Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Menyambut



Menyambut

2Oma memperlihatkan tempat khusus di mana Opa menyimpan semua alat komunikasi, yaitu di bawah kursi yang biasa Opa duduki. Aku tak pernah menyangka kursi itu memiliki tempat penyimpanan sebelumnya dan aku sangat terkejut karena ada dua perangkat handphone dan satu laptop dengan keamanan tinggi, juga sebuah kunci. Entah kunci apa, Oma juga tak mengetahui fungsinya.     

Yang menjadi masalah adalah laptop dan dua perangkat handphone itu dipasangi sandi. Namun tak ada keterangan sandi di berkas hak warisku, Oma pun tak tahu menahu hingga tak bisa membantu. Sepertinya kali ini kami harus menyelesaikannya sendiri hingga kami memutuskan akan membawa semuanya ke Surabaya untuk diselidiki.     

Pak Bruce dan Rilley datang saat kami masih di rumah Oma. Pak Bruce mengaku padaku bahwa dia adalah agen rahasia seperti Kyle, yang ditugaskan untuk membantu pekerjaan mengelola perusahaan toko kain. Dia bahkan mengaku, dia lah yang menghapus data pencarian Bunda selama pencarian setelah rubuhnya jembatan atas perintah dari Opa. Namun sekarang, setelah dia membongkar identitasnya, dia bersedia membantuku untuk mengerjakan apapun.     

Kami kembali ke rumah Ayah dengan membawa banyak barang-barang Oma karena aku memaksa Oma tinggal di sana. Aku tak bisa membiarkan Oma meratapi kepergian Opa di rumah maharnya sendiri. Setidaknya, jika Oma tinggal bersama Ayah dan Ibu, akan ada orang lain yang bisa diajak berbincang jika Oma bosan. Lagi pula, ini hanya sementara sampai Oma mengurus semua berkas kepindahan untuk ikut denganku dan Astro ke negara baru.     

Keluarga Zen baru saja sampai di rumah Astro pukul 14.37. Kami berbincang di ruang tamu, dengan Astro, Oma, Ayah dan Ibu, juga Om Chandra yang menemaniku menemui mereka.     

Aku menatapi Papa Zen yang terasa familiar bagiku, seolah aku sudah mengenalnya, tapi aku yakin tak pernah bertemu dengannya sebelum ini. Namun kacamata yang dipakainya membuatku sedikit ragu.     

"Saya minta maaf karena keluarga saya banyak merepotkan opa beberapa tahun ini. Opa baik sekali mau mengajarkan Zen berbisnis, padahal saya sendiri ga mengijinkan anak-anak saya buat ambil jalur itu." ujar Papa Zen.     

"Ga pa-pa, Opa seneng kok bisa ngajarin Zen macem-macem. Zen udah dianggep anak sendiri." ujar Oma sambil tersenyum. Entah kenapa sepertinya Oma senang karena mereka datang dan ini membuat dadaku terasa sedikit sesak. Seolah sedang melihat Oma menyambut Bunda dan Ayah, juga aku dan adik-adikku bertahun lalu.     

Kak Liana tersenyum padaku walau tak mengatakan apapun. Entah apakah dia ragu, tapi sepertinya dia tak akan mengambil bagian dalam percakapan kami hari ini.     

"Faza pulang ke Surabaya sore ini kan? Mama bawa camilan buat temen di jalan." ujar Mama Zen dengan tatapan sendu padaku sambil menyerahkan sebuah paper bag yang sudah kukenali.     

Aku ingin sekali menolaknya, tapi Astro justru menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Dia menaruh paper bag itu di pangkuanku dengan senyum tipis yang entah kenapa terasa dingin bagiku.     

"Sebetulnya saya ke sini mau bahas tentang proyek pembangunan rumah sakit. Opa pernah minta proyek ini dirahasiakan dari Faza. Apa boleh saya bahas sekarang?" Papa Zen bertanya.     

"Faza udah tau soal proyek itu beberapa bulan lalu. Faza cuma pura-pura ga tau. Tentang pembagian sahamnya juga semuanya udah diurus pengacara, jadi kita kerjain sesuai rencana. Nanti ada orang yang bantu Faza ngurusin itu karena sebentar lagi Faza pindah. Faza akan minta dia hubungi Om." ujarku sambil menaruh paper bag pemberian Mama Zen di meja.     

Papa Zen mengangguk sambil membenahi letak kacamata, "Saya seneng karena Faza udah tau. Saya pikir Faza akan bingung karena Opa punya proyek itu."     

"Apa kita pernah ketemu?" aku menanyakan itu pada akhirnya karena merasa sangat penasaran.     

"Saya ga inget kalau kita pernah ketemu. Mungkin kita pernah papasan?"     

Aku menggeleng dan terdiam. Mungkin kami memang tak pernah bertemu. Mungkin aku hanya merasa familiar dengannya karena wajahnya mirip Kak Liana.     

"Faza bisa kabarin Mama kapan Faza berangkat ke Jerman? Nanti Mama sempetin dateng ke bandara buat nganter." ujar Mama Zen dengan tatapan sendu.     

"Ga perlu repot-repot, Tante, karena kita ikut penerbangan malem. Kalau mau, nanti ketemu di sini aja sebelum kita berangkat." ujar Astro.     

Mama Zen mengangguk pasrah sambil mengamit tangan Zen yang duduk di sisinya tanpa mengucapkan apapun lagi. Sebetulnya aku tahu Zen menatapiku sejak tadi, aku hanya mengabaikannya.     

"Makasih banyak karena kalian bikin Opa bahagia sebelum meninggal." ujar Oma tiba-tiba, yang membuatku menoleh padanya. "Opa udah lama ga keliatan semangat kayak gitu, tapi karena bantu Zen bangun kafe, juga punya proyek rumah sakit, Opa jadi kelihatan lebih punya tujuan hidup."     

Terasa seperti ada batu jatuh ke dasar perutku yang meninggalkan sensasi mual dan berputar. Aku merasa cemburu karena Oma tak mengatakan hal yang sama pada mertuaku.     

"Nanti Oma akan nyusul Faza. Mungkin beberapa bulan setelah mereka pindah karena harus ngurus surat-surat dulu. Kalian ga akan nemuin Oma kalau ke rumah, tapi kalian bisa ke makam Opa kapan aja. Oma berterima kasih karena sejauh ini kalian udah jadi sahabat Opa. Oma wakilin Opa buat minta maaf ke kalian kalau Opa punya salah." ujar Oma dengan mata berkaca-kaca.     

"Oma ga perlu sungkan. Saya justru banyak berterima kasih sama Opa karena pemikiran saya banyak berubah. Opa hebat sekali di usia senja masih sangat produktif." ujar Papa Zen.     

Entah kenapa pembicaraan ini membuatku muak. Aku ingin sekali pertemuan ini segera berakhir. Andai aku tak menyadari Oma sedang terisak, mungkin aku akan akan mengusir keluarga Zen dengan cara halus saat ini.     

Aku memeluk Oma sambil mengelus lengannya, "Oma mau istirahat? Faza anter ke kamar ya."     

Oma menggeleng, "Oma ga pa-pa. Oma cuma masih kebawa perasaan kalau inget Opa."     

Aku tahu Oma begitu merindukan Opa. Air mata yang mengalir sejak kemarin sudah membuktikannya.     

"Rumah sakit tempat Opa dirawat sebelum meninggal itu tempat anda kerja, kan?" Ayah bertanya pada Papa Zen.     

"Betul."     

"Saya penasaran kenapa Opa di bawa ke sana dan bukan ke rumah sakit yang biasa. Maaf, saya bukan menuduh rumah sakit itu memiliki kinerja buruk, tapi ini sedikit mengganjal pikiran saya."     

"Opa yang minta. Opa pernah bilang mau dirawat di sana kalau ada apa-apa." ujar Oma sambil menatap Ayah.     

"Kapan Opa bilang begitu?" aku bertanya.     

"Ga lama setelah terakhir kali Faza pulang bulan lalu. Abis kita ngobrol di ruang baca."     

Begitukah? Itu berarti setelah Opa menjelaskan padaku dan Astro tentang Abidzar yang memiliki anak di luar nikah dengan Lana, juga saat aku menggunakan satu permintaan pada Opa untuk bisa bertemu Gerard.     

Apakah itu berarti Opa sudah mendapatkan firasat bahwa waktunya hidup sebentar lagi akan habis sejak saat itu? Aku ingat Opa membicarakan tentang meninggal pada kami. Astaga ... benarkah seperti itu?     

"Maaf kalau saya ganggu percakapan karena saya penasaran banget. Apa kalian punya sesuatu yang tuan pengen? Maksud saya, benda apa aja yang kalian punya dan itu berharga." Om Chandra bertanya.     

Keluarga Zen saling tatap sebelum Mama Zen menjawab, "Benda berharga keluarga ada sama Faza. Inget kanzashi yang pernah Mama kasih ke Faza?"     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.