DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

PERTAMA KALINYA



PERTAMA KALINYA

1Tak terasa... waktu cepat berlalu. Udara pagi sudah menyentuh kulit tubuh Jonathan dan Nadia yang masih duduk di atas pangkuan Jonathan.     

"Tuan Jonathan, sebentar lagi matahari pagi akan muncul yang akan menghangatkan tubuh kita. Sebaiknya turunkan aku sekarang. Kedua paha anda pasti sakit kan?" ucap Nadia merasa kasihan karena Jonathan tidak membiarkannya turun dari pangkuannya.     

"Nadia, bisakah kamu tidak memanggilku Tuan lagi? apa sulit bagimu untuk memanggil namaku saja." ucap Jonathan menatap Nadia dengan tatapan dalam.     

Nadia menelan salivanya kemudian berdehem untuk melenturkan lidahnya agar bisa memanggil nama Jonathan dengan mudah.     

"Ehem...ehem... Jonathan." ucap Nadia dengan menahan senyum.     

"Sekali lagi Nad." ucap Jonathan dengan tatapan tak berkedip.     

"Jo... Jonathan.... Nathan... mana yang kamu suka?" tanya Nadia menatap Jonathan dengan mata bulatnya.     

"Panggil Nathan saja, lebih bagus daripada Jo...Paijo tukang kebun orang sebelah." ucap Jonathan dengan tersenyum.     

"Oke... Nathan...Nat... Natalia." ucap Nadia menggoda Jonathan.     

"Hem...apa aku pria cantik hingga kamu memanggilku Natalia?" ucap Jonathan dengan wajah polosnya.     

"Tentu tidak, kamu sangat tampan Tuan Jonathan. Em... maksudku Nathan. Kenapa bibirku merasa kaku memanggil namamu Jonathan?" ucap Nadia sambil menjulurkan lidahnya sedikit.     

Jonathan tertawa lepas melihat wajah Nadia yang lucu saat menjulurkan lidahnya.     

"Jangan seperti itu lagi Nad, aku jadi teringat sama si Bleki." ucap Jonathan dengan menjauhkan wajahnya agar Nadia tidak bisa mencubit pipinya.     

"Apa yang kamu bilang Junet!? apa aku seperti si Bleki? siapa si Bleki?" tanya Nadia dengan tatapan matanya yang melotot indah.     

"Junet??? jelek sekali kamu memanggil namaku Nadia?!" ucap Jonathan dengan wajah mengkerut.     

"Katakan dulu siapa si Bleki?" tanya Nadia sambil memeluk leher Jonathan.     

"Si Bleki, peliharaan Marcos yang suka menjulurkan lidahnya." ucap Jonathan dengan tersenyum sambil memejamkan matanya bersiap-siap mendapat cubitan dari Nadia.     

"Apa!! peliharaan Tuan Marcos!? anda menyamakan aku dengan peliharaan Tuan Marcos!!" ucap Nadia dengan wajah kesal menggelitik perut Jonathan.     

"Cukup Nadia, aku hanya bercanda. Aku minta maaf oke." ucap Jonathan dengan tertawa tidak tahan dengan gelitikan Nadia.     

"Maaf Junet!! kamu harus terima hukuman dariku!" ucap Nadia masih menggelitik perut Jonathan hingga kursi roda Jonathan bergerak-gerak dan jatuh terguling.     

"BRUKKK!!"     

"Auuhhh!!" teriak Jonathan mengaduh dengan posisi di bawah kursi roda dan tubuh Nadia juga menindihnya.     

"Junet!! kamu tidak apa-apa kan?" tanya Nadia menangkup wajah Jonathan dengan tatapan cemas.     

"Aduhh sakit sekali! auhh!" ucap Jonathan mengaduh sambil memegang dadanya.     

"Apa...di mana yang sakit? apa dada kamu sakit?" tanya Nadia sambil mengusap dada Jonathan.     

Dengan wajah merah padam Jonathan meraih pinggang Nadia dan memeluknya dengan erat.     

"Aku tidak apa-apa Nad, apalagi ada kamu di sini bersamaku." ucap Jonathan dengan suara pelan menatap lembut wajah Nadia.     

Nadia menelan salivanya dengan menangkup wajah tampan Jonathan.     

"Kamu selalu tidak pernah serius Nat? aku bingung harus memanggilmu apa. Bagiku aku kamu adalah seorang Tuan dalam hatiku. Tuan Jonathan yang arogan dan keras kepala." ucap Nadia menatap kedua mata Jonathan tak berkedip.     

"Apapun nama yang kamu sebut dari bibirmu yang indah ini, aku pasti menyukainya Nad." ucap Jonathan dengan suara lirih.     

"Termasuk dengan nama Junet?" ucap Nadia sambil tertawa bangun dari tempatnya tidak ingin terbawa suasana yang membuat hasratnya bergelora.     

Kedua alis Jonathan terangkat, mendengar nama Junet beberapa kali dari bibir Nadia.     

"Terserah padamu, kalau wajahku cocok kamu panggil nama Junet." ucap Jonathan dengan bibir manyun.     

Nadia tertawa keras melihat Jonathan merajuk.     

"Aku mencintaimu Tuan Jonathan, Jo..." ucap Nadia dengan wajah serius sambil mengulurkan kedua tangannya untuk membantu Jonathan duduk di kursi rodanya.     

Jonathan mengangkat wajahnya menatap wajah Nadia tak berkedip.     

"Katakan sekali lagi Nadia?" ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Tidak ada siaran ulang, sekarang sudah pagi. Sudah waktunya aku merawatmu, setelah itu kita sarapan." ucap Nadia sambil mengangkat sedikit tubuh Jonathan agar bisa duduk nyaman di kursi rodanya.     

"Apa kamu akan tetap ke rumah Jean, Nadia?" tanya Jonathan setelah duduk di kursi dan Nadia membawanya masuk ke dalam kamar.     

"Aku harus ke sana Jo, aku sudah berjanji pada Jean." ucap Nadia seraya mendekatkan kursi roda Jonathan di samping tempat tidur.     

Dengan tenaga ekstra kembali Nadia mengangkat tubuh Jonathan dan membaringkannya di tempat tidur.     

"Apa aku tidak bisa ikut denganmu? aku ingin tahu apa yang terjadi di sana nanti." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Apa kamu yakin tidak akan terpengaruh dengan semua ucapan orang tua Jean?" tanya Nadia sesaat menghentikan gerakannya untuk melepas kemeja Jonathan.     

"Apa kamu tidak percaya padaku kalau aku juga bisa berpikir dewasa?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menghela nafas panjang.     

"Baiklah, kamu ikut denganku." ucap Nadia tidak bisa membuat hati Jonathan kecewa sebelum pernikahan terjadi.     

"Terima kasih Nadia." ucap Jonathan dengan perasaan bahagia bisa menemani makan siang Nadia di rumah Jean.     

Setelah Nadia membersihkan badannya, Nadia mengajaknya untuk sarapan di meja makan. Hal pertama kali di lakukan Jonathan setelah sekian lama Jonathan tidak pernah melakukannya sejak dia kecelakaan.     

"Aku tidak percaya duduk di sini lagi setelah sekian lama aku hanya makan di dalam kamar." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman.     

"Kamu harus mengawali semuanya seperti dulu lagi Jo, ada aku yang akan menemani kamu." ucap Nadia sambil mengupas buah mangga.     

"Aku senang mendengarnya Nad, apa mulai sekarang aku harus makan sayur lebih banyak?" tanya Jonathan sambil menegakkan punggungnya berusaha tidak tegang untuk makan sayuran.     

"Kalau kamu ingin kesehatan kamu lebih baik baik, kamu harus banyak makan sayur." ucap Nadia meletakkan buah mangga yang sudah dia kupas kemudian mengambil sayuran untuk Jonathan.     

"Jonathan? kamu sarapan di sini sayang?" tiba-tiba Anne datang sambil membawa beberapa bunga dan di masukkan di vas besar di atas meja makan.     

"Momy... Selamat pagi, aku sarapan di sini karena di paksa calon istri." ucap Jonathan dengan asal.     

Seketika wajah Nadia merah padam karena malu mendengar ucapan Jonathan yang bicara langsung pada Anne.     

"Calon istri? apa Nadia sudah mau menjadi istri kamu Jo?" tanya Anne dengan tatapan tak percaya.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

"Nadia, Jonathan, kalau kalian sudah menerima pertunangan ini dan kalian sudah saling mencintai, Momy akan bicara tentang hal ini pada Daddy kalian agar kalian segera menikah." ucap Anne dengan tersenyum.     

"Tapi...Momy, Saat ini kita masih belum bisa menikah. Karena Nadia sebenarnya sudah bertunangan dengan sahabatnya namanya Jean." ucap Jonathan berniat menceritakan semuanya pada Anne.     

"Apa itu benar Nadia?" tanya Anne seolah-olah tidak tahu tentang pertunangan Nadia dan Jean.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.