DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

IVAN VS GLADYS



IVAN VS GLADYS

3Seketika itu juga, Gladys menghentikan langkahnya dan menatap Jeevan.     

"Lima kali gaji?" tanya tanya Gladys dengan tatapan tak percaya.     

Jeevan menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

Segera Gladys berbalik dan duduk di hadapan Jeevan dengan wajah masih terlihat shock dengan gajinya yang akan dinaikkan lima kali gaji dari gaji sebelumnya.     

"Apa benar Tuan? gajiku akan naik lima kali gaji? anda tidak sedang bercanda kan?" tanya Gladys dengan antusias.     

"Aku tidak sedang bercanda Nona Gladys, anda akan mendapat 5 kali gaji dari gaji sebelumnya. Tapi anda harus membantuku untuk bersandiwara menjadi kekasihku di hadapan Ayah." ucap Jeevan tanpa memperhatikan Ivan yang bangun dari duduknya dan membanting sendok di atas meja dengan keras.     

"Aku tidak percaya kamu melakukan hal itu padaku Jeevan! sebaiknya aku pergi saja!" ucap Ivan dengan wajah penuh kemarahan dan kecemburuan.     

"Ssshhh... tunggu Van! duduklah dulu dengan tenang." ucap Jeevan menarik tangan Ivan agar duduk kembali seraya melihat ke sekeliling Restoran dengan wajah sedikit memerah karena malu. Untung saja Ayah dan temannya duduk di luar restoran.     

"Bagaimana aku bisa tenang kalau kekasihku mau bersandiwara dengan wanita yang jelas-jelas bermusuhan denganku." ucap Ivan sambil menatap Gladys yang sedang menatapnya dengan pandangan tak suka.     

"Tenanglah Van, ini juga demi kebaikan kita berdua. Kita masih beruntung Gladys mau menerima sandiwara ini. Dan hubungan kita tidak akan diketahui Ayah. Kita masih bebas untuk bertemu dan meneruskan hubungan kita tanpa Ayah tahu." ucap Jeevan berusaha menenangkan hati Ivan.     

"Tapi bagaimana kalau Ayahmu memaksa kamu harus menikah dengan wanita itu? apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Ivan dengan tatapan berkabut, bersumpah dalam hati tidak akan pernah melepaskan Jeevan.     

"Kalaupun itu terjadi, hubunganku dengan Gladys hanya bersandiwara saja. Dan kita akan tetap bersama." ucap Jeevan dengan serius menggenggam tangan Ivan.     

Melihat keseriusan Jeevan pada Ivan membuat perut Gladys menjadi mual dan ingin muntah. Segera Gladys bangun dari duduknya dan pergi keluar untuk menenangkan perutnya.     

"Sebaiknya kita kembali saja, tolong bilang pada pelayan untuk membungkus makanan ini. Aku akan membujuk Gladys agar mau menerima sandiwara ini." ucap Jeevan saat melihat Gladys keluar dari restoran tanpa melihatnya sedikitpun.     

Melihat perhatian Jeevan pada Gladys rasa cemburu Ivan semakin besar dan sangat membenci Gladys sampai ke dasar dalam hati.     

"Kita lihat saja wanita kampungan! siapa yang akan mendapatkan Jeevan! kamu atau aku!" ucap Ivan dengan tatapan penuh kebencian bangun dari duduknya untuk meminta pelayan membungkus semua makanan yang sudah dipesannya.     

Di luar restoran Gladys berusaha menawan menahan rasa mualnya sambil memegang perutnya. Entah kenapa dia sangat tidak suka dengan apa yang dilihatnya. Sejak kekasihnya meninggalkannya demi seorang pria, Gladys sangat membenci orang gay.     

"Nona Gladys anda kenapa? anda baik-baik saja kan?" tanya Jeevan memegang bahu Gladys yang sedang membungkuk. Namun dengan kasar Gladys menepis tangan Jeevan dari bahunya.     

"Jangan sekali-kali pegang aku Tuan Jeevan!" ucap Gladys dengan suara penuh tekanan.     

"Tapi aku hanya membantumu saja Nona Gladys? wajah kamu terlihat pucat?" ucap Jeevan sambil memberikan sapu tangannya saat melihat Gladys sudah muntah walau yang keluar hanya air saja.     

Karena Gladys tidak membawa tisu atau sapu tangan, terpaksa dia menerima sapu tangan Jeevan untuk membersihkan mulutnya yang basah oleh air muntahan.     

"Kenapa dia Jeev?" tanya Ivan dengan tiba-tiba sudah berdiri di belakang Jeevan.     

"Aku tidak tahu sepertinya Nona Gladys masuk angin. Ayo kita segera kembali ke kantor." ucap Jeevan berniat membantu Gladys dengan memeluk bahunya tapi Gladys masih menepis tangannya dengan kasar.     

"Kamu kenapa Jeev!! sudah tahu kalau wanita itu tidak mau kamu sentuh, tapi kamu tetap saja masih ingin menyentuhnya. Kenapa kamu sangat perhatian padanya? kalau dia tidak mau membantumu, sebaiknya cari wanita lain saja untuk melakukan sandiwara itu." ucap Ivan sama sekali tidak menyukai sikap Jeevan yang sangat perhatian pada Gladys.     

"Jangan Tuan Jeevan, aku mau bersandiwara denganmu asal aku mendapat gaji lima kali lipat. Aku sangat membutuhkan uang itu." ucap Gladys dengan cepat menyela ucapan Ivan. Gladys berniat membantu Nadia dan Jonathan yang masih belum mendapat pekerjaan.     

"Lihat Jeevan!! kamu tahu sendiri!! kalau soal uang saja dia mau melakukannya! kamu benar-benar telah ditipu wanita itu!" ucap Ivan dengan tatapan penuh kemarahan saat mendengar Gladys mau menerima tawaran Jeevan asal mendapat gaji lima kali lipat dari gajinya.     

"Sudahlah Ivan jangan semakin memperkeruh suasana, sebaiknya kita pulang saja. Aku sangat membutuhkan Nona Gladys karena Ayah lebih percaya padanya, daripada aku." ucap Jeevan seraya masuk ke dalam mobil setelah membantu Gladys dengan membuka pintu mobil.     

Hati Ivan semakin penuh dengan kebencian melihat Jeevan membukakan pintu mobil untuk Gladys.     

"Dengarkan aku Ivan, aku melakukan hal ini demi kebaikan kita berdua. Kamu tidak ingin kita berpisah bukan? kalau kamu ingin tetap kita bersama kita harus bersikap baik pada Nona Gladys agar dia bisa membantu kita." ucap Jeevan seraya menggenggam tangan Ivan.     

Melihat pemandangan itu, lagi-lagi Gladys tidak bisa menahan mualnya dan kembali muntah di dalam mobil Ivan.     

"Hei!! apa yang kamu lakukan??! Kenapa kamu muntah di dalam mobilku?! kamu harus membersihkannya wanita kampungan!" ucap Ivan dengan nada tinggi saat melihat Gladys muntah di dalam mobilnya.     

"Siapa suruh kalian bersikap hal yang memalukan. Kalian tahu, perutku selalu mual saat melihat kalian melakukan hal seperti itu! Hal itu benar-benar sangat menjijikkan!" ucap Gladys dengan jujur tanpa rasa takut pada Ivan atau pada Jeevan.     

"Kamu memang benar-benar wanita kampungan! kalau kamu tidak suka, kenapa kamu tidak keluar saja! cepat keluar dari mobilku!" ucap Ivan sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya menghadapi kata-kata Gladys yang selalu menghinanya juga pada Jeevan.     

"Memang siapa yang mau berada di dalam mobilmu pria banci!!" Teriak Gladys dengan tubuh lemas keluar dari mobil Ivan.     

"Nona Gladys!! jangan pergi!!" panggil Jeevan segera keluar dari mobil dan mengejar Gladys yang berjalan cepat menuju ke jalan raya.     

Tanpa menghiraukan panggilan Jeevan, Gladys semakin mempercepat jalannya namun tubuhnya semakin lemas dan tidak bertenaga hingga Gladys jatuh tak sadarkan diri.     

Segera Jeevan berlari ke arah Gladys dan melihat keadaan Gladys yang pingsan. Tanpa memperdulikan pandangan orang-orang yang lewat, Jeevan mengangkat tubuh Gladys dan membawanya kembali ke dalam mobil Ivan.     

"Ayo cepat Van, kita harus membawa Gladys kembali ke kantor. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padanya." ucap Jeevan tanpa memperdulikan tatapan Ivan yang marah dan wajahnya yang merah padam menahan rasa cemburu.     

Dengan penuh kemarahan Ivan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor perusahaan Jeevan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.