DEMI UANG
DEMI UANG
"Anda tidak perlu kuatir tentang masalah gaji. Aku akan membayar anda dengan dua gaji yang berbeda. Anda akan tetap menerima gaji bagian keuangan juga gaji sebagai sekretaris. Bagaimana? apa anda mau Nona Gladys?" tanya Jeevan masih dengan tatapan yang tenang.
Gladys terdiam mendengar penjelasan dari Jeevan tentang gaji tiap bulannya yang fantastis. Hal itu benar-benar sangat mengejutkan Gladys. Dalam pikiran Gladys sama sekali tidak membayangkan dia akan mendapatkan gaji dua kali lipat. Apalagi gaji dari seorang sekretaris yang melebihi dari gajinya sendiri.
Melihat Gladys hanya terdiam dan tidak menanggapinya, Jeevan bangun dari tempatnya dan mendekati Gladys.
"Bagaimana Nona Gladys? apa anda tidak setuju dengan apa yang aku putuskan ini?" tanya Jeevan berharap Gladys menerima apa yang dia putuskan.
"Baiklah kalau anda memaksa, dengan terpaksa aku menerimanya." ucap Gladys dengan wajah bersemburat merah.
"Syukurlah kalau Nona Gladys menerima pekerjaan ini. Kalau begitu, anda bisa bersiap-siap untuk pindah di ruangan ini." ucap Jeevan seraya menunjuk tempat yang agak kosong sebagai tempat Gladys.
"Tapi Pak? kenapa aku harus pindah di tempat ini? bukankah Ratna juga mejanya ada di luar?" tanya Gladys dengan tatapan tak mengerti
"Mungkin kalau Ayahku bekerja ingin sendirian di dalam kantor, karena Ayah suka dengan ketenangan. Tapi kalau aku berbeda, aku tidak terbiasa bekerja jauh dengan sekretarisku." ucap Jeevan dengan wajah yang semakin tenang.
Gladys mengangkat wajahnya benar-benar sangat kesal dengan ucapan Jeevan yang tidak disaring lebih dahulu.
"Sungguh sangat menyebalkan! bagaimana dia bisa mengatakan tidak terbiasa bekerja jauh dengan sekretarisnya. Sungguh pria yang tidak tahu malu. Tentu saja! bagaimana dia punya rasa malu, pergi dengan kekasihnya seorang pria saja tidak malu sama sekali!" ucap Gladys dalam hati dengan tatapan kesal.
"Kenapa anda masih ada di sini Nona Gladys?" tanya Jeevan membuyarkan lamunan Gladys.
Dengan tatapan kesal segera gadis meninggalkan ruangan Jeevan untuk membereskan mejanya dan pindah ke ruangan Jeevan.
"Benar-benar Bos yang menyebalkan! bagaimana aku bisa bertahan bekerja dengan Bos seorang Gay. Benar-benar nasibku sangat buruk." ucap Gladys sambil membereskan mejanya.
Sambil dibantu Ujang akhirnya meja Gladys sudah masuk di dalam ruangan Jeevan. Gladys mengambil nafas lega setelah bisa duduk di mejanya.
"Pak Ujang terima kasih atas bantuannya." ucap Gladys sambil memberikan amplop kecil pada Ujang sebagai tanda terima kasih.
"Tidak usah Nona Gladys, Tuan Jeevan baru saja memberikan uang lelah pada saya." ucap Ujang sambil melihat Jeevan yang sedang fokus dengan pekerjaannya.
Gladys menoleh ke arah Jeevan kemudian tersenyum pada Ujang.
"Tidak apa-apa Pak Ujang, terima saja. Apa yang diberikan Tuan Jeevan tidak sama dengan yang aku berikan. Ini pribadi dari aku." ucap Gladys tidak ingin berutang budi pada Jeevan.
"Terima kasih Nona Gladys, semoga Tuan Jeevan dan Nona Gladys mendapatkan rezeki yang semakin berlimpah." ucap Ujang sambil membungkukkan badannya kemudian pergi meninggalkan ruangan.
Setelah Ujang pergi dari ruangan, Gladys mendekati Jeevan yang sedang menatapnya.
"Apa maksud anda dengan memberikan uang pada Pak Ujang? Bukankah saya yang meminta bantuan pada Pak Ujang untuk membereskan meja saya?" tanya Gladys dengan tatapan penuh.
"Kenapa anda harus ribut dengan hal kecil Nona Gladys? dan lagi pula apa yang anda pikirkan? aku memberi uang tips pada Pak Ujang tidak ada hubungannya denganmu. Aku memberinya uang tips karena Pak Ujang telah mengambilkan pakaian kerjaku dari rumah." ucap Jeevan agar Gladys tidak salah paham. Padahal yang sebenarnya Jeevan memberi uang tips pada Ujang dengan jumlah lebih besar karena Ujang juga sudah membantu memindahkan meja Gladys ke dalam ruangannya.
Setelah mendengar penjelasan Jeevan, Gladys sedikit merasa malu. Sambil mengusap tengkuk lehernya Gladys kembali ke meja kerjanya.
"Nona Gladys, aku masih belum selesai bicara dengan anda. Silakan anda tetap duduk di sini." ucap Jeevan seraya menunjuk kursi yang ada di hadapannya.
Gladys menelan salivanya merasa serba salah menghadapi Jeevan. Dengan perasaan kesal Gladys kembali ke tempat Jeevan dan duduk dengan menenangkan hati dan perasaannya agar bersabar dan tidak emosi.
"Apa saja jadwal kerjaku hari ini Nona Gladys?" tanya Jeevan sambil meneliti berkas keuangan tahunan yang sudah di kerjakan Gladys.
"Apa Tuan? anda bertanya tentang jadwal kerja Tuan hari ini? bagaimana saya tahu? Kenapa anda tidak bertanya pada Ratna saja dia kan masih kerja di sini, belum cuti hamil?" tanya Gladys benar-benar merasa emosi.
"Orang ini benar-benar menguji kesabaranku! Apa mungkin dia balas dendam padaku karena sikapku yang kemarin di mall itu?" tanya Gladys dalam hati sambil menatap kedua mata Jeevan.
"Sudah aku katakan Nona Gladys mulai sekarang kamu adalah sekretarisku. Kenapa bukan kamu saja yang bertanya pada Ratna jadwal kerjaku untuk hari ini? sekarang pergilah, aku mau tahu jadwal kerjaku sekarang." ucap Jeevan seraya melihat jam tangannya.
Tanpa membalas ucapan Jeevan, Gladys bangun dari duduknya dan berjalan keluar dengan perasaan kesal.
"Ratna, apa aku bisa minta tolong padamu untuk memberikan jadwal kerja Tuan Jeevan hari ini?" tanya Gladys pada Ratna dengan wajah suram.
"Tunggu sebentar Glad, biar aku juga jelaskan padamu." ucap Ratna mengambil agenda kerja Jeevan yang harus di lakukan hari ini.
"Lihat ini Glad, di sini ada beberapa meeting internal yang harus dihadiri Tuan Jeevan, juga ada beberapa pertemuan di luar. Dan kebetulan pagi ini Tuan Jeevan harus menghadiri pertemuan dengan para investor baru di Hotel Santika. Tolong kamu memberitahu Tuan Jeevan agar tidak datang terlambat." ucap Ratna sambil menunjukkan agenda kerja harian Jeevan yang harus di kerjakan dan betul-betul di perhatikan oleh Gladys.
"Ya Tuhan!! Ratna sepertinya aku tidak sanggup kerja di sini lagi. Waktuku untuk mengerjakan keuangan saja sudah sampai aku kerjakan di rumah. Belum lagi sekarang aku harus menggantikan kamu. Bagaimana aku bisa mengerjakan semua itu?" ucap Gladys mengeluh pada Ratna.
"Bersabarlah Glad, bukankah kamu juga ada untungnya dengan bekerja dua pekerjaan ini? Kamu bisa mendapat gaji tiga kali lipat dari gaji sebelumnya. Dan lagi ini hanya berjalan tiga bulan saja. Kamu pasti bisa melewatinya." ucap Ratna memberi semangat pada Gladys.
"Aku tidak tahu aku sanggup apa tidak. Semoga saja orang menyebalkan itu tidak menekanku dalam hal apapun!" ucap Gladys sambil menggigit bibir bawahnya.
"Siapa yang kamu maksud dengan orang menyebalkan itu Nona Gladys?" tanya Jeevan sudah berdiri di belakangnya.