Wangi
Wangi
"Oma ga repot kok. Kan dibantuin Asih." ujar Oma sambil mengamit piring dan mengisinya dengan nasi dan berbagai lauk, lalu meletakkannya di hadapanku.
Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia sedang tersenyum memperhatikan betapa Oma sangat memanjakanku.
"Astro ngambil makanan sendiri ya, Oma Cantik?"
"Iya, ambil makanan sendiri. Bisa kan?"
Oma mengecup puncak kepalaku, "Makan yang banyak ya. Kalau udah selesai langsung ke ruang tengah. Opa nunggu di sana."
"Oma ga makan?" aku bertanya saat Oma berjalan menjauh.
"Oma udah makan." ujar Oma yang segera pergi.
Aku menoleh ke arah Astro yang baru saja mengambil piring. Aku mengamit piring dari tangannya dan mengambilkan makanan dengan porsinya yang biasa, lalu meletakkan piring itu di meja di hadapannya.
Astro mengecup lenganku, "Thank you, Honey."
Aku tersenyum manis, "Cepet abisin. Opa pasti mau ngajak ngobrol serius."
Astro hanya mengangguk dan kami makan dalam diam. Entah apakah karena aku merindukan masakan Oma, tapi aku makan banyak sekali.
"Sering-sering aja kamu makan banyak gitu biar gemuk." ujar Astro saat melihatku menyandarkan punggung ke punggung kursi.
Aku tersenyum manis, "Kalau kamu yang masak aku mau makan banyak."
"Bener ya? Awas kamu kalau cuma makan satu porsi."
"Tapi aku ga mau jadi gendut. Berat."
"Bukan gendut, Honey, tapi gemuk."
Aku tertawa, "Apa bedanya?"
Astro tersenyum tipis, tapi tak mengatakan apapun. Dia justru membereskan perkakas bekas makan kami dan mencucinya. Walau sebetulnya aku tahu apa maksudnya.
"Mau ketemu opa sekarang?" dia bertanya setelah selesai mencuci piring dan mengeringkan tangan dengan handuk.
Aku mengangguk. Astro menggenggam tanganku dan membimbingku berjalan di sisinya. Genggaman tangannya seperti yang selalu kuingat, hangat dan nyaman.
Opa sedang membaca sebuah buku di ruang tengah, dengan Oma yang sedang merajut di sisinya. Opa memberi isyarat pada kami untuk duduk di hadapannya. Kami menurutinya.
Opa menatap kami berdua bergantian, "Bagaimana bulan madunya?"
Aku hampir saja melepas genggaman tangan Astro di tanganku andai saja dia tak menggenggamnya lebih erat. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu membuatku salah tingkah.
"Sukses, Opa. Ya kan, Honey?" Astro bertanya.
Entah bagaimana aku harus menjawabnya. Aku hanya menggumam mengiyakan dan mencoba tersenyum pada Opa. Kuharap aku tak terlihat terlalu gugup sekarang.
"Bagus. Arya sudah mengundang kalian untuk menginap?" Opa bertanya.
"Udah, Opa. Opa ngijinin?" Astro bertanya.
Opa mengangguk, "Jaga sikap selama di sana ya, Mafaza."
Aku hanya mengangguk. Aku masih tak tahu apa yang harus kukatakan.
"Malem ini nginep di sini kan?" Oma bertanya.
"Iya, Oma, tapi besok mau ke rumah Astro. Boleh?" aku bertanya.
Oma tersenyum simpul sambil melirik pada Opa, "Emangnya Oma bisa ngelarang?"
Aku lupa Oma pasti akan menuruti apapun keputusan Opa. Sama seperti saat Oma rela melepasku pindah ke Surabaya, juga saat melepasku menikah dengan Astro. Tiba-tiba hatiku terasa hangat.
"Ada yang ingin Opa bicarakan. Dengarkan baik-baik." ujar Opa tiba-tiba.
Aku menoleh pada Astro untuk meneliti raut wajahnya. Dia mengangguk, dengan ekspresinya tenang dan mantap. Tatapan yang sama saat dia membawaku menuju meja di tengah area pantai di depan resort sebelum kami menikah.
"Opa akan mewariskan perusahaan senjata pada Mafaza, tapi Opa butuh Astro untuk membantu Mafaza mengelola, bisa?"
Aku tak tahu apapun tentang bagaimana cara mengelola sebuah perusahaan senjata. Aku hanya pernah ke lokasi perusahaan sekali bersama Astro dan ayahnya.
"Bukannya kita masih di bawah umur buat ngelola perusahaan itu, Opa?" Astro bertanya.
"Opa tahu, tapi Opa sudah tua. Opa sudah meminta pengacara untuk mewariskan perusahaan seandainya Opa pergi lebih dulu sebelum Mafaza cukup umur."
Jantungku terasa berhenti berdetak, "Opa ngomong apa? Opa kan masih sehat. Jangan ngomong begitu."
Opa menggeleng, "Opa memang sudah tua. Nanti Opa minta Chandra untuk mengajari Mafaza apa saja yang harus Mafaza pelajari."
Aku tak suka pembahasan ini. Aku tahu Opa sudah tua, tapi membayangkan Opa akan pergi membuatku gelisah. Jika aku bisa memilih, aku tak ingin kehilangan siapapun lagi.
"Astro bisa belajar juga kan, Opa?" Astro bertanya.
Opa mengangguk, "Tentu. Kalian berdua harus belajar. Kalian harus mampu mengatur waktu dengan baik. Pekerjaan kalian banyak sekali, bukan?"
"Iya, Opa."
"Kurangi jam bergadang kalian. Tubuh kalian harus sehat. Kalian masih muda."
"Jangan terlalu diforsir mainnya. Coba liat Faza. Jadi kurus gitu." ujar Oma dengan tatapan sebal.
"Astro udah minta Faza makan banyak, tapi Faza bandel ga mau nurut." ujar Astro.
"Astro juga harus perhatian sama Faza. Kalau udah capek, udah berhenti."
"Iya, Oma." ujar Astro sambil menatapku dengan senyum yang lebar sekali di bibirnya.
Entah kenapa pembahasan ini membuatku malu. Bagaimana mungkin mereka membahasnya seolah hal ini adalah hal yang biasa saja?
"Mafaza sudah lihat lokasi pembiakan mutiara?" Opa bertanya. Untunglah Opa mengalihkan pembahasan. Jika kami masih membahas tentang aktivitas pengantin baru, aku akan memilih menyembunyikan diri di kamar.
"Udah, Opa. Kemarin Faza sempet mikir jadiin pembiakan itu tempat rekreasi edukasi. Opa setuju?"
"Kita coba research minat pengunjung lebih dulu. Jika bagus, Opa setuju. Bagaimana pun pembiakan itu milik Mafaza. Mafaza bisa melakukan apapun yang Mafaza inginkan."
"Makasih, Opa." ujarku yang tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku baru saja akan melepas genggaman tangan Astro dan memeluk Opa karena terlalu senang, tapi Astro menahannya lebih erat dan memberiku tatapan menderita.
"Kalian sudah membicarakan rencana masa depan?"
"Kita udah obrolin beberapa kemarin. Nanti kita obrolin lagi, Opa." ujar Astro.
Aku menoleh untuk menatap Astro. Kami memang hanya membicarakan beberapa hal di tengah bulan madu. Aku sependapat dengannya bahwa kami masih harus membicarakan lebih banyak hal.
Opa mengangguk, "Kalian sudah menjadi suami istri sekarang. Bicarakan semua hal berdua. Opa tidak akan mencampuri keputusan kalian. Kalian harus belajar lebih dewasa dan bertanggung jawab atas hidup kalian sendiri. Opa sudah percayakan Mafaza pada Astro. Gunakan kepercayaan Opa baik-baik."
"Iya, Opa. Astro janji selalu jaga Faza. Opa ga perlu khawatir."
"Bagus. Itu saja yang ingin Opa bicarakan. Oma ingin menambahkan?"
"Kalau punya waktu sempetin pulang ya." ujar Oma.
"Iya, Oma. Faza pasti pulang kalau ada waktu. Faza kan kangen." ujarku.
Oma tersenyum lembut padaku, "Kalian istirahat ya. Pasti capek kan di mobil empat jam dari Surabaya?"
Astro mengangguk, "Kita pamit istirahat dulu ya, Opa, Oma."
Aku baru saja akan memprotes keputusan Astro. Namun dia menarikku berdiri dan mengajakku menuju kamar sambil memeluk pinggangku.
Sebetulnya aku tahu dia tak terlalu lelah karena Jian yang menyetir selama perjalanan, tapi aku tak akan mendebatnya sekarang. Aku tak ingin Opa dan Oma mendengar kami beradu argumen.
"Aku selalu kepo pengen liat kamar kamu. Ternyata wanginya sama kayak kamu." ujarnya sesaat setelah masuk.
Tingkahnya mengingatkanku saat pertama kali aku memasuki kamarnya hingga aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Tapi kamarku ga rapi kayak kamar kamu."
"Ga masalah buatku." ujarnya sambil menutup pintu dan mengecup bibirku. Tangannya mulai merayapi punggungku dan membuat bulu halusku meremang. Kurasa aku tahu apa yang dia inginkan.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-