DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

PERASAAN SEDIH



PERASAAN SEDIH

1Karena air masih belum keluar juga Jonathan melihat ujung lubang slang yang dipegangnya, dan tiba-tiba air keluar dengan cepat dan mengenai wajah Jonathan juga badannya.     

Sontak Nadia sangat terkejut melihat air yang keluar dari Serang membaca wajah dan badan Jonathan.     

"Jonathan apa yang kamu lakukan?" tanya Nadia berniat mengambil slang dari tangan Jonathan, tapi ternyata Jonathan mengarahkan slang itu pada Nadia hingga wajah dan badan Nadia basah kuyup.     

Jonathan tertawa melihat Nadia berteriak sambil melindungi badannya yang basah karena semprotan air dari Jonathan.     

Dengan kesal Nadia berusaha merebut slang ada ditangan Jonathan hingga mendapatkannya. Tanpa ampun Nadia membalas mengarahkan slang itu pada Jonathan, hingga Jonathan basah kuyup terkena semprotan Nadia     

Jonathan dan Nadia tertawa keras saling membalas dengan menyemprotkan air berulang-ulang. Tubuh mereka basah kuyup tanpa memperdulikan tatapan Ammer yang begitu bahagia melihat Nadia bahagia bersama Jonathan.     

Setelah cukup lama bermain air Nadia menjauhkan slang ke arah taman.     

"Sudah cukup untuk hari ini kita bersenang-senang Jo, kita harus kembali rumah danau. Badanmu akan kedinginan kalau masih bermain air terus." ucap Nadia sambil menatap Jonathan yang sedang mengusap wajahnya.     

"Aku masih ingin bersenang-senang denganmu Nadia." ucap Jonathan dengan tersenyum. Hatinya benar-benar bahagia bisa tertawa dengan Nadia di saat hati sama-sama terluka.     

"Tidak Jo, cukup untuk hari ini. Kamu tahu apa kata Dokter Frederick? kamu tidak boleh capek karena itu akan membuatmu pingsan dan lemas." ucap Nadia tidak mendengarkan permintaan Jonathan segera mendorong kursi roda Jonathan menemui Ammer yang sedang membelah kelapa muda.     

"Paman Ammer, kita harus pulang dulu untuk berganti pakaian. Setelah itu kita akan kembali lagi ke sini." ucap Nadia merasa berat meninggalkan Ammer sendirian.     

"Bawa saja kelapa muda ini Nona Nadia, karena ini minuman kesukaan Tuan Jonathan." ucap Ammer seraya meletakkan tiga kelapa muda di atas pangkuan Jonathan.     

"Terima kasih Paman Ammer, kalau ada waktu Paman Ammer tinggal saja di rumah besar biar tidak sendirian. Paman bisa tinggal bersama kita." ucap Jonathan merasa senang Nadia bisa berteman baik dengan Ammer.     

"Terima kasih Tuan Jonathan, Tapi aku lebih senang tinggal di sini berteman dengan alam. Itu sangat menenangkan hati." ucap Ammer dengan tersenyum sambil melihat kearah Nadia yang menatapnya.     

"Baiklah Paman Ammer, kita pulang dulu." ucap Nadia dengan tersenyum kemudian mendorong kursi roda Jonathan dan membawanya cepat kembali ke rumah danau.     

Tiba di rumah danau segera Nadia membawa Jonathan kamarnya agar segera mandi dan berganti pakaian.     

"Nadia, sebaiknya aku melakukan sendiri." ucap Jonathan saat Nadia akan membersihkan badannya.     

"Apa kamu bisa melakukan sendiri tanpa bantuanku?" tanya Nadia sambil melihat Jonathan yang berusaha melepas kemejanya.     

"Aku akan berusaha sendiri mulai sekarang karena tidak mungkin aku harus bergantung padamu kan? mungkin dalam satu minggu sudah cukup bagiku untuk berlatih berusaha sendiri." ucap Jonathan dengan tersenyum walau perasaan hatinya terluka.     

"Baiklah Tuan Jonathan yang keras kepala, sekarang apa yang bisa anda lakukan tanpa bantuanku. Aku akan melihatmu dari sini." ucap Nadia berdiri di samping Jonathan dengan tangan bersendekap.     

Dengan wajah memerah Jonathan melepas kemejanya yang tidak terlalu sulit untuknya, Namun pada saat akan melepas celananya yang basah Jonathan merasa kesulitan karena sulit mengangkat pantatnya.     

Nadia hanya tersenyum melihat Jonathan yang berusaha mengangkat pantatnya.     

"Bagaimana Tuan Jonathan? apa anda masih bersikeras melakukan sendiri tanpa meminta bantuanku?" Tanya Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Bisa kamu mengangkat pantatku sedikit agar aku bisa menarik celanaku?" ucap Jonathan dengan wajah merah padam.     

Dengan tersenyum Nadia mengangkat pantat Jonathan sedikit agar Jonathan bisa menarik celananya.     

"Sekarang apa Tuan mau membersihkan badan sendiri juga?" ucap Nadia setelah menyelimuti tubuh Jonathan dengan selimut.     

Jonathan menganggukan kepalanya masih bersikeras berusaha tidak tergantung pada Nadia.     

"Baiklah akan aku siapkan air hangat untuk anda." ucap Nadia masih menggoda Jonathan sampai di mana Jonathan bisa mandiri.     

Dengan cepat Nadia menyiapkan baskom yang berisi air hangat juga handuk dan diberikan pada Jonathan yang duduk bersandar.     

Tanpa memperdulikan Nadia yang mengawasinya, Jonathan membersihkan badannya dengan handuk yang sudah basah dan diberi sabun oleh Nadia.     

Nadia tersenyum melihat Jonathan kesulitan saat membersihkan punggungnya.     

"Apa Anda memerlukan bantuan ku Tuan Jonathan tanya Nadia kembali menawarkan bantuannya pada Jonathan.     

Dengan terpaksa Jonathan menganggukkan kepalanya karena punggungnya terasa kering dan tidak bisa dia jangkau untuk membersihkannya.     

"Katakan dulu galau anda memerlukan bantuanku Tuan Jonathan?" ucap Nadia mendekatkan wajahnya pada wajah Jonathan.     

Jonathan menelan salivanya merasa tidak bisa berbuat apa-apa.     

"Aku minta bantuanmu Nadia." ucap Jonathan dengan tatapan kesal.     

Sambil tersenyum Nadia membersihkan punggung Jonathan dengan handuk yang basah, karena terlalu perhatian Nadia membersihkan seluruh badan Jonathan dan Jonathan membiarkan hal itu tanpa mampu menolaknya.     

"Kenapa kamu melakukan hal itu Nadia"? tanya Jonathan setelah Nadia membersihkan seluruh badannya.     

"Karena itu kewajibanku Tuan Jonathan." ucap Nadia sambil bangun dari duduknya untuk mengambil pakaian Jonathan yang bersih.     

"Kenapa itu kewajibanmu? bukankah kamu sudah tidak mempunyai kewajiban apa padaku?" ucap Jonathan merasa sedih dengan semua yang terjadi.     

"Kenapa aku tidak mempunyai kewajiban pada anda? Bukankah aku masih bekerja pada tuan?" ucap Nadia ikut merasa sedih dengan apa yang terjadi.     

"Sejak kita bertunangan kamu sudah tidak bekerja padaku lagi Nadia, jadi tidak ada kewajiban apapun kamu padaku." ucap Jonathan mengingatkan akan statusnya pada Nadia.     

"Anda tidak perlu mengatakan hal itu padaku Tuan, aku sudah mengerti akan hal itu. Tapi anda perlu tahu, sebelum aku mau menikah minggu depan aku menganggap hubungan kita sangat spesial. Lebih dari hubungan apapun." ucap Nadia mendengarkan suara hatinya.     

Hati Jonathan tersentuh dengan ucapan Nadia yang terlihat sungguh-sungguh.     

"Apa kamu mau membantu memakaikan pakaianku?" tanya Jonathan meminta Nadia untuk membantunya.     

"Tentu, walau tanpa kamu minta aku pasti akan melakukannya." ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan dengan perasaan sedih.     

Jonathan hanya bisa terdiam saat Nadia memakaikan pakaiannya. Hatinya begitu sangat sedih dengan takdir yang di alaminya.     

Setelah selesai memakaikan pakaian Jonathan, Nadia menyelimuti Jonathan dengan selimut yang tebal.     

"Sudah waktunya kamu untuk istirahat. Aku akan memasak sesuatu untuk makan malam kita." ucap Nadia dengan suara pelan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Nadia.     

Dalam kesedihan Jonathan berusaha memejamkan matanya untuk beristirahat karena tubuhnya terasa lemas juga kulit tubuhnya yang perih.     

Melihat Jonathan yang sudah tertidur, Nadia meninggalkan tempat tanpa menimbulkan suara dan pergi ke dapur untuk segera memasak.     

Setelah berkutat dengan masakannya Nadia baru bisa mengambil nafas setelah selesai memasak makanan buat Jonathan.     

Sambil membawa makanan yang masih hangat Nadia masuk ke dalam kamar Jonathan.     

Sampai di dalam kamar Nadia sangat terkejut saat melihat Jonathan mengalami kejang-kejang hingga tubuhnya bergetar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.