Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Take off



Take off

1Tidurku gelisah walau Astro memelukku erat sepanjang malam seperti biasanya. Terasa seperti ada yang menggangguku padahal tak ada seorang pun yang mengganggu. Aku membuka mata dengan kepala berdenyut dan terasa berat. Astro sudah tak ada di sisiku, hanya ada aku dengan tubuh berselimut.     

Aku melirik jam di dinding, pukul 09.52. Aku memaksa tubuhku bangkit. Tak seharusnya aku bangun di jam seperti ini. Terlebih ini adalah rumah mertuaku, bukan rumah Opa.     

Aku bergegas mandi dan keluar kamar. Tak ada seorang pun di sofa lantai dua. Langkah kakiku menuruni tangga dengan cepat menuju dapur dan menemukan Mbok Lela sedang membantu Astro menata meja makan.     

"Mbak Faza udah bangun?" sapa Mbok Lela, yang membuat Astro menoleh padaku.     

"Udah, Mbok. Sini Faza bantu. Ayah sama Ibu belum bangun?"     

"Udah berangkat lebih tepatnya, Honey." ujar Astro.     

"Meeting lagi?" aku bertanya sambil membantu menaruh piring ke meja makan.     

"Ke rumah kakek." ujar Astro sambil membawa semangkuk besar rawon yang harum sekali. Dia menaruh mangkuk itu di tengah meja makan dan berlalu ke kitchen set untuk mengambil setoples kerupuk. Dia kembali lagi sesaat setelahnya dan mengecup dahiku sebelum duduk di sisiku, "Makan yuk. Laper kan?"     

Aku mengangguk dan membantunya mengambil nasi. Aku baru saja akan bertanya apakah Ayah dan Ibu selalu melewatkan sarapan sebelum berangkat pada Mbok Lela, tapi Mbok Lela sudah berbelok dan menghilang ke arah ruang tamu.     

"Kenapa?" Astro bertanya sambil mengelus puncak kepalaku.     

"Ayah sama Ibu ga sarapan di rumah ya?"     

"Tadi sarapan pakai nasi goreng bikinan mbok Lela. Kamu mau nasi goreng? Masih ada kalau mau."     

Aku menggeleng dan tersenyum, "Kan kamu bikin rawon. Bikin spesial buat aku kan?"     

Astro mengecup bibirku dan baru saja akan mencumbuku saat aku mendorongnya menjauh.     

"Malu, ih, ada Mbok Lela."     

"Mbok Lela katanya mau pulang. Nanti sore balik lagi." ujarnya sambil menarikku mendekat padanya dan mencumbuku lembut selama beberapa saat sebelum melepasku. Bibirnya meninggalkan rasa manis di bibirku yang menjadi candu sejak kami menikah. "I love you, Honey."     

"Kamu nyebelin."     

Astro tertawa, "Ternyata susah ya ga bikin kamu sebel sama aku."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku memang memintanya untuk tak bersikap menyebalkan jika kami sudah menikah, tapi sepertinya Astro tanpa sikapnya yang menyebalkan memang terasa bukan dirinya.     

"Feeling better?"     

Aku menggumam mengiyakan. Sepertinya dia menyadari semalam tidurku gelisah. Bercanda dengannya memang membuat suasana hatiku membaik.     

"Kita makan dulu ya. Kita harus siapin semua keperluan resepsi besok."     

Aku mengangguk dan membantunya mengambil seporsi rawon di mangkuk terpisah. Aroma rawon buatannya membuat perutku lapar. Kami makan dalam diam sambil sesekali saling menyuapi, lalu saling membantu membereskan perkakas bekas makan dan mencuci piring bersama.     

Dia baru saja mengelap tangan yang basah dengan handuk saat aku meraih ujung kaos yang dia pakai. Dia menoleh padaku dan aku memeluk pinggangnya erat.     

"Dasar manja." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku ingin memberinya tatapan sebal, tapi justru tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku membenamkan wajah di dadanya. Pelukannya terasa hangat dan nyaman, seperti yang selalu kuingat.     

Entah apakah karena kami masih pengantin baru, tapi aku akan terus bersikap seperti ini padanya sampai tua. Aku tak akan keberatan walau dia akan selalu menyebutku manja.     

Astro mengecup bibirku, "Kamu jadi mau telpon Eboth?"     

Aku mengangguk dan balas mengecup bibirnya. Sebetulnya aku masih ingin berlama-lama seperti ini, tapi terasa aneh karena kami berada di dapur dan ini adalah rumahnya. Aku merasa siapa saja bisa muncul kapan saja.     

Astro mengamit tanganku dan mengajakku ke kamarnya. Dia baru melepasku saat aku duduk di kursi yang semalam dia pindahkan, lalu mengambil handphone cadangan pemberian Om Ganesh beberapa bulan lalu dan duduk di sisiku. Dia mengetik entah apa dan menyodorkan handphone yang telah diatur dengan mode speaker padaku.     

"Siang, Bos." suara berat Eboth terdengar dari sambungan telepon.     

"Istriku mau tau kabar sahabatnya. Bisa kasih laporan?"     

"Dua hari lalu Denada hampir making love sama pacarnya setelah dari club, tapi saya bayar staf club buat gangguin. Kemarin juga Denada hampir masuk hotel, tapi saya minta Aisley nyamar jadi kenalan keluarganya buat batalin rencana mereka. Saya buntutin mereka setelah dari hotel, tapi Denada langsung dianter pulang ke hotel tempat nginep sama Mayang. Sejauh ini Denada selalu aman sama Mayang. Mereka berdua udah take off tadi pagi."     

"Ga ada kejadian lain?"     

"Ga ada, Bos. Denada sama pacarnya biasa jalan-jalan di pantai, taman, dan club. Cuma dua kejadian itu yang saya gagalin. Sejauh ini ga ada kejadian lain."     

Ada kelegaan menjalari dadaku. Entah bagaimana, tapi ada sesuatu yang terasa mengalir sejuk di aliran darahku. Jika dugaanku benar, Denada masih perawan sampai sekarang.     

"Thank you udah jagain sahabatku." ujarku.     

"Sama-sama, Nyonya."     

Astro hampir saja tertawa andai aku tak memberinya tatapan tajam. Dia tahu aku tak suka dipanggil seperti itu.     

"Ada yang lain yang bisa saya bantu?"     

"Itu aja" ujarku.     

"Baik. Sampai ketemu besok, Bos, Nyonya."     

Sambungan telepon terputus begitu saja. Astro menaruh handphone di meja dan kembali menatapku. Aku tahu dia sedang menahan tawa.     

"Nyebelin!" ujarku. Astro justru tertawa puas sekali. Aku terus memberinya tatapan sebal sambil menunggunya selesai memuaskan tawanya.     

"Kan aku udah bilang, kamu suka atau ga, kamu pasti dipanggil 'Nyonya'." ujarnya setelah menyelesaikan tawa.     

Aku tahu dia benar. Aku hanya tidak menyukainya. Terasa aneh sekali bagiku dipanggil "Nyonya" di usiaku saat ini.     

"Nyonya Astro." ujarnya sambil mengecup bibirku.     

"Nyebelin!"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Aku akan tetep panggil kamu, Honey. Jadi jangan cemberut."     

"Besok di resepsi aku bilang sama semua orang jangan manggil aku 'Nyonya'."     

Astro tertawa, "Coba aja kalau kamu udah siap dianggep aneh."     

Dia benar. Uugh, ini menyebalkan sekali.     

Astro bangkit dari duduknya dan mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya, yang membuatku terkejut dan refleks memeluk bahunya agar tak terjatuh, "Satu sesi sebelum Teana dateng. Jangan protes atau aku tambah jadi dua sesi."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.