Isi Tas Usman
Isi Tas Usman
'Loh, kenapa malah ke sini, sih? Harusnya kan sudah keluar dari rumah sakit. Ke mana lagi jalan keluarnya?' Dalam bingung, hanya bisa berharap bisa menemukan jalan keluar dari rumah sakit tersebut. Sementara hari sudah mulai gelap, Usman masih mondar-mandir di rumah sakit seperti seorang anak ayam terpisah dari induknya.
Hari semakin malam ketika Usman lelah mencari jalan keluar. Ia juga tidak membaca keterangan atau penunjuk arah yang disediakan. Di tempat yang luas itu ia hanya mondar-mandir. Ia duduk di depan sebuah ruangan yang agak temaram. Beberapa petugas dan perawat yang hilir mudik tidak ditanyai oleh Usman. Sebenarnya mereka melihat gelagat dari Usman yang seperti mencari sesuatu. Namun mereka sedang sibuk masing-masing. Tidak ada waktu untuk bertanya. Hingga pada saatnya, datang seorang wanita yang sudah selesai membersihkan kamar.
"Eh, Dek. Sepertinya dari tadi mondar-mandir saja. Memangnya mau ke mana dan ada urusan apa, yah?" Karena penasaran melihat lelaki muda yang pantas menjadi anak atau keponakan baginya. Ia ingin membantu jika itu bisa.
Usman menengok ke arah suara dan menjawab, "Gini, Bu. Saya sedang mencari pintu keluar dari rumah sakit ini. Tapi dari tadi belum nemuin juga." Setelah mengatakan itu, ia berdiri dari duduknya menghadap lawan bicaranya yang merupakan petugas kebersihan berusia empat puluh tahunan.
"Masa nggak tahu, sih? Sebenarnya adek ini ada urusan apa, yah? Eh, adek atau Mas?" Tetapi ia malah menaruh curiga terhadap pemuda itu. Maka tidak ia biarkan anak muda itu kabur begitu saja. "Kalau begitu, mari ikut dengan saya. Biar petugas saja yang antarkan nanti."
Usman mengikuti langkah wanita itu. Ia bisa bernafas dengan lega karena sudah ada orang yang membantunya. Ia mengikuti wanita itu dari belakang. Usman sebenarnya merasa lelah karena dari tadi menggendong tasnya yang berisi pakaiannya. Berjalan melewati lorong rumah sakit. Mereka sampai di suatu tempat yang ada beberapa satpamnya.
"Pak satpam, ini ada anak nggak tahu ada masalah apa. Tolong diurus anak ini, yah!" ujar sang cleaning service wanita itu. Dilihatnya dua satpam lalu melanjutkan, "Saya mau membersihkan kamar yang lainnya, permisi."
Kedua satpam melihat Usman dan mengingat kalau Usman yang dari tadi pagi duduk di ruangan yang sama. Mereka juga melihat rekaman CCTV yang terpasang di setiap sudut. Dan yang membuat mereka curiga adalah tas yang dibawa oleh Usman. Karena itulah, mereka harus memeriksa tas yang digendong oleh Usman.
"Kalau begitu, kamu ikut kami ke dalam ruangan!" ujar petugas keamanan atau satpam itu. "Sepertinya ini akan lama atau ada hal yang mendesak. Aku khawatir ini membahayakan keamanan di dalam rumah sakit ini." Yang mereka khawatirkan adalah adanya bom atau obat-obatan terlarang. Atau pemuda itu adalah seorang pencuri atau pelaku kriminal lainnya.
Tanpa menaruh curiga sedikitpun, Usman memasuki ruangan yang ditunjuk mereka berdua. Ketiganya kini berada di ruangan khusus. Dibawanya Usman untuk duduk di bangku dan dua satpam mengeluarkan rokok masing-masing dan menyulutnya.
"Jadi ... kami sebenarnya melihatmu duduk di tempat yang sama semenjak pagi hari. Dan ruangan itu adalah ruangan orang kaya. Dan kulihat dari CCTV juga, kurasa kamu sempat keluar dan bertemu dengan suami dari pasien itu. Dan tingkah kamu itu mengejutkan sekali. Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan, hemm?"
"S-saya ... saya sedang mencari pintu keluar, Pak. Maafkan kalau terlihat mencurigakan Bapak-bapak berdua. Dari tadi saya mondar-mandir mencari jalan untuk meninggalkan rumah sakit ini," pungkas Usman. Ia tidak pernah menyangka, akan dicurigai segitunya. Tapi kalau dipikir-pikir kembali, memang ia pantas dicurigai. Ia takut nanti kedua orang itu memeriksa dirinya. Ia takut memeriksa tas yang ia gendong dan melihat uang yang banyak di tasnya.
"Pintu keluar ada di sana!" tunjuknya ke arah keluar. Namun itu adalah sebuah tembok tinggi. "Kami juga penasaran dengan isi di dalam tas itu. Kami tidak akan mengambil isinya kalau terbukti tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Tapi demi kebaikan kita bersama, dimohon untuk mengeluarkan isi di dalam tasnya!"
"Sebentar dulu, lah! Saya ada panggilan. Kita harus menunda semua ini. Tapi untuk sementara, tas ini akan kami amankan terlebih dahulu. Kamu jaga anak ini!" tukas rekan satunya. Karena HTnya berbunyi, menandakan panggilan dari rekan kerjanya, harus ada salah satu yang datang dan ada satu yang menjaga pos.
Usman masih selamat untuk menunda tasnya diperiksa. Namun tas itu telah diambil oleh salah satu petugas keamanan tersebut. Ia tidak berani membuka karena takut berisi bom atau apapun yang bisa membahayakan nyawanya. Maka ia harus menunggu rekannya kembali sebelum memeriksa tas itu.
Usman hanya bisa pasrah diri, membiarkan orang itu mengambil alih tasnya. Seharusnya dari sore sudah keluar dari area rumah sakit. Namun ia juga belum mandi sejak dari kemarin. Terakhir mandi adalah disaat berada di desa. Di sebuah kamar mandi umum yang dekat dengan rumah makan.
"Jadi ... sebenarnya urusan ke rumah sakit untuk apa? Dan sekali lagi, alamat rumahmu di mana? Tinggal di mana? Dan tunjukkan KTP mu!" Dengan tegas, pria itu meminta kartu tanda penduduk Usman. Sebelum rekannya datang, ia bisa bertanya dahulu pada Usman. Ini akan mempersingkat penyelidikan.
"Saya dari desa, Pak. Awalnya mau bekerja di swalayan. Namun pada akhirnya karena suatu alasan, saya harus diistirahatkan terlebih dahulu. Karena bos saya sedang ada urusan mencari orang tuanya yang hilang," jawab Usman dengan tenang. Setidaknya ia tidak terlalu berbohong. Memang dirinya datang dari desa. Farisha adalah bosnya yang merekrut dirinya menjadi karyawan. Walau mereka sudah menikah, mungkin akan kembali lagi. Dan memang urusan Farisha adalah menemukan orang tuanya yang hilang. Jadi Usman merasa alasan itu memang tidak terlalu berbohong.
Pria itu memberikan beberapa pertanyan terhadap Usman. Setelah beberapa lama kemudian, salah seorang dari mereka pun tiba. Ini adalah satu kesempatan untuk menyelidiki tas yang dibawa oleh Usman.
"Dan sekarang tiba saatnya untuk memeriksa tasmu. Kamu terlihat mencurigakan sekali, Anak muda!" seru salah seorang satpam. Ia mengambil tas itu dan memberikannya pada Usman. "Kamu saja yang keluarkan semua isi di tas ini!"
Di sinilah Usman mulai merasa takut. Karena tidak ada yang bisa menghindari semua itu. Ia mengikuti apa yang diperintahkan oleh mereka dan mengeluarkan pakaian yang berada di dalam tasnya. Baru setengah yang keluar, ia mengalami kesulitan. Maka ia menghentikannya.
"Ini hanya baju-baju saja? Ah, kayaknya nggak mungkin juga isinya hanya pakaian. Coba kamu keluarkan semua isinya!"
***