Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kembaran



Kembaran

0Ibu menggeleng saat melihat kami baru saja duduk di hadapannya, membuatku merasa malu dan mengalihkan tatapan ke jendela yang tertutup gorden. Ada seteko minuman dingin, empat gelas dan setoples cemilan di depan kami.     

Beberapa saat lalu, Ibu mengetuk kamar Astro saat kami baru saja selesai bercinta. Astro lihai sekali merayuku untuk menuruti keinginannya karena Ibu terlambat pulang.     

"Hati-hati kebablasan. Katanya mau nunda punya anak?" Ibu bertanya.     

"Iya, Bu. Astro main aman kok." ujarnya sambil mengelus jariku di dalam genggamannya.     

"Dasar."     

"Ibu kenapa telat?"     

"Ada koordinasi sama orang-orang kepercayaan kakek buat resepsi kalian nanti. Harusnya kita udah bahas ini dari tadi, tapi nungguin kalian mandi dulu jadi sekalian aja nungguin ayah. Kayaknya sebentar lagi pulang."     

Astro mengangguk dan menoleh padaku, "Jangan bengong."     

Aku menatapnya sebal, tapi dia memberiku senyum menggodanya yang biasa.     

"Udah puas main di Lombok kan?" Ibu bertanya, yang membuatku menoleh padanya dan mengangguk. "Udah tau kan kalau resort tempat kalian nikah itu punya Astro?"     

"Udah tau, Bu."     

Ibu tersenyum, "Kirain mau dirahasiain juga dari Faza. Anak ini mirip banget sama kakek, seneng banget nyimpen rahasia. Percaya ga, Ibu baru tau kalau resort itu punya Astro sehari sebelum berangkat ke sana?"     

Kalimat Ibu membuatku menoleh pada Astro. Dia tersenyum tipis, tapi tak mengatakan apapun.     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

"Faza udah ke tempat pembiakan mutiara kan?" Ibu bertanya.     

"Udah, Bu."     

"Gimana? Punya bayangan mau diapain?"     

"Faza udah bilang Opa mau bikin jadi destinasi rekresi edukasi. Opa mau liat prospeknya dulu baru kasih keputusan."     

Ibu mengangguk, "Bagus. Nanti Ibu bantu promosi ke kolega."     

"Makasih, Bu."     

"Ibu ga bantu Astro promosiin resort?" Astro bertanya.     

"Ga usah, ah. Resortnya kan rahasia."     

Astro tersenyum lebar sekali, "Ga pa-pa sih kalau ga bantu. Resortnya udah masuk ke banyak aplikasi jalan-jalan kok."     

Ibu memberinya tatapan sebal, "Mau main rahasiaan sama Ibu juga ga pa-pa sih, nanti Ibu kasih modal ke Faza aja. Ibu punya dana 860 juta kalau Faza mau pakai."     

Aku terkejut, "Ibu serius?"     

"Iya, Ibu serius. Astro kan ga butuh dibantuin, jadi Ibu bantu Faza aja."     

Aku menoleh pada Astro untuk meneliti ekspresinya. Dia terlihat tenang. Seperti tak akan mendebat atau meminta ibunya membatalkan keinginannya.     

"Ga pa-pa, terima aja. Aku lagi ga pengen buka proyek baru. Aku mau fokus ngurusin istriku dulu beberapa bulan ini." ujar Astro sambil tersenyum tipis.     

Aku tak tahu bagaimana harus menghadapi hal seperti ini. Aku bahkan harus bekerja untuk Opa terlebih dulu dan mendapatkan uang sebagai gaji. Dari gaji itu aku mendapatkan modal tambahan untuk toko Lavender's Craft. Bagaimana mungkin Ibu memberiku modal dengan nominal ratusan juta tanpa memberi syarat apapun?     

Terdengar suara seseorang menaiki tangga, membuatku menoleh dan mendapati Ayah baru saja sampai. Ayah menghampiri kami dan tersenyum saat Astro menyalami dan mencium tangannya. Begitu pun denganku.     

"Maaf ya, Ayah telat. Udah sampai mana obrolannya?" Ayah bertanya.     

"Ibu mau ngasih modal buat Faza." ujar Ibu sambil menuang minum dan memberikannya pada Ayah.     

"Trus?" Ayah bertanya setelah meneguk minumannya dan meletakkan gelasnya.     

"Faza terima kan?" Ibu bertanya.     

"Mm, Faza emang udah ngobrol sama Astro mau coba bikin perhiasan mutiara, tapi Ibu serius mau kasih modal itu buat Faza?" aku bertanya.     

"Ibu serius, Sayang. Ibu dukung kalau Faza mau coba ngerambah pasar perhiasan. Faza kan kreatif bikin desain."     

"Tapi pasar itu baru banget buat Faza. Faza harus cari perajin dulu."     

"Ga masalah. Nanti Faza kabarin Ibu kapan Faza butuh dananya."     

Aku menoleh pada Astro untuk meminta pendapat. Dia mengangguk dan tersenyum tipis. Sepertinya aku memang harus menerimanya, "Makasih banyak, Bu."     

Ibu tersenyum lebar, "Jangan sungkan gitu, ih, sama Ibu. Faza kan anak Ibu sekarang."     

Ibu benar. Kami adalah keluarga sekarang. Aku hanya masih belum terbiasa dengan kebaikan hati seperti ini.     

"Trus pembahasan yang itu udah selesai?" Ayah bertanya.     

"Pembahasan itu belum dimulai karena anak Ayah sibuk di kamar."     

Ayah menggeleng, "Hati-hati kebablasan. Katanya mau nunda punya anak?"     

Bagaimana bisa kalimat mereka begitu mirip? Sepertinya wajahku memerah sekarang.     

"Okay, kita bahas aja sekarang ya. Ini udah malem."     

Aku dan Astro mengangguk. Kami menunggu Ayah dan Ibu yang memulai percakapan.     

"Faza tau perusahaaan apa aja yang Ayah sama Ibu kelola?"     

Aku sama sekali tak mengira percakapan ini akan muncul. Kukira mereka akan membicarakan tentang bagaimana caranya menjalani rumah tangga bagi seorang anak muda berusia belasan seperti kami, mengingat mereka juga dulu menikah di usia yang tak terlalu jauh berbeda.     

"Setau Faza, Ibu pegang yayasan peninggalan Kakek dan Ayah pegang usaha ekspor impor kain sama perusahaan pengolahan limbah." ujarku.     

Ayah mengangguk, "Jadi Faza udah tau kalau Astro pegang proyek robot ekspedisi bawah laut?"     

Aku mengangguk, "Astro udah cerita."     

"Bagus. Nanti Faza bisa dateng ke perusahaan kalau kalian ada waktu, tapi kabarin Ayah dulu."     

Aku mengangguk, "Iya, Yah."     

Ayah menoleh pada Ibu dan mereka saling mengangguk, tapi hening di antara kami. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.     

"Ada yang Astro mau bilang?" Ayah bertanya, yang membuatku menoleh pada Astro.     

Astro menatapku lama sebelum bicara, "Kamu ga curiga gimana caranya aku bisa handle perusahaan game yang baru rilis kemarin?"     

"Bukannya karena kamu punya Paolo sama Revi? Mereka yang ngurusin kan?"     

"Mereka emang bantu ngurusin, tapi aku ga akan kasih kepercayaan segede itu ke orang lain yang bukan keluargaku."     

Tunggu sebentar, "Jangan bilang kamu punya kakak atau adik yang aku ga tau."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Hampir tepat."     

Aku menatapnya tak percaya, "Seriously?"     

"Hampir, Honey."     

Apa-apaan teka-teki ini? Ibu jelas-jelas memberitahuku hanya memiliki satu anak. Ibu tak mungkin berbohong padaku, bukan?     

"Kamu punya sepupu yang lain?"     

"Pinter." ujarnya sambil mengecup dahiku. "Teana punya kembaran laki-laki, namanya Axelle. Dia ga suka ketemu orang, jadi selalu ngurung diri di kamar. Nanti kamu ketemu dia kalau ke rumah kakek."     

Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai apa yang baru saja dia katakan?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.