Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Minta



Minta

3Teana membuka pintu kamar tiba-tiba dan menggeleng saat melihat Astro sedang membantuku mengeringkan rambut dengan hair dryer. Dia masuk dan duduk di tempat tidur dengan tatapan tak percaya, "Serius? Ini jam berapa coba?"     

Aku tahu apa yang Teana maksudkan. Aku bisa merasakan suhu telingaku berubah lebih hangat dan sepertinya wajahku memerah.     

"Makanya nikah sana." ujar Astro yang masih sibuk membantuku mengeringkan rambut seolah Teana tak ada di sekitar kami.     

"Aku ga mau nikah buru-buru kayak kalian. Aku mau nikmatin masa muda dulu."     

"Lebih seru berdua. Ya kan, Honey?" ujar Astro sambil mengecup bibirku.     

Aku memberinya tatapan tajam. Yang benar saja? Dia baru saja menciumku di depan Teana.     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Rambut kamu udah kering. Mau aku bantu kepang?"     

"Ga usah." ujarku sambil bangkit dari kursi, tapi Astro menahan lenganku.     

"Mau ke mana? Rambutku masih basah."     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

Aku mengambil hair dryer dari tangannya dan membantunya mengeringkan rambut. Aku menoleh untuk menatap Teana, sepertinya dia terlihat biasa saja melihat tingkah kami, "Kenapa ga pernah bilang kamu punya kembaran?"     

"Dia ga suka ketemu orang baru. Berkali-kali kamu ke rumah ga ketemu dia kan? Dia selalu ngurung diri di kamar. Aku aja hampir lupa kalau aku punya saudara."     

Saudara kembar macam apa yang hampir melupakan saudaranya sendiri? Aku benar-benar tak mengerti karena aku masih mengingat Fara dan Danar dengan jelas walau mereka sudah tiada, tapi aku tak akan mendebatnya.     

Apakah mungkin karena Teana hampir lupa jika dia memiliki saudara, yang membuatnya tak terlihat bahwa dia mungkin memilikinya? Dia memang selalu terlihat seperti anak tunggal. Pembawaan dirinya sama seperti cara Astro membawa diri. Khas anak tunggal.     

"Kamu nginep kan?" aku bertanya.     

Teana mengangguk, "Aku jadi bodyguard kamu besok."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku sudah memiliki Lyra dan Rommy. Aku bisa membayangkan bagaimana Teana akan menjadi bodyguard tambahan bagiku.     

"Aku ga bercanda, Faza. Aku jadi bodyguard kamu besok. Zenatta bukan perempuan sembarangan." ujar Teana dengan raut wajah serius. Aku tahu Zenatta bukanlah perempuan sembarangan sejak percakapanku dengan Mayang semalam. Aku hanya tak mengharapkan siapapun menyebutnya seperti itu.     

"Kamu pernah ketemu Zenatta?"     

"Pernah? Aku belajar piano bareng dia satu tahun sebelum dia pindah ke Aussie. Aku sama sekali ga tau dia siapa kalau bukan karena kasus Astro kemarin. Untung mulutku ga ember, jadi dia ga dapet informasi apa-apa dariku, tapi kamu harus tau dia pinter banget bujuk orang lain ngikutin kemauannya."     

Penjabaran Teana tepat sekali seperti ucapan Mayang tentang Zenatta semalam. Aku tahu betapa mengerikannya orang yang lihai membujuk orang lain karena aku mengenal satu orang yang sekarang duduk di hadapanku.     

"Keberatan kalau kita bikin strategi baru? Ga akan ngerusak strategi Opa yang kemarin, tapi mungkin akan banyak bantu kita besok." ujarku sambil mematikan hair dryer dan meletakkannya di meja. Rambut Astro sudah kering sekarang.     

Astro mengamit tanganku dan mengecupnya, "Kamu punya strategi apa, Honey?"     

Aku memberi isyarat pada Teana untuk mendekat. Dia menuruti permintaanku dan duduk di meja kerja. Aku mengambil selembar kertas kosong dan membuat sketsa denah kasar.     

"Harusnya kamu di sini kan?" aku bertanya pada Teana sambil menunjuk ke area berkumpul keluarga.     

Teana mengangguk, "Semua keluarga ada di situ kan?"     

"Iya, tapi dari posisi kamu duduk kamu bisa liat ke semua titik."     

"Tapi ada Jian di sebelahku yang bisa liat semua view. Dia yang ngatur semua pergerakan."     

"Aku tau, tapi kamu bodyguard-ku besok. Kita bisa kasih beberapa kode yang cuma kita yang tau."     

Kemudian aku membahas beberapa kemungkinan dan kode yang bisa kami gunakan saat situasi memungkinkan. Aku sudah mendapat informasi dari Ayah bahwa seluruh keluarganya ternyata memiliki dasar bela diri yang baik, tak terkecuali Teana. Itu sebabnya aku tak terkejut saat Teana berkata dia yang akan menjagaku secara personal.     

Teana dan Astro saling bertatapan, lalu mengangguk setuju. Sepertinya mengantisipasi segala kemungkinan akan jauh lebih baik.     

"Kamu nevous?" Teana bertanya padaku.     

"Sekarang ga. Aku cuma pernah ketemu dia sekali, tapi kalau yang kamu bilang tadi bener, aku emang harus waspada."     

"Kalau dia peluk kamu besok, kamu pura-pura aja ga denger dan ajak aku ngobrol. Aku khawatir dia naruh entah apa buat bikin kamu pingsan." ujar Astro.     

Kupikir Astro terlalu berpikir berlebihan, tapi aku akan menurutinya. Aku pun tak akan memeluk seseorang tak tak begitu kukenal walau hanya demi sopan santun.     

"Tunggu di sini." ujar Astro yang segera bangkit dan berjalan menghampiri lemari. Dia mengambil sebuah kotak dan kembali duduk. "Aku minta Revi bikin ini buat kamu."     

Astro membuka kotaknya dan mengeluarkan sepasang sarung tangan sepanjang lengan yang terlihat persis seperti kulit. Aku tak akan menyadarinya sebagai sebuah sarung tangan andai ada seseorang yang memakainya.     

"Ini bahan kulit sintetis kualitas super." ujar Astro sambil memakaikan sarung tangan itu di tanganku. Pas sekali.     

Tiba-tiba aku mengingat jaket AT Project yang Revi beri padaku dua tahun lalu. Jaket itu sekarang terlipat rapi di lemariku. Jaket yang bagus sekali, sama seperti sarung tangan yang melekat di tanganku sekarang.     

"Aku ga tau Zenatta bakal ngasih apa ke kamu, tapi aku ga mau ambil resiko dia naruh apapun yang mungkin bikin kamu sakit." ujar Astro.     

Aku masih meneliti tanganku yang terlihat seperti tanganku yang biasanya. Sarung tangan ini bahkan memiliki sidik jari tiruan.     

"Bikin benda semacem ini bukannya ilegal?" Teana bertanya.     

Aku menoleh pada Teana yang sedang memperhatikan kedua tanganku. Sepertinya aku mengerti maksud pertanyaannya. Jika benda seperti ini beredar luas dan dipakai oleh orang jahat, entah bagaimana efek yang terjadi.     

"Itu sebabnya cuma dibikin dua pasang." ujar Astro.     

"Dua?" aku bertanya.     

"Satunya buatku." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku baru saja menyadari pembuatan sarung tangan ini adalah idenya. Tak mengherankan aku hampir selalu kalah darinya. Selain karena dia begitu pintar, dia juga selalu bisa mengantisipasi segala kemungkinan yang mungkin saja terjadi.     

"Aku mau satu." ujar Teana tiba-tiba.     

"Berani bayar berapa?" Astro bertanya.     

"Kamu minta berapa?"     

"Setengah milyar?"     

"Serius, Astro." ujar Teana dengan tatapan tak percaya.     

"Aku serius."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.