PERHATIAN GLADYS
PERHATIAN GLADYS
Dengan perasaan kesal Jeevan pergi ke night club dan menghabiskan waktunya di sana. Beberapa minuman berat sudah di pesannya. Jeevan duduk sendiri merasakan kesedihannya dengan meneguk semua minuman yang di pesannya.
"Kenapa hidupku seperti ini? aku benar-benar merasa sendiri. Tidak ada lagi yang bisa menghiburku lagi. Tidak ada yang tulus padaku! Kenapa Tuhan tidak mengambil hidupku saja!" ucap Jeevan dengan wajah merah padam dan kedua matanya berair.
Sambil meneguk minumannya yang terakhir Jeevan keluar dari night club dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sampai di rumahnya Jeevan tidak mampu menghentikan mobilnya hingga menabrak pohon sakura yang ada di halaman depan.
Suara tabrakan yang keras membangunkan tidurnya Gladys.
"Ya Tuhan!! suara apa itu!!" tanya Gladys sangat terkejut segera bangun dari tidurnya dan berjalan ke jendela untuk melihat apa yang terjadi.
"Ya Tuhan!! Bukankah itu mobil Tuan Jeevan? kenapa bisa menabrak pohon?!" tanya Gladys dalam hati kemudian pergi keluar kamar untuk melihat keadaan Jeevan.
Dengan wajah panik Gladys mendekati mobil Jeevan dan melihat ke arah jendela yang tertutup rapat.
"Tuan Jeevan!! Tuan Jeevan!! bangun!! buka pintunya Tuan!" ucap Gladys dengan wajah cemas. Gladys berusaha membuka pintu mobil Jeevan tapi tidak bisa.
Sudah beberapa kali Gladys berusaha membuka pintu mobil dan juga menggedor kaca jendela mobil namun tetap saja Jeevan tidak bangun.
"Bagaimana ini? aku tidak tahu cara membuka pintu mobil sedangkan Tuan Jeevan sendiri dalam keadaan pingsan di dalam." ucap Gladys dalam hati berusaha memutar otaknya mencari cara untuk membuka pintu mobil Jeevan.
Tanpa sengaja Gladys melihat batu cukup besar di bawah pohon sakura. Dengan cepat Gladys mengambil batu itu dan memukul berulang-ulang jendela kaca mobil dengan sangat keras.
"PYARRRR!"
Jendela kaca mobil Jeevan hancur, dengan cepat Gladys memasukkan tangannya untuk membuka pintu mobil dari dalam.
Setelah pintu mobil terbuka, Gladys mengangkat kepala Jeevan yang berada di atas setir.
Hati Gladys sedikit lega Jeevan masih hidup. Melihat kening Jeevan berdarah, segera Gladys mengambil banyak tisu dan menutup luka di kening Jeevan.
"Apa yang terjadi padamu Tuan Jeevan? sepertinya anda habis minum banyak." Ucap Gladys sambil melihat ke sekeliling halaman yang sudah gelap dan sepi.
"Bagaimana ini? apa aku harus sendirian mengangkat Tuan Jeevan ke dalam rumah?" tanya Gladys seraya menahan nafas merasa bingung. Melihat keadaan Jeevan yang tak berdaya akhirnya Gladys bertekad mengangkatnya sendirian.
Dengan tekad penuh Gladys mengeluarkan tenaganya mengangkat Jeevan dan membawa masuk ke dalam rumah.
Nafas Gladys hampir saja lepas dari tempatnya setelah berhasil membaringkan Jeevan di tempat tidur.
"Ya Tuhan!! aku capek sekali! ternyata Tuan Jeevan berat sekali." Ucap Gladys mengusap keringatnya sambil menghirup udara beberapa kali.
Setelah beberapa menit istirahat Gladys bangun dari tempatnya dan melihat keadaan Jeevan.
"Sepertinya Tuan Jeevan baik-baik saja, hanya keningnya saja berdarah. Aku akan membersihkannya." ucap Gladys kemudian pergi ke dapur menyiapkan air hangat di baskom dan handuk kecil untuk membersihkan darah yang ada di kening Jeevan.
Setelah menyiapkan air hangat di baskom, Gladys mencari kotak obat yang mungkin ada.
"Di mana Tuan Jeevan meletakkan kotak obat? apa dia tidak memiliki kotak obat?" tanya Gladys mengedarkan ke sekeliling dapur yang sangat besar.
"Aahh!! itu dia!" ucap Gladys tanpa sengaja melihat kotak obat tergantung di samping Almari piring.
Dengan cepat Gladys mengambil beberapa yang dibutuhkannya dan bergegas kembali ke kamar Jeevan dengan membawa baskom yang berdiri air hangat dan handuk.
Di dalam kamar, Jeevan tersadar dari pingsannya dan sedikit terkejut saat menyadari dirinya sudah ada di dalam kamar. Jeevan menggerakkan sedikit badannya yang terasa sakit dan remuk semua.
"Ceklek"
Pintu kamar terbuka, Jeevan melihat Gladys menghampirinya dengan membawa baskom dan sebuah handuk.
"Apa anda yang membawaku ke kamar Nona Gladys?" tanya Jeevan sambil memegang kepalanya yang terasa berat.
"Sebaiknya anda jangan terlalu banyak bergerak. Apa anda sudah ingat kalau baru saja mengalami kecelakaan di halaman depan?" ucap Gladys sambil meletakkan baskom dan handuk di atas meja kemudian mengambil obat-obatan yang dia masukkan di kedua kantong celananya.
"Apa aku menabrak pohon sakura?" tanya Jeevan mulai sedikit ingat apa yang terjadi. Dia tidak tidak melihat pohon sakura di depannya dan tidak sempat menginjak rem mobil.
"Benar, anda telah menabrak pohon sakura dan pingsan di dalam mobil." ucap Gladys seraya membasahi handuk dengan air hangat dan memerasnya.
Jeevan hanya terdiam mendengar ucapan Gladys yang terlihat marah.
"Kenapa anda tidak berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik. Maksudku menjadi manusia yang normal tanpa menyembunyikan hal yang tidak benar." ucap Gladys sambil membersihkan kening Jeevan yang berdarah.
"Auhhh!! jangan keras-keras! ini sakit sekali." ucap Jeevan seraya menggenggam pergelangan tangan Gladys.
"Bagaimana tidak sakit kalau kening anda robek seperti ini." ucap Gladys melanjutkan membersihkan darah yang ada di kening Jeevan dengan pelan.
Selesai membersihkan darah di kening Jeevan, Gladys memberi sedikit obat merah dan menempelkan dua hansaplast di luka robek Jeevan.
"Sudah selesai, sebaiknya anda tidur dan istirahat." ucap Gladys seraya membetulkan selimut Jeevan.
"Apa anda bisa menyiapkan sesuatu yang bisa aku makan? aku sangat lapar sekali." ucap Jeevan dengan tatapan memohon.
Gladys menghela nafas panjang.
"Akan aku buatkan." ucap Gladys kemudian membereskan semuanya dan membawanya kembali ke dapur.
Sampai di dapur, Gladys memegang keningnya tidak tahu harus memasak apa untuk Jeevan.
"Sebaiknya aku buat me goreng saja." ucap Gladys sambil membuka rak almari dan mengambil dua bungkus me goreng.
Tidak membutuhkan waktu lama Gladys sudah menyiapkan mie goreng untuk Jeevan dan membawanya ke kamar.
Gladys mengkerutkan keningnya saat melihat Jeevan sudah tidur.
"Tuan Jeevan... Tuan Jeevan, bangunlah." panggil Gladys seraya menepuk bahu Jeevan.
Perlahan Jeevan membuka matanya dan menatap Gladys dengan mata sedikit mengantuk.
"Makanannya sudah siap, katanya anda lapar." ucap Gladys dengan suara pelan.
"Aku memang lapar, tapi aku mengantuk sekali." ucap Jeevan dengan mata setengah terpejam.
"Makanlah dulu, setelah itu anda bisa tidur lagi." ucap Gladys sambil memegang piring yang berisi me goreng.
"Apa anda mau menyuapiku? aku mengantuk sekali." ucap Jeevan dengan wajah memelas.
Gladys menelan salivanya merasa gemas dengan sikap Jeevan yang seenaknya sendiri.
Tanpa menjawab ucapan Jeevan, Gladys menyuapi Jeevan dengan pelan.
"Terima kasih Nona Gladys, anda sangat baik dan perhatian sekali. Seandainya aku bisa mencintaimu, apa anda akan mencintaiku juga?" ucap Jeevan dengan kedua matanya sudah terpejam kembali.