ada rona merah menyebar di wajahnya dan tatapannya terlihat malu-malu, "Aku udah bilang kan aku suka kamu nakal sama aku. Kayaknya itu bikin isengku berkurang."
Aku menatapnya tak percaya, tapi sepertinya dia mengatakannya dengan jujur. Astaga, pernyataan macam apa itu? Yang benar saja?
"Maksudnya selama ini kamu nyebelin karena nahan nafsu?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku.
Astro menggumam mengiyakan, "Dulu aku penasaran, sekarang udah ga. You are mine now. Aku udah liat semuanya. Ngerasain sensasinya. Kamu sexy ban ..."
Aku menutup mulutnya untuk menahan apapun yang akan keluar dari sana. Entah bagaimana, tapi aku tak ingin mendengarnya lebih lanjut. Ini terasa memalukan sekali.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-