ML
ML
"Aku kerja dulu sebentar. Kamu tidur aja." ujarnya sambil mengecup dahiku dan bangkit.
Aku baru saja akan memprotesnya, tapi dia sudah menghilang ke kamar mandi. Entah kenapa terasa berbeda saat tak ada dia di sampingku saat aku tidur. Aku mulai merasa gelisah sekarang.
Dia memberiku senyum menggodanya yang biasa saat melihatku berusaha memeluk bantal, tapi tak mengatakan apapun. Dia berlalu begitu saja ke meja kerja dan menyalakan laptop.
Aku menggeser tubuh dan membenamkan diri di antara bantal, tapi memang terasa tak senyaman pelukannya. Ini terasa menyebalkan. Aku memaksa tubuhku bangkit dan duduk diam di tempat tidur, "Astro."
Astro menoleh padaku dengan senyum menggoda yang masih menghiasi bibirnya, "Mau ganggu aku?"
"Ga bisa kerjanya besok aja?"
"Bisa, tapi kalau kamu ganggu aku kita ga akan tidur malem ini."
Aah, dia benar-benar menyebalkan.
Aku merebahkan tubuh kembali dan memeluk bantal lebih erat, tapi menggeser tubuh agar bisa memperhatikannya bekerja dengan lebih baik. Sepertinya rasa kantukku menghilang.
"You better get back to sleep (Lebih baik kamu tidur lagi), Honey." ujarnya sebelum kembali menatap laptop.
Aku akan mengabaikannya. Rasa kantukku benar-benar menghilang. Kuharap dengan memperhatikannya bekerja mungkin akan membawa rasa kantukku datang kembali.
Astro terlihat fokus sekali. Dia tak menoleh padaku lagi walau hanya sekali dan aku baru saja menyadari betapa berbedanya dia setelah kami menikah. Dia memang masih menyebalkan, tapi sikapnya terlihat jauh lebih tenang. Mungkin ucapannya padaku saat itu benar, saat dia berkata konsentrasinya menjadi jauh lebih baik setelah kami menikah.
Tunggu sebentar, apakah konsentrasiku juga menjadi jauh lebih baik?
Aku mengingat saat dia memujiku menjadi lebih pintar, apakah itu termasuk? Aku tak merasakan sesuatu yang berubah, atau apakah aku yang tak menyadarinya?
Aku bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Astro, lalu duduk di sisi meja kerjanya yang kosong. Bagaimana aku harus menanyakan hal ini padanya tanpa terlihat aneh?
Astro menoleh padaku dan memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Mau ganggu aku?"
Aku memberinya tatapan sebal, "Aku cuma mau liatin kamu. Anggep aja aku ga ada."
Astro menatapku lekat seolah tak membiarkan satu ekspresi pun lepas darinya, lalu menggeser kursinya mendekat padaku. Dia meraih pinggangku dan memelukku, "Something bothering you (Ada yang ganggu pikiran kamu)?"
Aku menggeleng dan merapikan rambutnya yang berantakan, "Anggep aja aku ga ada, Honey. Lanjutin aja kerjaan kamu."
"Aku ga bisa kerja kalau kamu di depanku begini." ujarnya sambil menyusupkan kedua tangan ke punggungku dan mengelusnya.
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
Aku mengamit kedua tangannya dari punggungku dan mengecupnya sebelum mengecup dahinya, "Aku ga mau ganggu. Lanjutin kerjaan kamu."
Aku mengambil handphone milikku yang tergeletak di meja kerja dan kembali ke tempat tidur. Kurasa akan lebih baik jika aku membiarkannya bekerja tanpa gangguan. Pertanyaanku bisa menunggu jawabannya esok hari.
Astro masih menatapku hingga aku berbaring kembali, tapi aku akan mengabaikannya. Aku menyalakan handphone dan deretan pemberitahuan masuk secara bersamaan. Aku sudah membalas pesan semua orang sejak Ibu mengizinkanku mengecek semua akun sosial media kemarin, tapi masih banyak yang begitu penasaran dengan kenapa aku memutuskan untuk menikah tiba-tiba.
Entah apakah aku sudah terbiasa, tapi pertanyaan mereka sudah tak menggangguku seperti saat pertama kali isu skandal Astro mencuat. Aku juga merasa lebih siap menjawab semua pertanyaan yang datang. Apakah ini yang dimaksud Astro dengan lebih berkonsentrasi?
Satu pemberitahuan pesan baru dari Mayang muncul di handphone-ku.
Mayang : Kamu belum tidur?
Aku : Aku baru bangun. Kamu belum tidur?
Mayang : Aku abis nemenin Denada ngobrol. Dia baru aja tidur, tapi sekarang aku yang ga bisa tidur
Aku melirik jam di sudut handphone, pukul 00.26. Perbedaan waktuku dengan Adelaide (kota tempat Petra berkuliah) adalah dua setengah jam, yang berarti di sana sudah hampir pagi.
Aku : Kamu jadi pulang hari ini?
Aku bertanya karena Mayang membatalkan kepulangannya kemarin karena Denada masih belum ingin meninggalkan Petra.
Mayang : Harus jadi. Kita ga bisa lama-lama di sini. Ini hari terakhir. Denada mau pulang atau ga, aku akan tetep paksa dia pulang
Aku menghela napas. Aku bisa memahami perasaan Denada yang tak ingin berjauhan dengan Petra, tapi menahan diri tetap di sana bukanlah pilihan yang bijak. Mamanya pasti mengkhawatirkannya.
Aku : Denada cerita apa aja?
Mayang : Dia hampir ke hotel sama Petra, tapi katanya ada orang yang tiba-tiba ngaku jadi kenalannya. Petra ngamuk dan langsung nganter Denada balik
Aku : Kenalan Denada?
Mayang : Iya. Denada frustrasi jelasin ke Petra karena dia ga kenal orang itu, tapi Petra udah keburu bad mood
Aku : Laki-laki?
Mayang : Tadi Denada bilang perempuan. Ngakunya sih kenalan mamanya. Aneh banget ga sih? Tapi bagus sih mereka jadi batal ke hotel
Sesaat lalu, kupikir itu adalah Eboth, tapi jika kenalan yang disebutkan Mayang itu memang benar kenalan Mama Denada, kurasa Denada beruntung sekali. Untuk apa dia ke hotel jika bukan untuk melakukan hal yang ...
Aku : Denada bilang mau ngapain ke hotel?
Mayang : Mereka mau ML, tapi bagus ga jadi
Terasa seperti ada batu jatuh ke dasar perutku yang membuatku merasa mual. Entah sudah berapa kali aku dan Astro melakukannya, tapi membayangkan Denada melakukannya sebelum menikah ..., apa yang baru saja kupikirkan?
Aku : Denada belum pernah kan? Maksudku, waktu itu dia bilang belum pernah
Mayang membaca pesanku lama sekali sebelum membalasnya. Kurasa aku baru saja mendapat firasat buruk.
Mayang : Inget waktu aku bilang Denada mabuk? Dia hampir ML, tapi muntah dan ga jadi. Aku ga tau apa dia pernah nyoba lagi. Dia ga cerita apa-apa lagi. Tadi dia cuma bilang Petra ngajakin ML, tapi untung ga jadi
Kepalaku mulai berdenyut mengganggu.
Aku : Kalian pulang jam berapa nanti?
Mayang : Take off jam 09.45 waktu sini
Aku : Hati-hati ya. Tolong jangan biarin Denada ketemu Petra berdua dulu, bisa?
Mayang : Aku ga bisa janji, tapi aku coba
Aku : Thank you, May
Mayang : You don't have to (Ga perlu makasih). Denada sahabatku juga. Aku ga suka liat dia begini
Aku : Aku minta maaf karena ga bisa ikut nemenin kalian. Aku sama sekali ga tau kalau nikahku dipercepat
Mayang : Jangan minta maaf. Astro percepat waktu nikah buat kebaikan kamu. You deserve it (Kamu pantes dapetin itu), Faza
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-