DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MENJAGA DENGAN CINTA



MENJAGA DENGAN CINTA

3Tiba di rumah segera Jonathan meminta Nadia berbaring di tempat tidur.     

"Jonathan, sungguh aku tidak apa-apa. Biarkan aku mandi air hangat saja." ucap Nadia berusaha bangun dari tempatnya. Nadia tidak ingin membuat Jonathan menjadi repot karena dirinya.     

"Nadia, dengarkan aku. Kamu istriku, kamu sedang flu dan demam. Sudah kewajibanku sebagai suami kamu menjaga dan merawat kamu." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Baiklah suamiku, aku menurut padamu." ucap Nadia kembali berbaring dan menurut dengan ucapan Jonathan.     

"Sekarang kamu berbaring saja. Aku akan memasak air dulu untuk merawatmu." ucap Jonathan seraya melepas pakaian Nadia yang masih basah.     

"Apa yang kamu lakukan Jo? aku bisa melepas pakaianku sendiri." ucap Nadia dengan wajah memerah merasa malu karena Jonathan melepas pakaiannya.     

"Ada apa denganmu Nadia, apa kamu malu dengan suami kamu sendiri?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Aku...aku tidak malu, hanya saja aku tidak terbiasa manja padamu Jo." ucap Nadia dengan tatapan sayu.     

"Seharusnya hal ini yang benar Nadia, seorang istri harusnya manja pada suaminya." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman.     

"Apa kamu benar-benar yakin ingin aku manja padamu?" tanya Nadia berniat menguji perhatian Jonathan.     

Nadia sangat senang setiap melihat wajah Jonathan yang memerah sangat terlihat menggemaskan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah suamiku, aku ingin kamu membuatkan aku bubur dan menyuapiku." ucap Nadia dengan tubuh masih lemas.     

"Tentu istriku." ucap Jonathan kemudian segera ke dapur untuk membuat bubur buat Nadia.     

Walau sedikit kerepotan dalam membuat bubur, hal itu tidak membuat Jonathan putus asa. Tidak berapa lama kemudian Jonathan datang dengan membawa semangkuk bubur hangat.     

"Bubur kamu sudah siap Nadia, apa aku harus menyuapi kamu sekarang?" tanya Jonathan dengan penuh perhatian.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan perasaan bahagia, ternyata Jonathan sangat bisa diandalkan walau dia mendapat kesulitan dalam melakukannya Jonathan tidak mengeluh sekali.     

"Suamiku memang Pria hebat, aku sangat bangga padamu Jo. Sekarang bisakah kamu menyuapiku suamiku?" tanya Nadia masih merasa demam tapi hatinya di penuhi kebahagiaan.     

Tanpa menyadari kalau Nadia sedang mengujinya Jonathan menyuapi Nadia dengan sabar dan penuh perhatian.     

Nadia tersenyum bahagia mendapat perhatian dari Jonathan yang sudah bersusah payah merawatnya.     

"Kenapa kamu tersenyum Nadia? apa kamu senang dengan aku merawatmu?" tanya Jonathan dengan tatapan heran sambil meletakkan piring yang sudah habis.     

"Tentu saja aku senang Jo. Aduhhh!! kakiku! sangat sakit!" ucap Nadia seraya mengusap betis kakinya.     

"Apa apa Nadia? ada apa denganmu? apa kaki kamu sakit?" tanya Jonathan dengan tatapan cemas meraba kaki dan betis Nadia.     

"Sangat sakit Jo, mungkin aku terlalu banyak berdiri. Apa kamu bisa memijatku sayang?" ucap Nadia dengan suara manja.     

"Tentu...tapi aku kurang pandai memijat." ucap Jonathan sambil memijat kaki dan betis Nadia dengan penuh perhatian.     

"Wah... enak sekali Jo, ternyata kamu pintar sekali memijat." ucap Nadia dengan sebuah senyuman manis.     

Wajah Jonathan memerah mendapat pujian Nadia.     

"Apa masih sakit Nadia?" tanya Jonathan masih memijat dengan sabar.     

"Sudah lumayan suamiku. Terima kasih." ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Sekarang apalagi yang harus aku lakukan untukmu Nadia? katakan saja, hari ini kamu adalah seorang Ratu dan aku adalah pelayanmu." ucap Jonathan dengan penuh kesabaran memenuhi semua keinginan Nadia.     

Hati Nadia seolah-olah terbang tinggi di awan, merasa sangat bahagia di cintai oleh seorang Jonathan.     

"Aku ingin tidur di peluk suamiku. Apa kamu bisa melakukannya Jo?" tanya Nadia mengusap wajah Jonathan menguji Jonathan untuk terakhir kalinya.     

"Dengan senang hati aku akan memelukmu hingga kamu tertidur Nadia, tapi sayangnya kamu harus membantuku dulu untuk berada di tempat tidur." ucap Jonathan dengan wajah memerah harus membuat Nadia bangun dari tidurnya untuk bisa membantunya naik ke tempat tidur.     

"Tentu, aku akan membantumu." ucap Nadia sambil menahan kantuk turun dari tempat tidur untuk membantu Jonathan berbaring ke tempat tidur.     

Setelah membantu Jonathan berbaring di tempat tidur, Nadia kembali berbaring sambil menghadap Jonathan.     

"Apa kamu tidak memelukku Jo? aku ingin kamu memelukku sampai aku tertidur." ucap Nadia sambil memeluk pinggang Jonathan.     

Hati Jonathan bergetar melihat sikap Nadia yang manja dan tidak biasanya.     

"Tidurlah Nadia, aku akan memelukmu." ucap Jonathan sambil memeluk pinggang Nadia.     

"Aku sangat tenang tidur dalam pelukanmu Jo." ucap Nadia sambil menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Jonathan.     

Jonathan terdiam hanya memejamkan matanya seraya membelai rambut Nadia dengan penuh kasih sayang.     

"Kalau kamu lebih tenang tidur dalam pelukanku, setiap hari aku akan memelukmu." ucap Jonathan dengan suara lirih.     

"Hem... terima kasih sayang." ucap Nadia dengan menyebut kata sayang.     

"Kamu memanggilku apa Nadia?" tanya Jonathan dengan hati berdebar-debar.     

"Yang mana?" tanya Nadia dengan tatapan menggoda.     

"Yang baru saja kamu katakan?" ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Aku mengucapkan terima kasih?" ucap Nadia dengan menahan senyum.     

"Ya sudahlah, aku sudah tahu kalau kamu selalu menggodaku." ucap Jonathan dengan wajah suram.     

"Jangan ngambek suamiku sayang, terima kasih sudah merawatku dengan baik di saat aku sakit." ucap Nadia dengan tatapan dalam.     

"Aku senang mendengarnya Nadia. Seandainya aku bisa berjalan dan sehat seperti dulu. Aku pasti akan membuatmu lebih bahagia." ucap Jonathan dengan wajah terlihat sedih.     

"Kenapa kamu masih mengingat masa lalu Jo? aku sudah sangat bahagia bisa bersamamu seperti saat ini. Apa yang sudah terjadi biarkan berlalu. Yang terpenting kita bahagia dengan kita saling mencintai." ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan dengan tatapan sayang.     

"Terima kasih Nadia, hanya kamu wanita yang bisa menerima aku apa adanya, aku sangat beruntung mendapatkanmu." ucap Jonathan dengan perasaan haru.     

"Kenapa kamu bicara seperti itu Jo? seharusnya aku yang bicara seperti itu. Hanya kamu yang bisa menerima apa adanya aku. Aku sangat beruntung mendapatkanmu." ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Kita sama-sama beruntung karena kita saling mencintai dan menyayangi. Aku selalu berdoa agar pernikahan kita akan bertahan selamanya." ucap Jonathan memeluk Nadia dengan sangat erat.     

"Amin.... kita tidur sekarang ya Jo? aku sudah mengantuk sekali." ucap Nadia seraya memejamkan matanya masih dalam pelukan Jonathan.     

"Selamat tidur Istriku, mimpi dengan indah." ucap Jonathan seraya mengecup puncak kepala Nadia dengan penuh perasaan.     

****     

Pagi hari...     

Setelah keadaannya pulih dan sehat kembali, Nadia dan Jonathan menemui Gladys yang masih istirahat di rumah dengan membawa oleh-oleh ikan bakar dari rumah makan Alami yang belum sempat di berikan pada Gladys.     

"Gladys? bagaimana keadaanmu? apa kamu sudah sehat sampai bekerja di tempat tidur?" tanya Nadia duduk di samping Gladys yang sedang duduk menghadap laptopnya.     

"Kamu bisa lihat kan Nadia? walau aku di minta Istirahat di rumah tapi aku tetap mendapat tugas seperti ini!" ucap Gladys sambil menatap laptopnya dengan tatapan kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.