Tante Seksi Itu Istriku

Ajakan Karyan Pada Usman



Ajakan Karyan Pada Usman

1Kehilangan seorang wanita yang diharapkan hidup bersama, membuat seorang Usman Sayuti terus kepikiran. Dirinya sudah bekerja di rumah yang mewah. Seperti rumah sang mertua yang saat itu ia datangi. Sempat tidur juga di rumah itu. Dan kini hanya bisa mengenang kejadian beberapa bulan yang lalu. Seorang anak manusia yang menemukan cintanya, kehilangan yang tidak pernah diinginkan tapi takdir memang kejam. Bagi Usman sendiri, tidak ada wanita yang mau dengannya. Tepatnya jika ada pun yang mau, itu adalah kisahnya di masa lalu.     

Sebuah kisah tentang seorang pemuda yang harus hidup di keluarga yang keras. Di mana semua orang memandang rendah dirinya. Apalagi bagi para gadis di desanya, Usman tidak tidak pernah memiliki kenangan manis untuk hal itu. Satu-satunya gadis yang selalu mengejarnya adalah seorang gadis yang ia tidak sukai. Bukan masalah apa, gadis itu memiliki penampilan yang membuat Usman takut dan ngeri. Dengan tampilan gadis itu memiliki kepala dan mata yang besar layaknya alien. Dan yang paling tidak disukai lelaki itu, gadis itu memiliki gigi ompong dan bertingkah seperti anak kecil.     

"Ayang Usaman ... ayang Usaman datang ... yeeee. Pacarku sayang, ayang Usaman," ucap seorang gadis desa yang tidak disukai Usman. Saat itu, mereka bertemu di rumah saat paman dan bibinya mempertemukan mereka.     

"Kenapa kamu terus memaksaku untuk nikah sama kamu, sih? Aku belum mau menikah dan tidak ingin menikah karena harta," ungkap Usman pada waktu itu. Ia tidak bisa lari dari pertemuan yang direncanakan oleh paman dan bibinya itu. Karena waktu itu ia baru bangun tidur. Sementara rumah telah dikunci, gadis itu sudah ada di dalam rumah.     

"Iya nggak apa-apa, dong. Usaman, maukah kamu jadi suamiku?" tanya gadis yang merupakan seorang anak juragan cendol di desa tempat Usman.     

Hari-hari Usman sebagai seorang anak desa, melakukan pekerjaan berat setiap harinya. Saat pulang ke rumah pun tidak selalu ada makanan tersisa di dapur. Yang ada hanyalah cucian piring dan pakaian yang menumpuk. Kadang Usman harus makan-makanan yang hampir basi atau nasi bekas kemarin sore. Sedangkan paman dan bibi Usman makan dengan nasi yang baru dimasak hari itu. Hampir setiap hari juga selalu kena marah dari Kardi, paman Usman yang galak itu.     

"Sekarang, paman dan bibi sedang ngapain, yah? Dan bagaiman juga dengan tante? Apa dia sudah menikah lagi, yah? Ah, kenapa aku jadi kepikiran sama mereka? Tante juga yang sudah mengusirku dari rumah. Aku juga tidak tahu, apakah rumah itu sudah didapatkan kembali dan bertemu dengan ibu."     

Dalam kesendiriannya, Usman melamun di depan teras. Saat itu rumah sedang sepi dan pekerjaannya juga sudah selesai untuk pagi ini. Ia bekerja membantu apa saja yang dibutuhkan. Saat bersama para pembantu, ia membantu membawa apa yang ada, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan kebun dan sebagainya. Ia juga terkadang membantu membuatkan kopi untuk penjaga rumah serta sopir. Hidupnya tidak terlalu berat juga berada di lingkungan rumah mewah tersebut. Kadang ada pula pemandangan para wanita dengan tampilan seksi dan menggoda. Memakai pakaian yang terbuka, rok di atas lutut dan kulit yang mulus. Menjadi pemandangan yang bisa dilihat hampir setiap pagi. Namun itu bahkan tidak membuat bahagia.     

"Hei, kenapa kau melamun saja, Anak Muda?" tanya seorang pria tua yang tiba-tiba datang dari belakang. "Lebih baik kita jalan-jalan sebentar, yuk!" ajakknya kemudian.     

Usman terlonjak kaget dan menjawab, "Oh, Pak Karyan. Apakah pak Rinto menyuruh kita untuk membawa sesuatu?" Usman menatap pria tua itu berdiri dan membetulkan sabuknya. Lantas membuatnya juga berdiri dan kembali bertanya, "Apa yang diperintahkan oleh pak Rinto, Pak?"     

"Sudah, kamu ikut saja denganku. Dengan ikut denganku, kamu akan tahu semuanya. Hari ini saya kan sebenarnya hari libur. Dan kebetulan cucuku datang ke rumahku. Jadi tidak apalah untuk memperkenalkan pada cucuku yang cantik itu. Saya tidak meminta kamu untuk jadi pacar atau apapun itu. Tapi bisa menjadi teman, kan nggak apa-apa, hehe," kekeh Karyan singkat.     

"Kalau di sini butuh apa-apa, nanti bagaimana, Pak? Kan saya di sini juga kerja. Nggak mungkin ninggalin rumah hanya untuk main. Nanti dimarahin sama pak Rinto dan bu Menik, bagaimana?" elak Usman beralasan. Ia juga tidak ingin bertemu dengan cucu Karyan itu. Walaupun secantik apapun dia, akan kalah cantik oleh Farisha, istrinya.     

"Enggak apa-apa, lah. Kita main ke rumahku sekali-kali. Lagian sekarang tuan Rinto dan ibu Menik sedang ke luar negeri. Mereka akan pulang seminggu lagi. Jadi kita bisa libur selama seminggu. Paling kamu hanya bersih-bersih di pagi hari. Lalu bisa main ke rumah saya. Ini tidak lama, kok."     

Usman masih belum tertarik untuk pergi ke rumah Kayan. Karena rasanya tidak baik jika meninggalkan rumah tanpa izin. Ia baru beberapa minggu bekerja di tempat itu. Harus terbiasa dan tahu apa yang harus dilakukan. Setidaknya harus bilang kepada pembantu dan yang lainnya, apakah mereka memperbolehkan atau tidak. Karena dirinya orang baru dan paling muda, yang bekerja di rumah besar itu.     

"Ada apa? Apa kamu masih ragu? Maemunah juga nggak bakalan ngelarang kamu pergi denganku, kok. Lagian kerjaannya saat tidak ada tuan dan ibu, hanya bersihin rumah dan tidak perlu mencuci pakaian mereka. Untuk bersih-bersih rumah, biasa tiga hari sekali."     

Untuk membujuk Usman, terlalu sulit bagi Karyan. Karena anak muda itu terlalu polos dalam bekerja. Pemuda itu masih berpikir tentang kerjaan yang harus dilakukan. Walaupun pemilik rumah tidak ada di rumah, bekerja agar tidak korupsi. Alias makan gaji buta, tidak bekerja tapi mendapat gaji.     

Kebetulan Maemunah juga hendak pergi dan mendengar percakapan Usman dan Karyan. Wanita itu juga tidak terlalu suka dengan Usman. Walaupun pemilik rumah sendiri yang memperkerjakan anak muda itu. Tapi apa yang dikatakan oleh Karyan pada Usman, memang ada benarnya. Mereka juga bisa liburan sekali-kali.     

"Daripada bikin rusak pemandangan, lebih baik kamu pergi saja dengan pak Karyan! Lagian tuan dan istrinya lagi ke luar negeri. Tidak akan nuntut kerjaan apapun darimu. Yang penting beberapa hari sekali urus kebun." Begitulah yang dikatakan oleh wanita tua itu. Jika ia masih muda seperti Usman pun tidak betah berada di rumah itu setiap hari.     

"Tuh, kamu sudah diusir juga oleh orang kepercayaan pak Rinto. Ayo, kamu mandi dulu dan ganti pakaian yang bersih. Nanti saya ajak ke rumah atau keliling-keliling Jakarta. Bukankah kamu dari desa? Nanti bisa bisa lihat-lihat bagaimana keadaan di sini."     

"Ya sudah kalau begitu, saya mau mandi dulu ya, Pak. Tunggu saya lima belas menit. Saya akan segera selesai!" tandas Usman. Karena memang tidak ada alasan dirinya berada di rumah terus. Rasanya juga ingin jalan-jalan untuk mereflesikan otaknya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.