Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Salah Paham



Salah Paham

0Aku memeluknya lebih erat dan membenamkan wajah di dadanya. Aku ingin seperti ini sebentar lagi sebelum menuruti keinginannya untuk makan dan mandi, "Kalau keluarga Zenatta nanti dipenjara, pasti semua orang bingung kan?"     

"Kakek udah punya skenario buat itu. Kamu ga perlu khawatir." ujarnya sambil melepas aksesoris yang terpasang di rambutku.     

"Donny gimana?"     

"Risiko dia kenapa ada di sana, tapi keluarganya pasti belain dia abis-abisan. Dia kan pewaris usaha keluarga satu-satunya."     

Aku mendongak untuk menatapnya, "Zen?"     

Astro menatapku tajam, "Ada suami kamu di sini dan kamu masih mikirin Zen?"     

Aah laki-laki ini benar-benar ....     

"Kamu tau maksudku bukan begitu. Zen bantu kita tadi. Dia pasti aman kan? Keluarga Donny ga mungkin nuntut dia kan?"     

Tatapan Astro berubah menjadi serius dalam sekejap, "Lebih tepatnya bantu kamu, Honey. Aku yakin dia masih suka sama kamu."     

Aku menatapnya dalam diam. Naif sekali jika aku berkata aku tak memikirkan hal yang sama. Aku hanya ingin membuat hatiku lebih tenang andai aku tahu Zen akan baik-baik saja. Mungkinkah Opa akan membantu Zen andai saja dia mendapatkan masalah dengan keluarga Donny?     

Namun sepertinya aku tak bisa mengharapkan hal itu. Saat Astro memiliki masalah perusakan resort pun Opa tak menawarkan bantuan. Aku masih berpikir Opa tak menawarkan bantuan karena ada dugaan keterlibatan Abidzar Pranoto, yang adalah anak dari seseorang yang membunuh calon anak Opa.     

"Aku ke kamar Teana sebentar. Kamu makan duluan." ujarnya sambil melepas pelukannya dan beranjak turun dari tempat tidur. Dia mengambil nampan berisi makanan dari meja dan menaruhnya di sebelahku hingga membuatku terpaksa duduk. Dia mengecup dahiku sebelum keluar kamar dan menutup pintu.     

Aku menatap makanan di hadapanku dengan enggan. Mungkin akan lebih baik jika aku menunggunya kembali untuk makan bersama.     

Aku beranjak turun dari tempat tidur dan menghampiri jendela yang tertutup gorden. Aku menggeser gordennya sedikit agar bisa menatap keluar. Di luar sana gelap sekali. Hanya ada cahaya bulan dengan kumpulan awan gelap yang menggantung tak bergerak. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.     

Aku menatapi deretan pohon karet di tengah kegelapan yang tak terlihat menyeramkan. Aku lebih merasa takut pada diriku sendiri. Andai saja tadi aku melepaskan tembakan entah pada siapa, mungkin aku tak akan mampu mengendalikan diri sebaik Astro mengendalikan dirinya. Mungkin Astro benar saat berkata aku hanya membutuhkan lebih banyak latihan. Aku merasa, entah kapan, aku akan menggunakan pistol hadih Kyle lagi suatu hari nanti.     

Aku menatap pantulan diriku sendiri di jendela. Sepertinya Mami Kalila mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Riasan hasil karyanya masih terlihat sempurna walau hari ini buruk sekali.     

Aku mendengar suara pintu terbuka dan menoleh. Astro masuk dengan membawa sebotol make up remover, sebotol susu pembersih, sebotol minyak zaitun, tisu basah, tisu kering, juga sekantong kapas.     

"Kenapa belum makan?"     

"Nunggu kamu. Ga enak makan sendirian." ujarku sambil menutup gorden dan kembali duduk di tempat tidur.     

Astro tersenyum tipis dan duduk di sisiku, "Ngerti kan sekarang kenapa aku sering telat makan? Sini bersihin make up kamu dulu."     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi memejamkan mata setelahnya. Aku akan membiarkannya membantuku membersihkan wajah.     

"Dasar manja." ujarnya sambil mengecup bibirku.     

Aku tak mampu mengembunyikan senyum di bibirku, "Kamu kan suka aku manja, jadi ga usah protes."     

Astro menyentil dahiku pelan dan mulai membersihkan wajahku. Kemudian hening di antara kami. Sensasi dingin dan segar dari setiap usapannya di wajahku membuatku mengantuk.     

"Kita mungkin akan punya masalah sama keluarga Donny nanti. Om Hubert juga ga akan diem kalau tau keluarganya kena masalah. Kamu harus siap-siap." ujarnya tiba-tiba dengan tangan terus bergerak membersihkan wajahku.     

Aku menghela napas. Aku baru mengingat Om Hubert adalah teman kolektor Om Hanum. Dengan aku yang akan menjadi pengurus galeri di Surabaya, aku baru saja mendapatkan firasat mungkin kami akan saling berpapasan.     

"Kita harus bahas banyak hal kalau udah pulang ke apartemen, Honey. Sekarang jangan mikir apa-apa dulu. Kamu harus istirahat."     

"Besok bisa ke rumah Opa dulu?"     

Astro menghentikan gerakan tangannya, "Tapi cuma sebentar sebelum kita ke bandara."     

Aku mengangguk. Saat di perjalanan dari gedung tempat resepsi kami berlangsung tadi aku memang sempat akan menelepon Opa. Namun mungkin akan lebih baik jika kami bisa bertemu muka walau hanya sebentar. Kami mungkin baru bisa pulang dua atau tiga minggu lagi.     

Astro mengecup bibirku. Membuatku membuka mata karena sepertinya dia sudah selesai membersihkan wajahku.     

"Mansion ini diwarisin ke kamu juga?" tiba-tiba saja aku bertanya karena baru mendapatkan pemahaman ini.     

Astro terdiam sebelum bicara, "Kita ga harus tinggal di sini kalau kamu ga mau."     

Aku menatapnya tak percaya, "Jadi bener mansion ini diwarisin ke kamu?"     

"Ujung tombak itu tanggung jawabku, jadi mansion ini juga tanggung jawabku. Keluarga tante Lusi tinggal di sini karena ada kakek. Mungkin kalau kakek udah ga ada, mereka lebih milih pindah."     

"Tapi rumah sakit itu punya tante kan?"     

Astro mengangguk, "Kamu bisa ketemu Zen sama Donny besok pagi kalau mau."     

"Mereka di sana?"     

Astro hanya menggumam mengiyakan dan menatapku lekat. Sepertinya dia pasti masih merasa cemburu pada Zen.     

Aku meraih kedua tangannya dan menggenggamnya erat, "I'm yours, Honey. Aku cuma nganggep Zen sahabatku. Ga adil rasanya kalau ga bilang makasih ke dia. Dia udah banyak bantu."     

"Aku tau. Aku cuma ga suka kamu deket-deket dia."     

Aku menghela napas, "Gimana kalau aku bantu kamu selesaiin masalah kalian besok?"     

"Aku ga pernah punya masalah sama dia."     

Aku menghela napas. Bagaimana mungkin aku percaya tak ada masalah apapun di antara mereka setelah segala hal yang terjadi di antara kami?     

"Okay. Gimana kalau aku bantu kamu lurusin salah paham kalian? Kamu udah liat sendiri dampak salah paham di keluarga kamu yang bertahan lebih dari seratus tahun. Aku ga mau ada salah paham lain."     

Astro menatapku lekat, "Kamu bisa liat inti masalah keluargaku cuma dalam waktu beberapa jam. Sedangkan kakek butuh waktu berbulan-bulan. Kamu jenius, kamu tau?"     

"Yang jenius itu kamu. Aku selalu susah ngalahin kamu dari dulu."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Kamu selalu kalah karena kebanyakan galau."     

"Kan kamu yang bilang wajar kalau aku sering galau karena aku perempuan."     

"Iya, untung kamu perempuan. Kalau kamu laki-laki, aku yang pasti kesusahan ngalahin kamu. Mungkin aku akan anggep kamu jadi adikku kayak kakek sama opa."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.