Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sutra



Sutra

3Welcome di Volume 2, LIFE     

Nou mikir lama buat bikin pengumuman ini. Dengan berat hati nou naikin rating ke 21+ karena chapter ke depan akan ada adegan kekerasan, berdarah, dll. So, buat kamu yang blm cukup umur, nou saranin untuk ga baca.     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     

=======     

Aku baru saja merebahkan tubuh di sofa panjang yang dibeli dalam perjalanan pulang dari bandara. Aku meminta staf yang mengantar sofa untuk meletakkannya tepat di depan jendela apartemen, menghadap keluar. Sofa ini nyaman sekali. Sepertinya aku akan lebih sering menghabiskan waktu di sini dibandingkan dengan meja kerja yang sudah Astro belikan untukku.     

Astro masih bercakap dengan staf yang mengantar sofa di depan pintu, tapi aku terlalu mengantuk untuk memperhatikan apa yang mereka bicarakan. Kami memutuskan pulang ke Surabaya tadi pagi agar tak terlalu lelah saat akan pulang ke rumah besok.     

Aku hampir saja terlelap saat dia mengangkat kepalaku perlahan dan meletakkannya ke pangkuannya. Aku memeluk pinggangnya dan membenamkan wajah di perutnya. Aroma tubuhnya membuatku semakin mengantuk.     

"Besok mau ke rumah opa atau ke rumahku dulu, Honey?" dia bertanya sambil mengelus rambutku.     

"Ke rumah Opa dulu ya. Nginep di sana. Oma pasti kangen banget."     

Aku tak tahu bagaimana reaksinya saat ini, tapi aku sempat mendengarnya menggumam. Entah gumaman setuju atau yang lainnya. Tiba-tiba aku baru mengingat janjiku pada Oma untuk meneleponnya setiap hari. Bagaimana bisa aku melupakan janji sepenting itu?     

Aku melepaskan pelukanku dan menatap Astro. Dia masih mengelus rambutku dan menatapku dalam diam. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Kuharap dia tak keberatan aku meminta pulang ke rumah Opa lebih dulu.     

"Keberatan bagi pikiran kamu ke aku?" aku bertanya sambil mengelus wajahnya.     

Astro mengamit tanganku dari wajahnya dan mengecupnya, "Kamu ga buka sosmed kan beberapa hari ini?"     

Aku menggeleng. Aku hanya memegang handphone untuk menelepon Mayang dan Opa dua hari yang lalu. Aku menuruti sarannya untuk tak membuka sosial media manapun. Aku bahkan tak menyentuh laptop lagi sejak terakhir kali melihat-lihat desain perhiasan mutiara.     

Entah apa yang terjadi atau bagaimana reaksi orang lain saat mereka tahu kami sudah menikah, tapi aku lebih menyukai ketenangan ini. Bahkan, aku akan lebih memilih hidup seperti ini dibandingkan dengan harus mengurusi komentar orang lain.     

"Kalau kamu mau telpon opa, kamu pakai hape cadanganku ya."     

"Kamu masih pakai hape cadangan dari Om Ganesh?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Hape itu lebih sedikit notifnya."     

Sepertinya aku baru saja menyadari selama dia menghilang, dia menggunakan handphone itu. Aku sama sekali tak terpikirkan akan hal itu.     

"Kalau kamu mau pergi, bilang aku dulu. Jangan pergi sendirian." ujarnya sambil mengelus helaian rambut di dahiku.     

Entah kenapa aku seperti mendapatkan firasat buruk. Aku tahu dia memang tak akan membiarkanku berkeliaran sendirian, tapi tatapannya itu adalah tatapan khawatir yang jelas sekali.     

"Something bad happen (Ada kejadian jelek)?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku.     

"Belum, tapi ga ada salahnya kita jaga-jaga. Jangan terima barang apapun dari orang lain. Tolak aja. Aku khawatir ada sesuatu."     

"Sampai segitunya?"     

Astro menghela napas, "Inget cacing yang dulu pernah ditaruh di meja kamu?"     

Aku mengangguk, "Kenapa?"     

"Isinya bukan cuma cacing, Honey. Kebetulan yang kamu liat cuma cacing, tapi di dalemnya ada bubuk gatel. Kalau kebuka dan kamu kena, kulit kamu bisa gatel-gatel dan luka kalau kamu garuk terlalu kenceng."     

Aku menatap tak percaya, "Riri yang bilang?"     

Astro mengangguk, "Hati-hati sama apapun. Jangan lengah."     

"Kenapa orang-orang iseng banget sama aku? Mereka tuh ga punya kerjaan lain ya?"     

"Ga perlu dipikirin kenapa mereka begitu. Kita yang harus lebih waspada."     

Aku tahu dia benar. Aku hanya merasa kesal karena mereka terlalu arogan untuk membiarkanku menjalani kehidupan dengan normal.     

"Jangan cemberut gitu. Nanti cantiknya ilang." ujarnya sambil mencubit pipiku.     

Aku memberinya tatapan sebal, "Kalau aku ga cantik, kamu ga mau ya?"     

"Coba ngomong lagi." ujarnya sambil mencubit kedua pipiku dan membuat bibirku mengerucut, lalu mengecupnya. "Ah, aku lupa."     

Astro mengangkat kepalaku perlahan dan bangkit, lalu kembali sesaat setelahnya. Dia mengamit tanganku dan mengajakku berjalan mendekati lemari yang sepertinya adalah milikku. Jantungku berdetak kencang sekarang.     

"Buka." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku menatapnya ragu-ragu, "Ga mau."     

Aku baru saja akan berbalik dan kembali ke sofa saat dia mengamit pinggang dan memelukku dari belakang. Napasnya yang hangat di puncak kepalaku membuatku semakin panik.     

"Ga ada yang aneh, Honey. Buka aja."     

"Aku ga percaya."     

Astro mengamit tanganku dan mendekatkannya ke gagang pintu. Kemudian menggeser pintu lemari dan membuatku terpana dengan tumpukan pakaian yang rapi dan sesuai dengan jenisnya.     

Aku mendongak untuk menatapnya, "Kamu yang beresin kan? Bukan orang lain?"     

Astro menatapku tak percaya, "Emang kamu pikir aku akan biarin orang lain sentuh barang-barang pribadi istriku?"     

Aku tersenyum manis, lalu meraih wajahnya dan mengecup pipinya. Tunggu sebentar, kenapa aku melakukan ini? Aku bahkan belum melihat apa saja yang dia belikan untukku.     

Astro mendorong tubuhku mendekat ke lemari dan menarik sebuah laci. Ada berbagai pakaian dalam dan lingerie. Dia mengambil lingerie berwarna maroon dan membentangkannya di depanku.     

Lingerie itu berbahan sutra, tanpa lengan dan memiliki belahan dada rendah. Entah bagaimana, tapi aku menyukainya karena bahannya tidak transparan seperti bayanganku. Walau tetap terlihat terlalu sexy bagiku.     

"Cobain." bisiknya sambil menaruh lingerie itu di tanganku.     

"Seriously?" aku bertanya sambil menoleh padanya.     

Astro tersenyum lebar dengan rona merah yang menyebar di wajahnya, "Kan aku udah bilang aku belinya ga aneh-aneh. Cuma agak sexy sedikit."     

Aku menatapnya tak percaya, "Sedikit?"     

"Atau mau aku yang pakaiin?"     

Sepertinya jantungku berhenti berdetak. Bisa-bisanya dia mengingat pakaian yang dia belikan untukku di saat seperti ini. Aku melipat kembali lingerie di tanganku dan menaruhnya ke dalam laci, "Nanti aja. Aku ga mau pakai sekarang. Kita punya jadwal istirahat siang ini."     

Astro memberiku tatapan sebal saat melihatku kembali ke sofa, "Kan nyobain aja."     

"Ga mau."     

"Honey ..."     

Aku akan mengabaikannya. Dia yang berjanji padaku siang ini kami hanya akan beristirahat.     

Aku merebahkan tubuh kembali ke sofa dan memejamkan mata. Aku harus tidur sekarang atau dia akan mulai bertingkah lagi. Aku bisa merasakan dia sedang merebahkan tubuh di sebelahku dan menyelimuti tubuh kami berdua. Dia mengamit kepalaku dan meletakkannya di lengannya. Aroma tubuhnya membuatku mengantuk.     

"Nanti malem aku tagih." bisiknya sambil memelukku.     

Sepertinya aku harus mencari cara untuk tak perlu memakainya. Apa yang harus kulakukan?     

Aku membuka mata dan tersenyum manis, "Gimana kalau aku beliin kamu PSP, tapi aku ga perlu pakai itu?"     

"PSP ga sebanding sama kamu, Honey."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.