Kenal
Kenal
Aku baru saja akan menyandarkan punggung ke sofa ruang tamu saat Astro meraih pinggang dan memelukku. Aku baru saja akan memprotesnya saat satu kecupan mendarat di bibirku.
Aku tahu tak ada seorang pun di sekitar kami karena orang tuanya ada di lantai dua dan Teana baru saja menghilang ke arah dapur, tapi mengecup bibirku setiap saat membuatku merasa jengah. Siapa saja bisa saja muncul saat dia melakukannya.
"Aku malu kalau diliat orang, kamu tau?"
"Aku tau. Aku kan sengaja." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
Aku mencubit pinggangnya, tapi dia tertawa. Aku baru saja akan protes saat melihat Ibu datang menghampiri kami.
"Kalau ayah liat pasti langsung disuruh ke kamar." ujar Ibu sambil tersenyum.
"Anak Ibu iseng banget." ujarku.
"Sini Ibu bantu kitikin." ujar Ibu sambil duduk di sebelah Astro dan menggelitiki pinggangnya.
"Ampun, Bu. Udah. Hahaha ... iya, maaf." ujar Astro yang kegelian.
Ibu memeluk dan mengecup dahi Astro, "Udah jadi suami masih iseng aja ya?"
Astro tertawa, "Abis Faza gemesin."
Aku memberi Astro tatapan sebal. Aku baru saja akan mencubit pipinya saat Ayah menghampiri kami dan membuatku membatalkan niatku.
"Masih bisa ketawa kalian ya? Ga inget besok ada apa?" ujar Ayah.
"Inget, Yah. Semuanya kan udah siap. Santai dulu boleh kan?" Astro bertanya.
Ayah memberinya tatapan tajam, "Anak ini ... besok hari penting. Kalian harus istirahat malem ini."
Aku hanya mengangguk karena aku tahu maksud Ayah mengatakannya. Aku bisa melihat Astro sedang mengangguk walau enggan dari sudut mataku.
"Kalau kalian udah cukup umur, Ayah bisa kasih kalian satu pistol. Sayangnya masih belum bisa, jadi jaga diri kalian baik-baik."
Teana datang dengan satu nampan berisi teko, cangkir dan setoples marshmallow, "Aku dapet kan, Om?"
"Kamu udah dapet lisensi kan?"
Teana mengangguk sambil meletakkan nampan di meja dan menuang coklat panas ke masing-masing cangkir, "Aku belajar bikin coklat panas dari kak Ray. Kalian harus cobain."
Aku tersenyum pada Teana. Dia selalu merasa kurang percaya diri saat berhadapan dengan kompor. Kupikir sebuah langkah bagus saat dia tergerak mencoba membuat coklat panas. Mungkin nanti aku akan mengajarinya cara membuat cake buah yang sangat dia sukai. Aku mengambil cangkir yang Teana letakkan di hadapanku dan menyodorkannya ke mulut Astro.
Astro meneguk beberapa tegukan dan wajahnya berekspresi aneh, "Lumayan sih, tapi lebih enak bikinanku. Kamu terlalu banyak ngasih coklat bubuk jadi pahit."
Teana memberi Astro tatapan sebal, "Aku ga butuh komentar kamu."
Sepertinya aku tahu kenapa Teana merasa kesal pada Astro sejak percakapan kami di kamar. Astro memintanya menyiapkan setengah milyar jika dia menginginkan sarung tangan yang sama seperti milik kami dan Astro sama sekali tak berniat menurunkan harga. Walau sebetulnya aku tak yakin harga sepasang sarung tangan berharga semahal itu.
"Enak ga, Za?" Teana bertanya padaku saat aku meneguk beberapa tegukan coklat panas buatannya.
"Enak kok buat yang baru belajar."
Astro menatapku dengan tatapan menyelidik. Aku akan mengabaikannya. Aku harus mengakui pendapat Astro sesaat lalu adalah benar, tapi aku akan memberi Teana dukungan karena sudah berani mencoba hal baru.
"Besok bangun pagi sesuai rencana. Agenda kita malam ini cuma istirahat. Ngerti kalian?" ujar Ayah setelah meneguk beberapa tegukan dan meletakkan cangkirnya ke meja. Tatapan matanya mengarah padaku dan Astro.
"Ngerti, Yah." ujar Astro dengan tatapan tenang.
Entah apakah aku yang masih asing dengan situasi yang mulai tegang, tapi kurasa diam akan menjadi pilihan untukku. Setidaknya aku tak ingin membuat diriku sendiri merasa panik.
Aku akan mempercayakan strategi pada Opa dan pelaksanaannya pada semua orang yang terlibat. Aku sudah melihat sebaik apa pertahanan tubuh Astro. Kuharap Teana dan Ray memiliki pertahanan tubuh yang sama. Akulah yang sepertinya paling lemah di antara semuanya, yang membuatku merasa menyesal karena tak menghabiskan waktu untuk lebih banyak berlatih bela diri selama ini.
"Ayah dapet kabar mungkin Zenatta besok dateng sama sepupu jauhnya. Namanya Gerard."
Tiba-tiba tengkukku terasa dingin. Seperti baru saja terkena guyuran air es.
"Siapa, Yah?" aku bertanya karena aku berharap baru saja salah mendengar.
"Gerard. Faza kenal?"
"Anaknya Om Hubert?"
"Iya, itu dia."
Tatapan semua orang terpaku padaku. Sedangkan aku hanya mampu menoleh untuk menatap Astro. Kurasa aku baru saja merasakan firasat buruk.
Aku sudah meminta Kyle untuk mencari tahu tentangnya, tapi Kyle berkata baru akan membahasnya setelah aku pulang. Mungkin saat ini dia sedang sibuk dengan semua arahan dari Opa untuknya. Haruskah aku memintanya datang padaku besok pagi untuk menjelaskan?
"Faza ketemu dia di mana, Sayang?" Ibu bertanya setelah keheningan sesaat lalu.
"Di galeri Om Hanum. Ketemunya ga sengaja. Dia yang minta kenalan, tapi Faza ngenalin diri pakai nama Zia."
Aku baru saja mengingat, saat itu Pak Deri bersamaku. Mungkinkah Pak Deri tak menceritakannya pada Astro?
"Pak Deri ga nyebut apa-apa soal laki-laki yang ngajak aku kenalan?" aku bertanya pada Astro.
"Pak Deri cuma bilang rambutnya dicat dongker, tapi ga nyebut nama." ujar Astro.
"Harusnya dia kenal kalau kamu Faza kan? Maksudku, foto kamu ada di portal berita online sekarang." ujar Teana.
Aku hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. Aku benar-benar tak tahu bagaimana harus menghadapi situasi ini. Aku memang pernah menduga Om Hubert dan Gerard bukanlah tipe yang suka membaca atau melihat berita di internet. Kemungkinan mereka tidak mengenaliku karena mereka tak menyinggung apapun tentang Astro atau isu skandal yang sedang dia hadapi. Namun sekarang, aku ragu dengan dugaanku itu.
"Aku harus telpon Kyle." ujarku sambil bangkit dan bergegas menuju kamar Astro untuk mengambil handphone.
Terdengar suara langkah kaki Astro mengikutiku. Aku menoleh padanya saat akan membuka pintu kamar. Dia mengikutiku masuk.
"Aku pernah minta Kyle cari tau soal Gerard, tapi dia baru mau bahas kalau aku pulang. Waktu ngomong sama aku, tatapan matanya ga biasanya begitu." ujarku sambil berjalan ke meja kerja dan mengamit handphone-ku.
"Kyle pasti sibuk sekarang."
"Tapi dia bisa kirim temuannya lewat email atau chat. Informasi apapun akan banyak bantu kita sekarang."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-