Sup Ayam
Sup Ayam
"Nyonya Astro ga boleh bangun kesiangan kalau ga mau rejekinya diambil orang lain." ujar sebuah suara, disusul dengan sebuah kecupan di bibirku sesaat setelahnya.
Aku tahu aku sedang tersenyum padahal aku merasa sedikit kesal karena dipanggil "Nyonya", tapi mataku terasa berat sekali walau hanya sekedar terbuka.
"Mau lagi?" dia bertanya sambil mengelus bahuku perlahan.
Aku hanya menggumam malas sambil meraih lengannya dan memeluknya. Lalu merayap mencari perutnya tanpa membuka mata dan memeluk pinggangnya dengan erat. Tubuhnya terasa hangat, seperti yang selalu kuingat.
"Ini udah jam sembilan lewat, kamu tau? Anak-anak workshop nyariin kamu. Mereka kira kamu sakit." ujarnya sambil mengelus rambutku.
Aku memaksa mataku terbuka. Aku sedang berbaring di perut Astro yang setengah telanjang.
Aah aku telanjang....
Aku memaksa tubuhku duduk sambil menarik selimut untuk menutupi apapun yang bisa kututupi. Sial ... kepalaku terasa berputar hingga aku merebahkan tubuhku kembali ke perut Astro.
"Kamu bilang ini jam berapa?" aku bertanya sambil meraih kepalaku yang terasa berdenyut.
"Udah jam sembilan lewat, Honey." ujarnya sambil duduk dan meletakkan kepalaku di pangkuannya
Aku berusaha mengubah posisi berbaringku untuk menatapnya. Suamiku tampan sekali.
Aku tersenyum manis, "Pagi, Honey."
Astro menatapku tak percaya dan mencubit pipiku pelan sebelum melepasnya. Tatapannya padaku terlihat lembut, tapi mengintimidasi. Terasa akan bisa membuatku menuruti apapun yang dia minta.
"Ga mau kasih aku pelukan selamat pagi?" aku bertanya dengan tatapan sebal.
"Ga mau. Kamu bau." ujarnya sambil menyentil dahiku, tapi ada senyum menggodanya yang biasa terkembang di bibirnya.
"Kan bau kamu. Dasar Tuan Mesum." ujarku sambil mencubit kedua pipinya.
Astro tertawa puas sekali dan aku menatapnya dalam diam sambil menikmati ekspresinya yang lepas. Aku mengelus wajahnya sebelum memaksa tubuhku bangkit dan mengecup bibirnya, lalu merebahkan kepalaku ke pangkuannya lagi. Kepalaku masih terasa berdenyut mengganggu.
Sebetulnya aku ingat semalam dia membantuku membersihkan tubuhku sebelum aku tertidur karena kelelahan. Aku bahkan mengingat kalimat terakhirnya sebelum aku memejamkan mata. Dia berkata tak akan membiarkanku disentuh laki-laki lain selain dirinya.
"Kamu ijin ga ke kampus hari ini?" aku bertanya sambil terus mengelus wajahnya.
Astro menggumam mengiyakan dan mengelus rambut di ujung dahiku, "Kalau aku ke kampus yang ngurusin kamu siapa?"
Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Entah kenapa rasanya menyenangkan mengetahui dia sengaja meminta izin tak datang ke kampus untuk menemaniku. Aku menurunkan tanganku dan menggeser tubuhku, lalu menyingkap kaos yang dia pakai dan membenamkan wajahku di perutnya.
"Kamu harus bangun sekarang. Sarapan dulu." ujarnya sambil mencubit pipiku.
"Mmhh ... nanti dulu. Lima menit." ujarku sambil mengecup perutnya.
"Dasar, nempel terus kayak ulet keket. Kayak gini bikin hukuman ga mau making love."
Aku hampir saja tertawa andai aku tak menahannya. Aku mengecup perut di hadapanku beberapa kali dan mengelusnya. Sexy sekali.
Astro menyentil dahiku kencang, "Dasar Nyonya Mesum."
Aah dia membuatku melepas tawaku....
Aku tak tahu berapa kali kami bercinta semalam, yang kuingat hanya betapa dia melakukannya dengan lembut dan sangat intim. Dia menepati ucapannya untuk tak membuatku atau calon bayinya merasa sakit. Kami baru berhenti saat alarm di handphoneku berbunyi. Namun coba lihat, aku masih tetap bangun terlambat.
"Kamu udah sarapan?" aku bertanya saat dia mengelus punggungku.
"Aku mau sarapan lagi sekarang." ujarnya sambil membungkuk dan mengecup bahuku.
Aah kurasa aku tahu apa maksudnya....
Aku menggeser tubuhku telentang dan menahan tangannya yang hampir menyingkap selimut yang menutup dadaku, lalu mencoba memberi tatapan memelas.
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Nanti malem aku tagih. Sekarang kamu mandi, trus sarapan. Kamu ga perlu kerja. Aku udah bilang anak-anak workshop kamu lagi ada di apartemen karena aku mau kamu istirahat."
Aku mengecup bibirnya dan tersenyum manis, "Thank you."
Astro hanya menggumam mengiyakan, lalu melepas selimut yang menutupi tubuhku dan mengangkat tubuhku ke kamar mandi. Bath tub kami sudah penuh dengan air hangat beraroma lavender.
Aku mengecup tengkuknya sebelum dia menurunkanku ke dalam bath tub dengan hati-hati, "Mau nemenin?"
Astro menggeleng, "Aku udah mandi sebelum masak. Kamu cepetan mandinya. Sarapan kamu ada di meja di samping tempat tidur. Cari aku di studio kalau udah selesai ya. Aku kerja dulu."
Astro mengecup puncak kepalaku dan berjalan menjauh bahkan sebelum aku menjawabnya. Entah kenapa ini terasa menyebalkan. Apakah semalam aku cukup membuatnya melepas hasratnya dengan baik hingga sekarang dia tak lagi menginginkanku?
Aku menghela napas dan memasukkan kepalaku ke dalam air, lalu mengeluarkannya lagi. Aku mandi dengan cepat dan keluar kamar mandi. Lalu menghampiri lemari untuk memakai kaos dan celana panjang.
Aku membiarkan handukku tersampir di bahu sambil menghabiskan sarapanku. Bubur dan sup ayam buatan Astro seenak yang kuingat. Aku baru saja akan menuruni tangga untuk meletakkan nampan berisi piring kotor, saat melihat Astro sedang bekerja dengan serius dari pintu studio. Tiba-tiba aku mengingat sesuatu.
Aku membawa nampan dan meletakkannya di meja di samping laptop, lalu duduk di sebelahnya. Astro mengamit kepalaku dan mengecup dahiku, lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
"Honey."
Astro hanya menoleh dan menggumam.
"Kenapa aku belum baca laporan sidang Zenatta minggu ini?"
Tiba-tiba tatapannya berubah menjadi lebih serius, "Kita bahas itu satu jam lagi ya. Kalau kerjaanku yang ini selesai."
Aah aku mendapatkan firasat buruk....
Aku menatapnya dalam diam untuk meneliti ekspresinya, tapi dia tenang sekali walau raut wajahnya beberapa saat lalu terlihat serius. Dia sedang tidak bercanda, bukan?
Astro mengelus puncak kepalaku, "Kita akan baik-baik aja. Nanti kita bahas ya."
"Kenapa ga kasih liat ke aku sekarang? Aku bisa baca sendiri laporannya."
"Nanti satu jam lagi. Kamu bisa nemenin aku kerja dulu di sini." ujar Astro sambil menepuk pahanya. Sepertinya dia tak akan mengubah pikirannya.
Aku bangkit dan mengangkat nampan berisi piring kotor dari meja, "Aku ke dapur dulu. Kalau aku ga ke sini lagi berarti aku di ruang tamu. Nanti kamu cari aku di sana."
Astro hanya mengangguk dan memperhatikanku keluar dari studio, tapi tatapannya justru membuatku merasa semakin gelisah. Haruskah aku bertanya pada Kyle atau Lyra saja?
Namun mereka pasti berpikir aku mungkin saja sedang bertengkar dengan Astro dan itu bukanlah hal yang kuinginkan. Aku tak ingin mereka memberi laporan seperti itu pada opa dan oma atau kedua orang tua Astro.
Aku meletakkan nampan berisi piring kotor di wastafel dan mencucinya. Lalu beranjak ke ruang tamu sambil mengecek handphone. Aku lupa, aku bisa bertanya pada Teana.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-